Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Rezky Rahmadhani Syamsu

Perempuan dan Anak Membutuhkan Jaminan Perlindungan Siber dari Negara

Agama | 2025-08-01 17:22:52

Dilansir dari news.com.au pada tanggal 2 Juni 2025, operasi internasional bernama Operation Artemis yang melibatkan FBI, AFP, dan RCMP sukses mengungkap jaringan kejahatan sextortion yang telah menjebak ribuan remaja di seluruh dunia. Tragisnya, sejak 2021, kejahatan ini telah menyebabkan puluhan korban bunuh diri. Sementara itu, menurut data dari Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) yang dilansir dari timesindonesia.co.id.

Sumber : Google

Di Indonesia sendiri satu dari tujuh anak pernah mengalami perundungan daring, dan sekitar 4% menjadi korban kekerasan seksual secara online. Fakta- fakta diatas membuktikan bahwa perempuan dan anak sedang tidak baik-baik saja dan kini berada dalam lingkup ancaman digital yang sangat mencekam hingga akhir ini.

Kenapa Sistem Kapitalisme Tidak Menjamin Keamanan Perempuan dan Anak?

Sistem kapitalisme hanya berfokus pada satu yakni cari untung sebesar-besarnya. Sayangnya, hal-hal kayak perlindungan perempuan dan anak seringkali tidak dianggap penting karena dianggap tidak “menghasilkan uang”. Untuk saat ini hanya berfokus pada :

1. Uang jadi prioritas, Bukan Keselamatan karena banyak perempuan digaji rendah dan tidak dapat perlindungan dari pelecehan di tempat kerja serta anak-anak di negara miskin bisa dieksploitasi jadi tenaga kerja murah, Astaghfirullah

2. Akses ke layanan penting susah karena semuanya serba bayar, layanan penting kayak kesehatan, pendidikan, dan bantuan hukum jadi susah diakses kalau gak punya uang. Akibatnya perempuan korban kekerasan sering gak bisa dapet bantuan dan anak dari keluarga miskin tidak bisa sekolah atau dapat tempat yang aman.

3. Negara hanya mendukung yang kaya di negara kapitalis, hukum dan kebijakan sering nguntungin pemilik modal. Jadi orang miskin, terutama perempuan dan anak, jarang mendapatkan keadilan kalau jadi korban kekerasan dan seringkali polisi atau pengadilan sering abai karena korban bukan “orang penting”. serta pencegahan kekerasan tidak dianggap penting dan lebih mementingkan cuang.

Intinya Kapitalisme bukan sistem yang peduli sama keadilan atau keamanan kelompok. Tanpa tekanan dari masyarakat, gerakan sosial, dan negara yang pro rakyat, perempuan dan anak akan terus jadi korban dari sistem yang cuma mikirin untung. Di dalam Islam ada namanya Daulah yakni negara wajib melindungi rakyatnya, apalagi perempuan dan anak sangat mudah menjadi korban siber. Tapi hari ini kita masih di sistem Sekuler (pemisahan Agama dari Kehidupan) Kapitalis dimana negara dan aturan hanya fokus ke kebebasan dan uang, bukan keselamatan jadi aturan ini dibuat tanpa peduli halal atau haram. Akibatnya konten berbahaya mudah tersebar di segala sosial media hari ini dan kejahatan siber makin merajalela.

Sumber : Google

Di sistem kapitalisme, semua dinilai dari untung-rugi, termasuk platform media sosial yang lebih mikirin cuan dari iklan ketimbang jaminan keamanan pengguna. Kalau tidak diatur dalam Islam secara tegas, perempuan dan anak bakal terus jadi korban di dunia maya. Islam bukan cuma ngatur soal ibadah, tapi juga punya solusi biar dunia digital bisa lebih aman.

Berdasarkan Dalil Al-Qur’an QS. At-Tahrim ayat 6 "Hai orang-orang yang beriman, lindungilah dirimu dan keluargamu dari siksa neraka..."

Penjelasan diatas Allah memerintahkan kita untuk menjaga diri sendiri dan keluarga dari segala hal yang bisa membawa pada keburukan, termasuk bahaya di dunia digital. Sistem kapitalis hari ini tidak bisa diharapkan untuk menjaga perempuan dan anak. Fokusnya cuma cuang, bukan keselamatan atau kenyamanan hidup orang. Padahal sekarang, bahaya bukan hanya di dunia nyata, tapi juga di dunia digital. Banyak perempuan dan anak jadi korban pelecehan online, cyberbullying, bahkan eksploitasi di media sosial. Perempuan butuh perlindungan siber yang jelas dan tegas dari negara, bukan cuma janji doang.hhhmm

Perlindungan hari ini tidak akan maksimal jika tidak mempunyai pondasi iman yang kuat. Kalau dari kecil diajarin bahwa semua perbuatan bakal dipertanggungjawabkan ke Allah SWT, pasti orang lebih mikir sebelum melakukan hal jahat baik secara langsung maupun lewat internet digital. Nah untuk sekarang penting untuk mempelajari sistem pendidikan yang berbasis nilai agama, yang mengajarkan tentang adab berinteraksi, cara sehat pakai medsos, dan pentingnya saling menjaga dan melindungi. Dan kalau ada yang melanggar baik itu pelaku kekerasan fisik atau pelecehan digital hukumnya harus tegas dan adil, biar ada efek jera dan tidak main hakim sendiri atau jadi predator online.

Negara punya tanggung jawab untuk hadir dan aktif jadi pelindung, bukan cuma penonton. Konten yang merusak, kejahatan siber, atau pelecehan online bisa jadi jalan menuju kehancuran moral. Makanya, orang tua, guru, dan bahkan negara harus ambil peran aktif untuk melindungi perempuan dan anak-anak dari risiko dunia digital untuk menjaga perempuan dan anak dari bahaya dunia digital adalah tanggung jawab yang harus dipenuhi. Islam sudah memberikan arah, tinggal bagaimana kita mau ambil peran atau tidak.

Wallahu Alam Bisshawab

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image