Tentang Kita yang Pernah Ada, Sebuah Kenangan yang tak Pernah Pulang
Sastra | 2025-09-23 12:31:46Ada satu nama yang akan selalu hidup dalam ingatanku, bukan karena ia yang pertama, tetapi karena ia yang paling berkesan. Kau adalah sosok yang hadir bukan sekadar untuk singgah, tapi untuk memberi arti dalam diam, dalam tawa, dan dalam luka.
Kisah ini bermula pada 21 Juni 2022. Hari itu aku seperti bayi yang baru mengenal dunia: polos, penuh harap, dan belum tahu arah. Lalu kau datang, membawa semangat untuk mencari pengalaman baru. Tapi entah mengapa, di tengah pencarianmu itu, kau justru berhenti padaku. Katamu, ada sesuatu dalam sikapku, dalam caraku memandang hidup. Aku tak pernah tahu pasti apa maksudmu, tapi saat itu, segalanya terasa tepat.
Hari-hari pun berjalan, dan kau menjadi bagian dari langkahku. Kita tertawa bersama, saling belajar, saling menguatkan. Kau mulai menunjukkan sisi manja, mulai cemburu, kadang marah, tapi selalu membuatku merasa dihargai. Hubungan kita singkat, tapi penuh warna.
Namun, waktu tak selalu memihak. 10 Januari 2023 adalah hari terakhir kita saling pandang dengan utuh. Hari itu, aku tahu, kita akan berpisah. Tapi aku tak menyangka, hanya beberapa hari kemudian, pada 23 Januari 2023, kau benar-benar melangkahkan kaki keluar dari kehidupanku. Bukan karena salahku, tapi karena janji yang telah lama kau ikrarkan untuk orang lain. Aku tak punya hak untuk menahanmu, tapi hatiku remuk.
Kehilanganmu seperti malam tanpa bulan. Aku mencoba bertahan, mencoba bicara pada Tuhan tentang rasa yang tak mampu kuungkapkan pada manusia. Aku terpuruk, tapi aku juga bangkit. Karena hidup tak berhenti hanya karena seseorang memutuskan untuk pergi.
Lalu, 23 Februari 2023, aku tahu kau telah memulai dunia barumu. Aku pun melanjutkan langkahku, meski bayanganmu tak pernah benar-benar hilang. Takdir kembali mempertemukan kita, namun kau sudah berubah. Dingin, biasa saja, seperti aku tak pernah ada. Tapi sesekali, dari kata-katamu, aku bisa membaca bahwa hatimu belum benar-benar bebas.
Sampai akhirnya aku harus pergi lagi. Saat itu, kau sempat berbisik bahwa selama ini kau hanya pura-pura lupa. Katamu, kenangan kita masih kau simpan. Tapi sayang, semuanya sudah terlalu jauh.
Dan kini, 30 April 2025, aku mendengar kabar bahagiamu. Selamat, kau telah menemukan cinta yang sempurna. Semoga bahagiamu abadi, semoga senyummu tak pernah pudar.
Sementara aku? Aku masih di sini. Bukan untuk menunggu, tapi untuk menghargai kisah yang pernah ada. Karena ada cinta yang tak harus dimiliki, cukup disimpan rapi dalam doa dan kenangan.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
