Sejarah Rasulullah Menerima Wahyu Sholat
Agama | 2025-08-16 20:32:20
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salat merupakan ibadah utama dalam ajaran Islam yang menjadi rukun Islam kedua setelah syahadat. Perintah salat memiliki sejarah yang sangat penting dalam perjalanan kenabian Rasulullah SAW. Tidak seperti ibadah lainnya, perintah salat diturunkan langsung kepada Rasulullah SAW melalui peristiwa Isra' dan Mi'raj, sebuah perjalanan spiritual yang penuh makna. Peristiwa ini bukan hanya menjadi titik penting dalam sejarah Islam, tetapi juga menunjukkan kedudukan salat sebagai kewajiban yang sakral dan agung. PEMBAHASAN
A. Peristiwa Isra’ dan Mi’raj
Peristiwa Isra’ dan Mi’raj merupakan salah satu mukjizat besar yang dialami oleh Nabi Muhammad SAW. Perjalanan ini terjadi pada suatu malam, yang mengangkat posisi spiritual Nabi ke derajat yang sangat tinggi. Kejadian ini menjadi latar belakang penting dari turunnya perintah salat dalam Islam.
1. Pengertian Isra’ dan Mi’raj
- Isra’ adalah perjalanan Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram di Makkah ke Masjidil Aqsa di Palestina. Perjalanan ini dilakukan dalam waktu sangat singkat menggunakan kendaraan langit bernama Buraq, yang digambarkan lebih cepat dari kilat.
- Mi’raj adalah kelanjutan dari perjalanan tersebut, yaitu perjalanan naik ke langit (samawat) hingga mencapai Sidratul Muntaha, sebuah tempat paling tinggi yang tidak bisa dicapai makhluk lainnya. Di sana, Rasulullah SAW menerima perintah langsung dari Allah SWT.
Peristiwa ini disebutkan dalam Al-Qur’an pada:
- Surah Al-Isra’ ayat 1:
"Maha Suci (Allah) yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat."
2. Waktu Terjadinya
Mayoritas ulama sepakat bahwa peristiwa Isra’ dan Mi’raj terjadi sebelum hijrah ke Madinah, sekitar tahun ke-10 kenabian, setelah wafatnya istri tercinta Rasulullah, Khadijah RA, dan pamannya, Abu Thalib. Tahun ini disebut juga sebagai ‘Aam al-Huzn (Tahun Kesedihan).
3. Tujuan dan Makna Perjalanan
Isra’ dan Mi’raj bukan hanya perjalanan fisik, tetapi juga spiritual. Allah SWT memperjalankan Nabi untuk memperlihatkan tanda-tanda kebesaran-Nya dan menguatkan hati Rasul yang sedang dalam kondisi sedih dan tekanan berat dari kaum Quraisy.
Dalam perjalanannya, Rasulullah SAW bertemu dengan para nabi terdahulu, seperti Nabi Musa AS, Nabi Isa AS, Nabi Ibrahim AS, dan lainnya. Setiap langit memiliki pertemuan tersendiri yang memiliki pesan spiritual dan sejarah tersendiri.
4. Penolakan dan Pembenaran
Ketika Nabi Muhammad SAW menceritakan peristiwa ini kepada kaum Quraisy, mereka menganggapnya sebagai cerita yang tidak masuk akal. Namun, Abu Bakar RA langsung mempercayainya tanpa ragu, sehingga ia mendapat gelar As-Shiddiq (yang membenarkan).
B. Turunnya Perintah Salat
Turunnya perintah salat merupakan momen penting dalam sejarah kenabian Rasulullah SAW. Ibadah salat tidak diperintahkan melalui wahyu biasa sebagaimana perintah-perintah lain, melainkan diberikan langsung oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW dalam peristiwa Isra’ dan Mi’raj. Hal ini menunjukkan betapa agung dan pentingnya kedudukan salat dalam Islam.
1. Salat: Ibadah Langsung dari Allah SWT
Ketika Nabi Muhammad SAW mencapai Sidratul Muntaha, Allah SWT memerintahkan beliau untuk menunaikan salat. Awalnya, perintah yang diberikan adalah untuk melaksanakan 50 kali salat dalam sehari semalam. Dalam perjalanan turun, Nabi Muhammad SAW bertemu dengan Nabi Musa AS, yang kemudian bertanya tentang apa yang diperintahkan oleh Allah.
Setelah mendengar bahwa jumlah salat adalah 50, Nabi Musa menyarankan agar Rasulullah SAW memohon keringanan kepada Allah karena umat beliau tidak akan sanggup menjalankannya. Nabi Muhammad SAW pun kembali kepada Allah dan memohon pengurangan.
