Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Mohamad Fazrial Ihfron

HMI dan Muhammadiyah: Dua Jalan, Satu Tujuan

Litera | 2025-09-09 18:39:54
Dok. Pribadi

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) lahir bukan semata-mata sebagai organisasi mahasiswa, melainkan sebagai rahim intelektual yang melahirkan pemimpin bangsa. Di tubuhnya bersemayam cita-cita besar yaitu menjaga keislaman, mengawal kebangsaan, dan menghidupi keilmuan.


Ketika berbicara tentang kampus Muhammadiyah, atau Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah (PTMA), sesungguhnya terdapat ruang yang begitu luas untuk HMI berkembang. Sebab, Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah dan pendidikan tidak pernah mematikan dialektika, justru ia menjadi ladang subur bagi kader-kader umat yang ingin berkhidmat pada bangsa.


Dalam sejarahnya, HMI adalah rumah bagi mahasiswa lintas latar, yang membentuk identitas keislaman yang moderat, progresif, sekaligus visioner. Di tengah kampus Muhammadiyah, HMI dapat menjelma sebagai mitra strategis, bukan pesaing, karena keduanya sama-sama meletakkan Islam sebagai dasar nilai perjuangan. Bedanya hanya pada model gerakan tetapi tujuannya serupa, mencetak manusia unggul yang berilmu dan beramal bagi umat, bangsa, dan kemanusiaan.


Seringkali muncul stigma bahwa HMI dan Muhammadiyah berada pada garis yang berbeda. Padahal, jika ditelisik lebih dalam, perbedaan itu bukan untuk menjauhkan, melainkan untuk menguatkan. Muhammadiyah mendidik dengan lembaga formalnya, HMI membentuk dengan kultur perkaderannya. Keduanya bisa saling menopang, mengisi ruang-ruang kosong yang barangkali tak tersentuh oleh mekanisme akademik semata.


HMI di PTMA bukanlah ancaman, melainkan peluang. Ia dapat memperkaya dialektika intelektual mahasiswa, membuka cakrawala politik kebangsaan, serta membangun karakter kepemimpinan yang lebih matang. Kehadirannya justru bisa menjadi energi tambahan bagi kampus Muhammadiyah, yang kini berhadapan dengan tantangan globalisasi, disrupsi teknologi, hingga problem kebangsaan yang kian kompleks.


Maka, yang dibutuhkan bukan menutup ruang, melainkan membuka pintu. HMI di kampus Muhammadiyah harus dipandang sebagai laboratorium gagasan, tempat tumbuhnya insan akademis yang kritis sekaligus religius. Inilah yang menjadikan mahasiswa Muhammadiyah tak hanya berkutat pada teks, tetapi juga terjun ke praksis sosial, politik, dan kebangsaan.


Apabila Muhammadiyah berkomitmen mencetak ulil albab, maka HMI hadir sebagai kawah candradimuka yang mengasah kepemimpinan, daya juang, dan kepekaan sosial. Sinergi keduanya adalah jawaban bagi kebutuhan bangsa akan generasi muda yang tak hanya pintar di ruang kuliah, tetapi juga tangguh di medan perjuangan.


Dengan demikian, bukanlah sebuah ironi apabila HMI dapat hidup dan berkembang di PTMA, melainkan sebuah keniscayaan sejarah. Karena di balik perbedaan organisasi, ada kesamaan semangat menegakkan Islam yang mencerahkan, memajukan peradaban, dan menjaga Indonesia.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image