Pesan Orang Tua Terhadap Pembunuh Anaknya
Hukum | 2025-09-07 11:21:57
Siapa sih yang tidak bersedih, kehilangan anak yang masih kecil dan lucu-lucunya. Semua orang tua tidak akan rela melihat anaknya mati sia-sia, hanya karena rasa kecewa terhadap sikap dan perilaku, padahal itu semua bisa diselesaikan dengan kepala dingin.
Orang tua dari korban pembunuhan sadis ini tentu marah, kesal, kecewa kepada pelaku atas peristiwa berdarah ini.
Namun, semua telah terjadi, padahal anak perempuannya masih duduk di bangku sekolah dasar, kok tega-teganya pelaku yang terbilang masih usia remaja ini begitu tega merenggut nyawa anak yang tak berdosa ini.
Kenakalan anak-anak tentu sesuatu yang wajar, kenakalan mereka tak pernah ada niatan menyakiti siapa pun. Andai ada kata-kata, baik sengaja maupun tidak, bisa diselesaikan secara kekeluargaan, antara kedua orang tua, atau guru apabila di sekolah. Sehingga, kasus pembunuhan di Desa Wundubite, Kecamatan Poli-polia, Kolaka Timur tidak terjadi.
Sangatlah disesali telah terjadi tindak pidana pembunuhan di Desa Wundubite, Kecamatan Poli-polia, Kolaka Timur. Pada ini Jumat 5 September 2025. Pelakunya seorang anak laki-laki remaja yang juga diduga dendam akibat sering diejek korban, MA.
Korban merupakan anak perempuan berinisal MA berusia 10 tahun, duduk dibangku kelas V MI Muhammadiyah Andowengga Kolaka Timur, Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara.
Motif pembunuhan ini sendiri diduga karena korban sering mengejek tersangka dengan mengatakan "kamu pendatang jangan sok-sokan" dan mengacungkan jari jempol setiap kali bertemu. Tersangka yang merasa tersinggung kemudian menghadang korban saat mau berangkat mengaji bersama adiknya dan melakukan pembunuhan brutal dengan menebas leher korban hingga nyaris putus.
Berdasarkan informasi yang ada, pelaku pembunuhan berhasil diamankan pihak kepolisian.
Saat dimintai keterangan, tersangka menjelaskan, bahwa korban sering mengejeknya setiap bertemu, dengan mengacungkan jari jempolnya dan mengatakan sebagai pendatang jangan sok-sokan.
Ketika korban yang pergi mengaji bersama adiknya tersebut berpapasan dengan tersangka yang hendak mencari rumput di kebun. Kemudian tersangka memanggil korban dan menariknya ke dalam kebun dan menebas/memerangi leher MA hingga nyaris putus.
Atas peristiwa tersebut, melalui rekaman video yang beredar, orang tua/bapak korban mengirim pesan terhadap pelaku, hei kau potong lehernya anakku hampir putus, biarpun kau kemana saya cari ko', ingat baik-baik itu.
"Anakku tidak pernah apa-apa sama kau, baru kau kasih begini anakku, dia mau pergi mau menuntut yang namanya ilmu agama, ini lehernya anakku, putus kau bikin," tandas orang tua korban sembari menunjuk jasad putrinya yang terbujur kaku.
Kira-kira begini maksud kata-kata dari bapak MA, korban pembunuhan sadis tersebut, “Kau bunuh anakku saat dia mau mengaji, apa hatimu sudah sekeras batu? Dia anak kecil, tidak bersenjata, tidak melawan. Tapi kau tebas lehernya, kau rampas nyawanya, dan kau tinggalkan dia begitu saja!”.
Apa salah anakku padamu? Kalau dia berkata sesuatu yang menyakitimu, bukankah kau bisa bicara baik-baik? Tapi yang kau pilih adalah membunuh. Kau pilih jalan kejahatan, dan hari ini, bukan hanya kau yang harus bertanggung jawab di depan hukum tapi kelak, kau akan bertanggung jawab di hadapan Tuhan.
“Anakku tidak akan kembali. Tapi aku ingin kau tahu, aku tidak akan diam. Aku akan cari keadilan. Hukum harus bicara. Kau harus dihukum setimpal.”
Kami adalah orang tua yang kehilangan anak. Tapi lebih dari itu, kami adalah saksi bahwa dunia ini sedang kekurangan hati. Jangan sampai anak-anak lain menjadi korban berikutnya. Dan untuk semua orang yang mendengar ini
Jagalah hati.
Jangan biarkan emosi merusak hidupmu dan hidup orang lain. Karena sekali kau lewati batas, nyawa tak bisa kembali.
Anakku sudah pergi dalam keadaan suci, hendak menuntut ilmu agama. Tapi kepergiannya akan terus menjadi luka yang tak akan sembuh.
Pesan yang disampaikan oleh orang tua korban kepada pembunuh anaknya, menunjukkan rasa kesedihan dan kemarahan yang mendalam atas kejadian tragis ini. Mereka menuntut keadilan dan meminta pelaku untuk bertanggung jawab atas perbuatannya.
Mereka berharap agar pelaku mendapat hukuman yang setimpal atas perbuatannya yang kejam tersebut.
Kepergian anak mereka yang dibunuh saat berangkat mengaji telah meninggalkan luka yang mendalam dalam hati keluarga korban.
Atas kejadian ini, dapat menjadi pelajaran bagi kita semua untuk selalu menjaga kata-kata, sikap dan tindakan kita terhadap orang lain, sehingga tidak menyebabkan dampak yang merugikan bagi orang lain.
Semoga keluarga korban diberikan kekuatan dan ketabahan untuk menghadapi cobaan ini.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
