Dampak Digitalisasi Terhadap Pembentukan Karakter Generasi Muda
Teknologi | 2025-09-22 19:56:34Pendahuluan
Menurut penelitian yang dipublikasikan di National Library of Medicine (PMC, 2023), penggunaan media sosial berhubungan langsung dengan aspek kepribadian tertentu, terutama pada individu dengan tingkat extraversion dan neuroticism yang tinggi. Mereka yang aktif di media sosial cenderung lebih ekspresif, terbuka, namun juga berisiko mengalami kecemasan berlebih ketika mendapat umpan balik negatif.
Sementara itu, studi dari ResearchGate (2023) menegaskan adanya korelasi antara durasi penggunaan media sosial dengan perubahan perilaku. Individu yang menghabiskan waktu lebih banyak di platform digital lebih mudah terpengaruh pada norma sosial daring, termasuk tren gaya hidup, standar kecantikan, hingga pola komunikasi.
Dari penelitian tersebut bisa kita lihat bahwa perkembangan teknologi saat ini menjadikan pendidikan karakter sangat penting bagi generasi Muda, terutama yang rentan terpengaruh teknologi tanpa memikirkan dampaknya. Kemajuan teknologi digital telah membuka pintu menuju paradigma baru dalam interaksi sosial, mengedepankan aspek kenyamanan, efisiensi, dan keberlanjutan kehidupan bersama. Adanya perkembangan teknologi di Indonesia memberikan dampak perubahan nilai-nilai dalam bidang ekonomi, politik, sosial, budaya, dan pendidikan (Alfinnas, 2019). Kita hidup di zaman yang serba cepat, serba instan, dan serba digital. Tapi, apakah karakter seperti kejujuran, tanggung jawab, dan empati masih bisa tumbuh di tengah dunia yang nyaris tanpa jeda?
Perubahan ini tidak hanya memengaruhi cara manusia bekerja atau belajar, tetapi juga membentuk ulang nilai-nilai karakter seperti tanggung jawab, integritas, dan kerja sama. Sebagai generasi muda yang hidup di tengah transisi ini, kita harus menyadari bahwa kehadiran teknologi menuntut kita untuk semakin bijak dalam menggunakannya, sekaligus memperkuat karakter agar tidak larut dalam kemudahan semu. Ketika segalanya bisa diakses hanya dengan satu ketukan layar, terkadang kita lupa bahwa membangun karakter tidak bisa secepat scroll media sosial.
Seiring dengan berkembangnya teknologi ini, karakter menjadi bagian penting dalam proses pendidikan. Karakter yang terbentuk dari proses pendidikan meliputi komponen pengetahuan, sikap, dan kesadaran pentingnya pengamalan nilai-nilai baik terhadap dirinya, sesama, dan lingkungan sekitarnya. Generasi penerus mencerminkan kualitas bangsa. Jika generasi penerus mempunyai ilmu dan akhlak yang baik, maka negaranya akan baik. Oleh karena itu, keluarga, sekolah, dan masyarakat mempunyai tanggung jawab untuk melahirkan generasi yang bermoral dan beretika. Dalam konteks ini, teknologi seharusnya menjadi alat bantu, bukan pengganti nilai-nilai kemanusiaan.
Pembahasan
Isu utama yang dihadapi dalam pembentukan karakter generasi muda di era digital terletak pada ketidakseimbangan antara kemajuan teknologi dengan internalisasi nilai moral. Di satu sisi, teknologi memberikan manfaat besar seperti kemudahan belajar, komunikasi cepat, dan peluang berinovasi. Namun, di sisi lain, generasi muda berisiko kehilangan jati diri jika tidak mampu menyaring pengaruh negatif yang datang bersamaan dengan kemajuan tersebut.
Beberapa isu yang muncul di antaranya adalah:
- Ketergantungan pada teknologi – Generasi muda cenderung sulit melepaskan diri dari gawai, yang dapat mengurangi kualitas interaksi tatap muka dan empati sosial.
- Paparan konten negatif – Keterbukaan akses internet meningkatkan risiko terpapar hoaks, ujaran kebencian, pornografi, maupun perilaku konsumtif.
- Krisis nilai moral – Budaya serba instan membuat nilai kejujuran, tanggung jawab, dan kedisiplinan semakin terpinggirkan.
- Kesenjangan literasi digital – Tidak semua generasi muda memiliki kemampuan kritis dalam memilah informasi, sehingga mudah terjebak dalam informasi palsu.
- Kurangnya sinergi dalam pendidikan karakter – Masih sering terjadi anggapan bahwa pendidikan karakter hanya menjadi tanggung jawab sekolah, padahal peran keluarga dan masyarakat juga sangat penting.
Dengan melihat isu-isu tersebut, tantangan ke depan bukan hanya bagaimana memanfaatkan teknologi secara bijak, melainkan juga bagaimana membangun generasi yang tangguh, berkarakter, dan tetap memegang nilai moral di tengah arus digitalisasi.
Penyelesaian Masalah
Untuk menghadapi tantangan tersebut, pendidikan karakter di era digital perlu dirancang secara kolaboratif dan kontekstual. Beberapa strategi yang dapat diterapkan antara lain:
- Kolaborasi antara sekolah, keluarga, dan masyarakat Pendidikan karakter tidak bisa hanya dibebankan kepada sekolah. Orang tua berperan penting dalam mengawasi penggunaan teknologi di rumah, sementara masyarakat berperan sebagai lingkungan pendukung yang menanamkan nilai moral dalam kehidupan sehari-hari.
- Pemanfaatan teknologi sebagai media pendidikan karakter Alih-alih dianggap sebagai ancaman, teknologi dapat dimanfaatkan sebagai sarana pembelajaran interaktif, kampanye nilai moral melalui media sosial, dan pengembangan platform edukasi yang mendukung literasi digital.
- Penguatan literasi digital Generasi muda perlu dibekali keterampilan berpikir kritis agar mampu memilah informasi, menolak hoaks, dan menggunakan media sosial dengan bertanggung jawab. Literasi digital tidak hanya soal kemampuan teknis, tetapi juga menyangkut etika dan kesadaran sosial.
- Pengembangan keterampilan sosial dan emosional Program pendidikan harus mengintegrasikan keterampilan seperti empati, komunikasi, kerja sama, dan pengendalian diri agar generasi muda tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga matang secara emosional.
- Keteladanan dari orang dewasa Nilai karakter tidak hanya diajarkan, tetapi juga dicontohkan. Guru, orang tua, dan tokoh masyarakat perlu menjadi teladan nyata dalam memanfaatkan teknologi secara bijak dan beretika.
Penutup
Digitalisasi membawa peluang besar sekaligus tantangan serius bagi pembentukan karakter generasi muda. Isu-isu seperti ketergantungan pada gawai, paparan konten negatif, hingga krisis nilai moral menuntut adanya strategi pendidikan karakter yang relevan dengan zaman.
Upaya yang dapat dilakukan adalah memperkuat kolaborasi antar berbagai pihak, memanfaatkan teknologi secara positif, serta menanamkan literasi digital, moral, dan keterampilan sosial. Dengan demikian, generasi muda tidak hanya menjadi pengguna teknologi yang mahir, tetapi juga individu berkarakter kuat yang mampu memberikan kontribusi nyata bagi bangsa.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
