Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Jamilah Kurniati

Gen-Z Bicara Perubahan, Potensi Besar Kebangkitan Umat

Agama | 2025-09-14 15:38:04

Fenomena demonstrasi yang melibatkan Gen Z, baik di dunia nyata maupun dunia maya, menunjukkan dinamika baru dalam menyampaikan pendapat di era digital. Gen Z dikenal sebagai generasi yang tumbuh bersama teknologi, menjadikan media sosial sebagai ruang utama untuk berekspresi, beropini, dan membentuk solidaritas. Alih-alih memilih jalur kekrasan atau tindakan anarkis, mereka lebih memilih cara yang kreatif dan komunikatif, seperti membuat poster digital, meme yang satir, hingga estetika visual yang menyentuh emosi banyak orang.

Menurut Psikolog Anastasia Satriyo, pendekatan ini menunjukkan bahwa Gen Z tidak anti terhadap perbedaan atau konflik, namun mereka ingin menyampaikan suara secara damai dan cerdas. Media sosial menjadi "panggung" alternatif yang memungkinkan mereka menjangkau audiens lebih luas tanpa harus turun ke jalan. Namun, di sisi lain, fenomena ini juga membawa tantangan tersendiri.

Prof. Rose Mini Agoes Salim dari Universitas Indonesia mengingatkan bahwa meningkatnya partisipasi anak di bawah umur dalam demonstrasi harus menjadi perhatian. Di usia remaja, kontrol emosi dan daya kritis masih berkembang, sehingga mereka rentan terbawa arus provokasi atau informasi yang belum tentu benar. Meskipun keikutsertaan mereka bisa menjadi ajang pembelajaran demokrasi, penting bagi orang tua, pendidik, dan negara untuk memberikan pendampingan yang tepat agar keterlibatan ini tetap aman, edukatif, dan tidak disalahgunakan pihak tertentu.

Situasi ini menunjukkan perlunya sistem pendidikan dan lingkungan yang mendukung tumbuhnya karakter kritis, bertanggung jawab, dan sadar sosial, tanpa meninggalkan nilai moral dan keamanan. Sebab, generasi inilah yang akan menjadi pemegang estafet kepemimpinan bangsa di masa depan. Sejatinya karakteristik manusia sejak awal penciptaannya memiliki naluri baqa dalam menolak kezaliman dan membutuhkan solusi yang menghilangkan kezaliman. Pada remaja, naluri baqa ini masih sulit dikendalikan karena kurang matangnya berfikir.

Islam memandang fitrah manusia yang memiliki khasiatul-insan, termasuk di dalamnya naluri baqa untuk dipenuhi sesuai tuntunan syariat, bukan tuntunan psikologi semata.

Dalam pemenuhan naluri baqa saat terpicu ketidakadilan, Islam mengantarkan pada arah nasihat dan amar ma’ruf nahi munkar. Islam juga mengatur muhasabah lil hukkam dengan mekanisme yang sama dari sejak Rasulullah saw, sebagaimana termaktub dalam QS An-Nahl: 125.

Allah SWT memberikan tahapan dalam penyampaian nasihat dengan hikmah, contoh yang baik dan jiddal (argumen) yang terpuji. Sekalipun nasihat tersebut disampaikan pada penguasa. Dalam hadis, Rasulullah saw, bersabda bahwa pemimpin para syuhadā’ adalah Hamzah bin Abdul Muthalib, dan seorang laki-laki yang berdiri di hadapan penguasa zalim, lalu ia memerintahkannya (kepada kebaikan) dan melarangnya (dari kemungkaran), kemudian penguasa itu membunuhnya.

Sangat nampak jelas, bahwa dalam Islam aktifitas nasihat dilakukan secara lisan, tidak anarkis dan menyulut kericuhan. Meskipun secara psikologis potensi pemuda atau remaja dipenuhi dengan gejolak emosi, namun Islam mengarahkannya pada jalur yang benar. Sehingga kita bisa melihat potret pemuda sejak masa Rasulullah saw. sebagai garda terdepan dalam melakukan perubahan secara hakiki (taghyir) dalam syariat.

Wallahu’alam bishowab.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image