Preloved, Jastip, dan Masak Rumahan: Begini Cara Gen Z Cari Peluang
Bisnis | 2025-07-22 12:58:30
Menjual Preloved: Antara Gaya Hidup dan Kesadaran Lingkungan
Salah satu tren yang cukup menonjol di kalangan Gen Z adalah bisnis barang preloved. Berbeda dari pandangan lama yang menganggap barang bekas sebagai sesuatu yang kurang bernilai, generasi ini justru melihatnya sebagai bagian dari gaya hidup berkelanjutan. Mereka memanfaatkan platform digital seperti TikTok dan Instagram untuk memasarkan pakaian, tas, atau aksesori yang masih layak pakai namun sudah tidak digunakan lagi.
Fenomena ini sejalan dengan meningkatnya kesadaran Gen Z terhadap isu lingkungan dan konsumsi berlebihan. Dengan menjual dan membeli barang preloved, mereka tidak hanya memperoleh penghasilan tambahan, tetapi juga turut mengurangi limbah fashion yang menjadi salah satu penyumbang terbesar pencemaran lingkungan secara global.
Jastip: Peluang Usaha di Tengah Mobilitas
Jasa titip atau jastip juga menjadi salah satu bentuk usaha yang populer di kalangan Gen Z. Berbekal mobilitas yang tinggi serta akses terhadap media sosial, mereka memanfaatkan momen bepergian ke luar kota atau luar negeri sebagai peluang bisnis. Barang-barang yang kerap dibeli melalui jastip biasanya berupa produk yang belum tersedia di pasar lokal, seperti kosmetik luar negeri, pakaian dari brand tertentu, hingga makanan khas negara tertentu.
Promosi jastip umumnya dilakukan melalui Instagram, memanfaatkan fitur story, polling, hingga highlight untuk menarik dan berinteraksi dengan calon pembeli. Aktivitas ini tidak memerlukan modal besar, namun bergantung pada kepercayaan konsumen, kecepatan respon, dan kejelian dalam membaca tren pasar.
Makanan Rumahan: Dari Dapur ke Pasar Digital
Selain preloved dan jastip, Gen Z juga banyak yang memilih jalur usaha di bidang kuliner. Kegiatan memasak yang awalnya dilakukan untuk mengisi waktu atau sekadar hobi, kini berkembang menjadi lini bisnis yang serius. Produk yang dijual pun beragam, mulai dari makanan ringan, dessert box, sambal rumahan, hingga frozen food.
Salah satu figur publik yang ikut terjun ke dunia kuliner adalah Jennifer Coppen, aktris muda yang membangun brand makanan ringan bernama Chewy. Kehadirannya mencerminkan bagaimana Gen Z mampu menggabungkan kreativitas produk dengan strategi pemasaran digital yang kuat dan relevan dengan target audiens muda.
Menurut data dari Katadata Insight Center (2022), lebih dari 48% pelaku UMKM usia 20–30 tahun memulai usahanya dari hobi pribadi. Angka ini menunjukkan bahwa tren wirausaha di kalangan muda tidak selalu diawali oleh latar belakang bisnis formal, tetapi justru tumbuh dari hal-hal sederhana yang dekat dengan keseharian.
Kesimpulan: Kreativitas sebagai Kunci Bertahan
Fenomena Gen Z yang memanfaatkan preloved, jastip, dan masak rumahan sebagai ladang usaha menunjukkan bahwa generasi ini memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi. Mereka mampu melihat potensi ekonomi dari aktivitas sehari-hari, dan memaksimalkan peran media sosial sebagai kanal pemasaran yang efektif.
Pendekatan Gen Z dalam berwirausaha mencerminkan perubahan pola pikir: dari sekadar mencari pekerjaan menjadi menciptakan peluang. Dengan mengedepankan nilai keberlanjutan, kedekatan personal, dan ketangkasan digital, Gen Z berkontribusi pada munculnya model kewirausahaan baru yang lebih fleksibel dan relevan dengan tantangan zaman.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
