Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Muhammadiyah jambi

Islam yang Futuristis dalam Perspektif Muhammadiyah: Menyongsong Masa Depan dengan Ijtihad dan Pemikiran Berkemajuan

Agama | 2025-09-27 14:10:00

Oleh: Agus setiyono*)

Dalam konteks Muhammadiyah, konsep Islam yang futuristis sangat relevan dan penting untuk diaktualisasikan. Futurisme dalam Islam berkemajuan bukan sekadar berfokus pada keadaan sekarang, tetapi juga mencakup pandangan ke depan dengan visi yang kokoh untuk membangun peradaban yang lebih unggul, baik secara moral, sosial, maupun spiritual. Pendekatan ini berbeda dengan sikap romantisme yang seringkali hanya memuja masa lalu tanpa upaya yang signifikan untuk menghadapi tantangan masa depan.

Muhammadiyah selalu menekankan pentingnya ijtihad sebagai landasan utama dalam memahami dan menerapkan ajaran Islam. Di Muhammadiyah, ijtihad bukan hanya sebuah wacana intelektual, melainkan merupakan aksi nyata yang melibatkan pengkajian mendalam terhadap Al-Qur'an, Hadits, serta relevansi situasi kontemporer yang dihadapi umat. Hal ini terbukti dari berbagai keputusan tarjih yang selalu berupaya menyesuaikan dengan kebutuhan zaman.

Muhammadiyah menolak tradisi yang stagnan dan menekankan bahwa setiap muslim harus siap menghadapi perubahan zaman dengan bekal ijtihad. Ijtihad tidak hanya terbatas pada segelintir ulama, tetapi juga diharapkan menjadi bagian dari kesadaran kolektif umat Islam dalam mencapai kemajuan. Seperti yang dinyatakan dalam sebuah Hadits:

"Barang siapa yang Allah kehendaki menjadi orang baik, maka Dia akan memahamkannya dalam agama"

(HR. Bukhari dan Muslim).

Islam yang futuristis menuntut agar umat Islam tidak terjebak dalam zona nyaman. Zona nyaman sering menjadi penghalang utama dalam proses perubahan dan kemajuan. Ketika individu atau komunitas merasa terlalu nyaman dengan kondisi yang ada, mereka cenderung mengabaikan peluang untuk berkembang dan berinovasi. Padahal, Islam mengajarkan umatnya untuk selalu waspada dan peka terhadap perubahan. Al-Qur'an mengingatkan kita: "Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri."

(QS. Ar-Ra'd: 11).

Dalam perspektif Muhammadiyah, tidak ada istilah mendapatkan bagian tanpa peran nyata. Sebaliknya, yang terjadi adalah bahwa mereka yang telah berperan seringkali belum memperoleh penghargaan yang layak. Ini menunjukkan pentingnya kerja keras, keikhlasan, dan kontribusi nyata sebelum menikmati hasil. Seorang muslim yang berkemajuan tidak boleh hanya mengandalkan posisi atau status, tetapi harus terus meningkatkan kualitas diri dan kontribusinya.

Muslim yang berkemajuan adalah mereka yang berpikir futuristis, bukan romantis. Islam berkemajuan menuntut kita untuk melihat masa depan dengan optimisme, persiapan, dan tindakan nyata, bukan hanya meratapi kejayaan masa lalu. Sejarah memang penting sebagai pelajaran, tetapi masa depan membutuhkan inovasi dan kreativitas. Islam tidak hanya tentang mengenang kejayaan peradaban masa lalu, tetapi juga tentang bagaimana kita bisa membangun kejayaan baru yang relevan dengan tantangan zaman.

Islam yang berkemajuan, sebagaimana dipahami dalam Muhammadiyah, adalah Islam yang berorientasi pada akhirat. Namun, orientasi ini tidak dimaknai sebagai pengabaian terhadap kehidupan dunia, melainkan sebagai motivasi untuk berbuat yang terbaik di dunia demi memperoleh kebaikan di akhirat. Seperti dinyatakan dalam Al-Qur'an:

"Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu di dunia..."

(QS. Al-Qasas: 77).

Islam yang futuristis dalam perspektif Muhammadiyah menekankan pentingnya ijtihad, ketangguhan menghadapi perubahan, serta orientasi ke masa depan yang lebih baik. Seorang muslim yang berkemajuan harus berani keluar dari zona nyaman, berpikir peka terhadap perubahan, dan selalu memandang masa depan dengan optimisme yang dilandasi oleh iman dan akal sehat. Dengan demikian, Islam tidak hanya akan tetap relevan di masa kini, tetapi juga terus menjadi panduan bagi peradaban yang lebih baik di masa depan.

Sebagai penutup, penting bagi setiap muslim untuk memahami bahwa kemajuan bukanlah sesuatu yang datang secara tiba-tiba tanpa usaha. Kemajuan membutuhkan kontribusi nyata, kerja keras, dan komitmen terhadap nilai-nilai Islam yang sejati. Dengan sikap futuristis inilah, umat Islam diharapkan dapat terus berperan aktif dalam membangun dunia yang lebih baik, tidak hanya untuk dirinya sendiri tetapi juga untuk seluruh umat manusia.

Wallahu a'lam bish shawab

*)Sekretaris PWM Jambi

  • #
  • #
  • Disclaimer

    Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

    Berita Terkait

    Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

    × Image