Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Muliadi Saleh

Narasi dan Refleksi Puitis Surah Al-Fatihah Ayat-3

Agama | 2025-08-30 05:46:11

Penulis : Muliadi Saleh

Ayat 3

ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ

Ar-Raḥmān ir-Raḥīm

Narasi Puitis

Betapa indah dua nama ini, bagai sepasang sayap cahaya yang membentangkan langit kasih-Nya. Ar-Raḥmān, kasih yang meliputi segala sesuatu tanpa batas, dan Ar-Raḥīm, kasih yang menyentuh hati, mengasuh jiwa, dan menuntun langkah.

Seandainya seluruh samudra dijadikan tinta, tak akan cukup untuk menulis cerita kasih-Nya. Seandainya seluruh pepohonan dijadikan pena, tak akan sanggup menuliskan kelembutan-Nya. Karena kasih-Nya melampaui logika, menembus ruang dan waktu, menyalakan kehidupan di tengah kegelapan.

Lihatlah: matahari yang setiap pagi terbit tanpa menagih upah. Hujan yang turun membasahi ladang, tanpa bertanya siapa pemilik tanah. Udara yang kita hirup, tidak pernah memilah siapa beriman, siapa kafir. Itulah Ar-Raḥmān: kasih universal, yang meliputi setiap makhluk, baik yang mengingat-Nya maupun yang melupakan-Nya.

Namun ada pula kasih yang lebih lembut, lebih dekat, yang menyusup ke dalam relung hati. Kasih yang menghapus air mata seorang hamba ketika sujud. Kasih yang memberi ketenangan ketika dunia terasa berat. Kasih yang mengembalikan jiwa yang hilang arah. Itulah Ar-Raḥīm: kasih sayang khusus bagi mereka yang mencari-Nya, yang mengetuk pintu-Nya dengan doa dan taubat.

Dalam dua nama ini, dunia menjadi pelukan. Ia mengajarkan bahwa di balik segala ujian, ada kasih sayang. Di balik setiap luka, ada belaian. Di balik setiap kehilangan, ada ruang untuk menemukan. Ar-Raḥmān Ar-Raḥīm adalah janji: bahwa tidak ada makhluk yang benar-benar ditinggalkan. Bahwa bahkan dalam keterasingan terdalam, kasih-Nya masih melingkupi.

Refleksi :

Ayat ini adalah inti dari "wajah" Allah yang paling indah. Setelah menyebut diri-Nya sebagai Rabb al-‘Ālamīn, Allah segera memperkenalkan sifat-Nya dengan kasih sayang. Seolah Ia ingin menegaskan: “Aku adalah Penguasa, tetapi Aku bukan penguasa yang zalim. Aku adalah Raja, tetapi Aku Raja yang penuh rahmat.”

Perbedaan antara Ar-Raḥmān dan Ar-Raḥīm adalah kedalaman yang luar biasa. Ar-Raḥmān adalah kasih sayang-Nya yang luas, tak terbatas, mencakup semua makhluk tanpa kecuali. Bahkan orang yang membenci-Nya masih diberi hidup, diberi rezeki, diberi kesempatan. Sedangkan Ar-Raḥīm adalah kasih sayang khusus, yang Allah limpahkan kepada hamba-hamba pilihan-Nya, yang beriman, yang taat, yang kembali kepada-Nya.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering merasa terjebak dalam ketidakadilan dunia. Kita melihat orang jahat hidup mewah, sementara orang baik hidup penuh kesusahan. Ayat ini mengajarkan bahwa itu semua bagian dari rahmat universal Ar-Raḥmān. Dunia adalah panggung sementara; di sini kasih-Nya diberikan kepada semua. Namun di akhirat, Ar-Raḥīm akan berbicara: kasih yang menyeleksi, kasih yang mendekap hamba-hamba yang setia.

Kesadaran ini membawa kedalaman spiritual yang besar. Bila kita merenungkan Ar-Raḥmān Ar-Raḥīm, kita akan menyadari bahwa hidup tidak pernah benar-benar kosong. Bahkan saat kita jatuh dalam dosa, masih ada pintu maaf yang terbuka. Bahkan ketika kita ditinggalkan manusia, masih ada pelukan tak terlihat yang menjaga. Bahkan ketika kita merasa gagal, masih ada bisikan lembut yang berkata: “Bangunlah, Aku masih di sini.”

Betapa besar dampaknya bila dua nama ini benar-benar meresap ke dalam hati. Kita akan melihat dunia dengan kacamata kasih. Kita akan berhenti memandang orang lain dengan kebencian, karena kita tahu Allah pun mengasihi mereka. Kita akan berhenti putus asa, karena kita tahu Allah tidak pernah meninggalkan. Kita akan belajar memberi maaf, karena kita ingin meneladani kasih-Nya.

Ar-Raḥmān Ar-Raḥīm adalah obat bagi jiwa modern yang kelelahan. Di tengah dunia yang keras, ayat ini adalah oase. Di tengah kesibukan yang membuat manusia dingin, ayat ini adalah pelukan. Dan di tengah rasa takut yang sering menghantui, ayat ini adalah jaminan: tidak ada langkah yang sepi dari kasih Allah.

Maka, jika ayat pertama membuka dengan pujian, ayat kedua membuka cakrawala syukur, ayat ketiga ini membuka pintu cinta. Ia mengajarkan bahwa hubungan kita dengan Tuhan bukan hanya hubungan hamba dan majikan, bukan hanya hubungan rakyat dan raja, melainkan hubungan anak yang dirangkul oleh kasih ibu, hubungan kekasih yang tak pernah ditolak oleh cintanya.

Kelak, jika kita menutup mata untuk terakhir kali, kita tidak tahu wajah apa yang akan kita lihat. Tetapi bagi orang yang hatinya diisi dengan keyakinan Ar-Raḥmān Ar-Raḥīm, yang akan ia temui bukanlah ketakutan, melainkan pelukan kasih yang abadi.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image