Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Kana Nilna Jannatin Alfafa

Sekali Janji Diingkari, Kepercayaan Bisa Mati

Gaya Hidup | 2025-07-27 08:41:15
Ilustrasi berjanji untuk menenangkan lawan bicara. (Sumber: pexels.com/ RDNE Stock project)

“Tanda orang munafik ada tiga: jika berbicara dia berdusta, jika berjanji dia ingkari, dan jika dipercaya dia khianat.” (HR. Bukhari & Muslim)

Janji memang ringan diucapkan, tapi berat ditanggung. Satu kalimat “Aku janji akan datang.”, “Aku janji bakal aku anter hari ini.", atau “Aku kembaliin besok ya.” terdengar sederhana. Tapi bagi orang yang mendengarnya, itu bisa jadi satu-satunya alasan mereka untuk tetap percaya dan bertahan.

Itu sebabnya, jangan sekali-kali menjanjikan sesuatu jika diri sendiri tidak yakin bisa menepatinya.

Janji yang Hanya Jadi Obat Penenang

Banyak orang yang berjanji bukan karena siap menepati, tapi karena ingin menenangkan hati lawan bicara. Ingin terlihat peduli dan mencairkan suasana. Tapi setelah itu? Lupa, menghilang, atau bahkan bersikap seolah tidak pernah menjanjikan apa-apa.

Buat yang menerima janji itu, semua ucapan yang dilontarkan bukan angin lalu. Ada rasa percaya yang dipertaruhkan dan harapan yang ditanam. Dan ketika janji itu tidak dipenuhi, luka yang timbul jauh lebih dalam dari sekadar kecewa. Karena yang hancur bukan hanya rencana, tapi juga kepercayaan.

Bukan Soal Janjinya, Tapi Soal Integritasnya

Janji adalah cermin dari kepribadian. Orang yang mudah mengingkari janji, lama-lama kehilangan kepercayaan. Sekali dua kali mungkin dianggap lupa. Tapi kalau jadi kebiasaan, artinya orang tersebut sedang membangun reputasi sebagai orang yang tidak bisa diandalkan. Mengingkari janji bukan hanya soal etika sosial, tapi juga masalah iman.

Rasulullah SAW bahkan berkata:

" Tanda orang munafik ada tiga: apabila berkata, ia berdusta; apabila berjanji, ia mengingkari; dan jika dipercaya, ia berkhianat." (HR. Bukhari & Muslim)

Jangan Berjanji Jika Tidak Berniat Memenuhi

Lebih baik jujur dan berkata, "Aku nggak bisa janji" daripada berpura-pura bisa lalu menghilang saat dibutuhkan. Sejujurnya di awal memang terasa kurang menyenangkan, tapi itu jauh lebih terhormat daripada mengobral harapan palsu.

Dalam hubungan apa pun seperti pertemanan, keluarga, sanak saudara, asmara, bahkan dunia kerja, janji yang tidak ditepati bisa merusak segalanya. Orang yang berjanji mungkin lupa akan janjinya, tapi orang lain akan selalu mengingatnya.

Ucapan Adalah Cerminan Diri

Janji bukan sekadar rangkaian kata. Ia adalah kontrak moral. Kalau belum siap untuk menepatinya, maka jangan menjanjikannya. Karena satu janji yang diingkari, bisa membuat orang lain sulit untuk percaya lagi pada siapa pun.

Jadi, kalau benar-benar peduli, jangan membuat janji sembarangan, jangan memberi harapan kosong. Dan jika ingin menjadi pribadi yang dihormati, jadilah orang yang kata-katanya bisa dipegang.

 

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image