Hadits Lalat dan Jejak Riset Nabi Muhammad SAW
Agama | 2025-09-05 23:02:21
Maulid Nabi Muhammad SAW selalu menjadi momentum yang penuh akan makna. Setiap tahunnya umat Islam di berbagai belahan dunia mengenang kelahiran sosok agung yang bukan hanya pembawa risalah, namun juga teladan bagi peradaban. Di MAN 1 Buleleng, peringatan Maulid tahun ini terasa istimewa dengan kehadiran kyai bernama K.H. Thoha Muntaha Abdul Manan, yang dalam tausiyahnya menyentil isu yang menarik tentang peran Nabi Muhammad SAW dalam dunia riset.
Beliau membuka tausiyahnya dengan mengingatkan bahwa keunggulan manusia tidak hanya diukur dari harta ataupun jabatan, melainkan dari ilmu. Hal itu sebagaimana yang ditegaskan oleh Nabi Muhammad SAW sejak awal yang telah menanamkan fondasi riset melalui wahyu pertama yang berbunyi “Iqra” (bacalah). Perintah membaca itu bukan hanya soal membaca teks yan tertulis di atas kertas saja, tetapi juga membaca alam, membaca masyarakat, dan membaca zaman yang diolah di dalam otak hingga berdampak terhadap pengamalan ataupun perbuatan.
Beliau menyampaikan riset sejatinya dimulai dari rasa ingin tahu yang mendorong manusia untuk menelaah realitas secara mendalam. Nabi kita Muhammad SAW, melalui sabda dan teladannya, justru memantik tradisi ilmiah yang kelak melahirkan peradaban Islam gemilang. Yang mana itu dibuktikan tak kala beliau mengajarkan umatnya untuk berpikir sistematis dan kritis, seperti bagaimana kisah-kisah tentang bagaimana Nabi memecahkan masalah dengan observasi, pengujian, dan diskusi, tiga hal yang kini dikenal sebagai prinsip dasar sebuah riset.
Salah satu contoh menarik yang disampaikan oleh beliau yaitu sebuah hadits tentang lalat. Rasulullah SAW bersabda:
“Apabila seekor lalat jatuh ke dalam minuman salah seorang di antara kalian, maka celupkanlah ia seluruhnya, kemudian buanglah. Karena sesungguhnya pada salah satu sayapnya terdapat penyakit, dan pada sayap yang lain terdapat penawar.” (HR. Bukhari)
Hadits ini awalnya dipandang aneh oleh sebagian orang. Namun semakin kesini, penelitian ilmiah modern menemukan fakta bahwa memang ada mikroorganisme pada sayap lalat yang bisa menimbulkan penyakit, sementara pada sayap lainnya terdapat agen yang bisa menetralkannya. Inilah bukti bagaimana sabda Nabi SAW mengandung isyarat ilmiah yang mendahului penemuan manusia berabad-abad kemudian.
Tak heran masyarakat yang semula terbelakang secara intelektual berubah menjadi komunitas yang mencintai ilmu sebab kehadiran Rasulullah SAW. Dari situlah yang kemudian lahir generasi sahabat dan tabi’in yang mengembangkan ilmu hadis, tafsir, fikih, hingga sains dan kedokteran. Dan itu semua bermula dari inspirasi seorang Nabi yang menjadikan ilmu sebagai pondasi.
Di samping itu Romo Yai Thoha juga menyinggung fenomena kontemporer, tentang banyaknya orang yang menganggap riset dan sains modern hanya milik Barat. Padahal, sejarah menunjukkan bahwa umat Islam sudah lebih dahulu memiliki tradisi penelitian yang kuat.
Nama-nama besar seperti Al-Biruni, Ibn Sina, hingga Al-Khawarizmi adalah bukti nyata. Merekalah sang pewaris semangat riset Nabi Muhammad SAW, seperti menyelidiki alam, mengkaji hadis, mengembangkan matematika, dan menemukan obat-obatan. Semua itu tidak terlepas dari inspirasi Al-Qur’an dan Sunnah.
Diakhir ceramahnya beliau menutup dengan pesan khusus bagi para pelajar MAN 1 Buleleng. Beliau mengajak generasi muda agar meneladani semangat riset Nabi Muhammad SAW. Jangan puas hanya dengan menerima ilmu, tetapi kembangkan rasa ingin tahu, keberanian mencoba, serta ketekunan dalam belajar. Menurut beliau, inovasi tidak selalu harus besar, yang terpenting adalah keberanian berpikir kritis dan kreatif.
Dari tausiyah beliau, kita disadarkan bahwasannya Nabi Muhammad SAW tidak hanya seorang pemimpin spiritual, melainkan juga penggagas tradisi intelektual. Beliau juga menanamkan kesadaran bahwa ilmu adalah kunci peradaban.
Dalam dunia modern yang serba cepat ini, pesan ini menjadi sangat penting dan relevan, bahwa umat Islam perlu kembali membangun budaya riset, bukan sekadar mengonsumsi produk pengetahuan bangsa lain. Hal ini bukan hanya untuk prestasi akademik, melainkan untuk kemaslahatan umat serta kejayaan bangsa.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