Proses ini terjadi beberapa kali, hingga akhirnya Allah SWT menetapkan salat menjadi 5 waktu sehari semalam. Meskipun jumlahnya berkurang, pahala yang dijanjikan tetap seperti 50 kali salat.
2. Dalil Hadis Tentang Turunnya Salat
Dalam hadis sahih yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, Rasulullah SAW bersabda:
“Kemudian diwajibkan kepadaku lima puluh salat setiap hari. Aku kembali dan bertemu Musa, lalu ia berkata: 'Apa yang diperintahkan kepadamu?' Aku menjawab: 'Diperintahkan kepadaku lima puluh salat setiap hari.' Musa berkata: 'Umatmu tidak akan sanggup melakukannya. Kembalilah kepada Tuhanmu dan mintalah keringanan.' Aku pun kembali kepada Allah, dan Dia menguranginya menjadi sepuluh... lalu menjadi lima...” (HR. Bukhari dan Muslim)
3. Hikmah dari Penetapan 5 Waktu Salat
Beberapa hikmah dari penetapan salat lima waktu antara lain:
- Membiasakan umat untuk senantiasa mengingat Allah sepanjang hari.
- Menghubungkan hati dengan Allah dalam berbagai waktu: pagi, siang, sore, dan malam.
- Menjadi sumber kekuatan spiritual dan moral bagi umat Islam dalam menghadapi kehidupan duniawi.
- Menjadi pembeda antara Muslim dan non-Muslim, sebagaimana disebutkan dalam hadis:
"Perjanjian antara kami dan mereka adalah salat; siapa yang meninggalkannya, maka ia telah kafir." (HR. Tirmidzi, Ahmad)
4. Waktu-Waktu Salat yang Ditetapkan
Perintah salat kemudian diturunkan secara bertahap dengan penjelasan waktu-waktu yang ditetapkan, yaitu:
- Salat Subuh
- Salat Zuhur
- Salat Ashar
- Salat Maghrib
- Salat Isya
Waktu-waktu ini diatur sesuai dengan pergerakan matahari sebagai bentuk integrasi antara ibadah dan kehidupan manusia sehari-hari.
C. Salat Sebagai Tiang Agama
Salat memiliki kedudukan yang sangat tinggi dalam ajaran Islam. Ibadah ini disebut sebagai “tiang agama”, karena menjadi fondasi utama yang menopang bangunan keimanan seorang Muslim. Apabila salat dijaga dan ditegakkan, maka seluruh aspek kehidupan keislamannya akan kokoh. Namun jika salat ditinggalkan, maka seluruh bangunan agama seseorang akan runtuh.
1. Dalil Salat sebagai Tiang Agama
Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda:
"Salat itu adalah tiang agama. Barang siapa menegakkannya, maka ia telah menegakkan agama, dan barang siapa meninggalkannya, maka ia telah meruntuhkan agama." (HR. Baihaqi dalam Syu’abul Iman)
Hadis ini menunjukkan bahwa keberadaan salat merupakan indikator utama kualitas keislaman seseorang. Salat bukan hanya ritual ibadah, tetapi juga pendidikan spiritual dan moral yang berulang setiap hari.
2. Fungsi dan Kedudukan Salat
Beberapa fungsi penting salat dalam kehidupan seorang Muslim:
- Sebagai bentuk komunikasi langsung antara hamba dan Tuhannya. Dalam setiap salat, seorang Muslim berdialog dengan Allah SWT, terutama dalam bacaan Al-Fatihah dan doa-doa dalam rukuk dan sujud.
- Mencegah perbuatan keji dan mungkar. Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar.” (QS. Al-‘Ankabut: 45)
- Menjadi pembersih dosa. Dalam hadis disebutkan bahwa salat lima waktu dapat menghapus dosa-dosa kecil seperti air yang membersihkan kotoran:
“Bayangkan jika di depan pintu rumah seseorang ada sungai, dan ia mandi lima kali sehari. Apakah akan tersisa kotoran pada tubuhnya?” Para sahabat menjawab: “Tidak.” Rasul pun bersabda: “Begitulah salat lima waktu, Allah menghapus dosa-dosa karenanya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
- Tanda keimanan. Orang yang menjaga salatnya menunjukkan tanda iman, sedangkan orang yang lalai dalam salat menunjukkan kelemahan imannya.
3. Salat sebagai Penentu Amal
Salat juga menjadi amalan pertama yang akan dihisab di hari kiamat:
“Amalan yang pertama kali dihisab dari seorang hamba pada hari kiamat adalah salatnya. Jika salatnya baik, maka baik pula seluruh amalnya. Jika salatnya rusak, maka rusak pula seluruh amalnya.” (HR. Tirmidzi, Ahmad, Abu Dawud)
Ini mempertegas bahwa salat adalah barometer utama dari amal ibadah lainnya. Kualitas salat mencerminkan kualitas hubungan seorang hamba dengan Tuhannya.
