Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image rachael alexandria

Labuan Bajo, Permata yang Terlupakan: Mengapa Wisatawan Asing Belum Menyerbu seperti di Bali?

Wisata | 2025-09-19 16:12:47

Dari belasan ribu pulau tersebut, terdapat satu pulau yang sangat familiar hingga di kancah internasional, yaitu Bali. Menurut data terbaru dari Badan Pusat Statistik Provinsi Bali (BPS Provinsi Bali), wisatawan mancanegara dari pulau yang dijuluki sebagai Pulau Dewata ini mencapai 697.107 pengunjung di bulan Juli 2025. Bahkan di tahun 2024, Bali mendapat penghargaan sebagai ‘Best Island in Asia for Tourism’ versi DestinAsian. Hal ini menunjukkan eksistensi Bali di mata turis asing. Bahkan, banyak orang asing yang mengenal Bali, tanpa tahu kalau letaknya adalah di Indonesia.

Di samping itu, ada pulau lain yang sama indahnya dengan Pulau Bali dan memiliki banyak pantai yang tidak kalah indah, yaitu Pulau Flores, dengan ibu kota Labuan Bajo. Memang, pulau dan kota ini mungkin saja terdengar familiar dan tidak asing di telinga kita sebagai warga lokal. Tetapi jika dilihat dari data statistik pengunjungnya selama periode Januari-Mei 2025, Kepala Kantor Imigrasi Kelas II, Charles Christian, warga negara asing (WNA) yang masuk ke Labuan Bajo hanya sebanyak 21.387 orang. Sedangkan, untuk jumlah kunjungan wisatawan asing ke Taman Nasional Komodo (TNK), hanya mencapai 122.534 pengunjung.

Hal ini menunjukkan perbedaan jumlah turis asing yang berwisata ke dua tempat tersebut cukup kontras. Padahal, dari segi keindahan dan iklim, kedua pulau tersebut bisa dibilang cukup serupa. Selain itu, tentu saja perputaran ekonomi di Bali menjadi jauh lebih tinggi dibandingkan di Flores atau Labuan Bajo. Hal ini menjadi sangat mengkhawatirkan bagi dunia pariwisata Indonesia, dan orang-orang yang bermata pencarian di daerah Flores atau Labuan Bajo. Sehingga, pemerintah harus mencari tahu dimana letak kekurangan pariwisata di Flores atau Labuan Bajo untuk mengatasi masalah kurangnya wisatawan yang mengunjungi tempat ini.

Akan tetapi, setelah diamati, ternyata adanya perbedaan jumlah wisatawan yang kontras di kedua tempat ini adalah bukan tanpa alasan. Terdapat beberapa permasalahan utama yang cukup memengaruhi jumlah wisatawan keduanya. Contoh konkret yang pertama adalah masalah transportasi. Di Bali, kita bisa melihat banyaknya supir ojek online yang berkendara di jalanan, bahkan untuk memesan ojek online pun tidak membutuhkan waktu lama hingga kita mendapatkan pengemudi, serta harganya pun terjangkau. Sedangkan di sisi lain, Labuan Bajo pun sebetulnya memang sudah terdapat banyak supir ojek online. Namun, disinilah letak permasalahannya.

Di Bali, akses untuk memasuki Pantai atau tempat wisatanya bisa terbilang mudah. Apabila tidak membawa kendaraan, kita cukup memesan ojek online dan berjalan kaki sedikit ke dalam tempat wisata. Memang ada beberapa wisata yang memerlukan kita untuk masuk cukup jauh, tetapi biasanya akan disediakan kendaraan milik wisata tersebut. Sedangkan di Labuan Bajo, walau kita sudah memasukki wilayah wisata, untuk masuk ke dalam tempat utamanya pun tetap mengharuskan kita berjalan cukup jauh, seperti naik-turun bukit, dan lain sebagainya. Membuat wisatawan yang membawa lansia atau anak kecil, sepertinya kurang merasa cocok dengan hal ini. Termasuk beberapa wisata terkenalnya, yaitu Pulau Komodo, Pulau Padar, dan Pink Beach. Untuk mengakses tempat-tempat tersebut, kita bahkan harus menyewa kapal, dan tempat-tempat tersebut letaknya terpencar. Sehingga dari satu tempat ke tempat lain pun harus diakses menggunakan kapal.

Selain hal tersebut, hal lain yang menjadi masalah utama Adalah biaya masuk ke tempat wisata. Kedua tempat ini memiliki pantai yang sama indahnya. Namun di Bali, kebanyakan pantai bisa kita akses secara gratis, hanya perlu membayar biaya parkir saja. Sedangkan di Labuan Bajo, untuk memasuki beberapa pantai di sana harus membayar retribusi ke pemilik pantai atau hotel, restoran, dan kafe di pinggir pantai tersebut. Bahkan, terkadang pembayarannya adalah dalam bentuk minimum spent atau nominal minimal pengeluaran di restoran, kafe, atau hotel tersebut.

Hal seperti ini tentu menjadi hal yang harus diperhatikan, sebab orang-orang tentunya cenderung akan memilih tempat yang sama indahnya, namun dengan akses yang lebih mudah dan pengeluaran yang sekecil mungkin. Sehingga pemerintah yang menangani wisata di Labuan Bajo, harus bisa memikirkan strategi baru dalam mengatasi hal ini. Baik memperbaiki dan mengembangkan akses wisatanya, maupun masalah transportasinya.

Namun di sisi lain, semuanya tetap kembali ke preferensi masing-masing, apakah lebih ingin menghabiskan waktu untuk bersantai menikmati angin pantai di Bali, atau berpetualang dan merasakan lelahnya berjalan kaki hingga terbayarkan dengan melihat keindahan di wisata Labuan Bajo. Pada akhirnya, Labuan Bajo tetap menjadi destinasi wisata yang sangat patut dikunjungi, setidaknya sekali seumur hidup kita.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image