Hikmah dari Perintah Salat
Perintah salat yang Allah SWT turunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui peristiwa Isra’ dan Mi’raj memiliki banyak hikmah mendalam yang tidak hanya bersifat ritual, tetapi juga spiritual, sosial, dan moral. Salat bukan sekadar kewajiban, melainkan karunia dan hadiah istimewa dari Allah untuk umat Islam.
Berikut beberapa hikmah utamanya:
1. Bukti Cinta Allah kepada Umat Islam
Berbeda dari perintah lain yang disampaikan melalui malaikat Jibril, salat diperintahkan langsung oleh Allah kepada Nabi Muhammad SAW. Ini menunjukkan bahwa salat adalah ibadah yang sangat istimewa dan bukti kasih sayang Allah kepada umat Muhammad.
2. Media Komunikasi Langsung dengan Allah
Salat adalah momen ketika seorang hamba dapat berkomunikasi langsung dengan Allah. Dalam setiap rakaat, terutama saat sujud, seorang Muslim berada dalam posisi paling dekat dengan Rabb-nya.
“Sedekat-dekatnya seorang hamba dengan Tuhannya adalah ketika ia sedang sujud, maka perbanyaklah doa saat itu.” (HR. Muslim)
3. Sarana Penyucian Diri dan Jiwa
Salat berfungsi untuk menyucikan hati, memperbaiki akhlak, dan mencegah dari perbuatan maksiat. Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya salat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.” (QS. Al-‘Ankabut: 45)
Dengan salat, hati manusia terus diingatkan untuk tidak menyimpang dari jalan Allah.
4. Penghapus Dosa-dosa Kecil
Salat lima waktu menjadi sarana pengampunan dosa-dosa kecil yang dilakukan manusia sehari-hari, sebagaimana disebutkan dalam hadis:
“Salat lima waktu, dari Jumat ke Jumat, dan dari Ramadan ke Ramadan, menghapus dosa-dosa kecil di antara waktu tersebut, selama tidak melakukan dosa besar.” (HR. Muslim)
5. Menumbuhkan Disiplin dan Keteraturan
Salat mengajarkan disiplin waktu dan keteraturan hidup. Lima waktu salat yang terjadwal memaksa umat Islam untuk mengatur waktu secara terstruktur dan konsisten dalam ibadah.
6. Membentuk Karakter dan Keteguhan Iman
Orang yang menjaga salat dengan khusyuk akan memiliki karakter yang kuat, sabar, dan tangguh. Salat menjadi latihan rohani yang memperkuat keimanan dan menumbuhkan rasa tawakal kepada Allah SWT.
7. Simbol Persatuan Umat Islam
Salat berjamaah, terutama salat Jumat dan salat Id, menjadi momen berkumpulnya umat Islam tanpa membedakan status sosial, ras, atau latar belakang. Ini menumbuhkan rasa persaudaraan dan kesatuan umat.
8. Salat sebagai Investasi Akhirat
Salat adalah amal pertama yang akan dihisab pada hari kiamat. Jika salat seorang hamba baik, maka amal lainnya pun akan baik. Ini menunjukkan bahwa salat adalah kunci utama keselamatan di akhirat.
“Sesungguhnya amalan yang pertama kali dihisab pada hari kiamat adalah salat.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)
Kesimpulan
Perintah salat bukanlah beban, melainkan rahmat dan nikmat besar dari Allah SWT. Ia merupakan sarana penghubung antara hamba dan Penciptanya, sumber ketenangan jiwa, dan penjaga moralitas hidup. Melalui salat, manusia diajarkan untuk hidup teratur, bersih, dan selalu dalam naungan rahmat Allah.
Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan taufik dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul "Sejarah Rasul Menerima Wahyu Salat". Makalah ini disusun sebagai bentuk pembelajaran sekaligus refleksi diri terhadap pentingnya salat sebagai tiang agama dan ibadah utama dalam kehidupan seorang Muslim.
Melalui penulisan ini, saya berharap para pembaca tidak hanya mendapatkan pengetahuan tentang sejarah perintah salat yang diturunkan kepada Rasulullah SAW, tetapi juga terdorong untuk lebih mencintai dan menjaga salat dalam kehidupan sehari-hari.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari segi isi maupun penyajiannya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat saya harapkan demi perbaikan di masa mendatang.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat, memperkuat keimanan, dan menambah semangat kita semua dalam menegakkan salat sebagai bentuk penghambaan kepada Allah SWT.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
