Awal Baru Perpustakaan Desa Kebaman: Modernisasi Pengelolaan dan Kebangkitan Literasi
Eduaksi | 2025-07-16 23:19:42Banyuwangi – Perpustakaan Desa Kebaman, satu-satunya perpustakaan desa di Kecamatan Srono, Kabupaten Banyuwangi, tengah memasuki babak baru dalam pengelolaan literasi. Setelah sempat terbengkalai, perpustakaan ini mendapat bantuan 1.000 buku dari Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas) pada tahun 2024.
Buku-buku yang dikirimkan telah diklasifikasikan berdasarkan tingkat kemampuan membaca dan pemahaman informasi, khususnya bagi anak-anak. Namun, seluruh koleksi tersebut masih tersegel dalam plastik saat tiba di lokasi. Melihat kondisi ini, dua kelompok Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Airlangga—Kebaman 1 dan Kebaman 2—turun tangan untuk melakukan pendataan secara mandiri. Mereka menggunakan standar dari Perpusnas dan pengetahuan akademik, khususnya dari mahasiswa program studi Ilmu Informasi dan Perpustakaan.
Proses pendataan ini menjadi refleksi penting bagi para mahasiswa mengenai kompleksitas pengelolaan perpustakaan, di tengah menurunnya minat membaca di kalangan pelajar hingga masyarakat umum. Fakta bahwa perpustakaan terakhir aktif pada awal tahun 2024 mencerminkan perlunya perhatian serius terhadap keberlanjutan pengelolaan, alokasi anggaran, serta modernisasi sistem literasi di tingkat desa.
Perpustakaan Desa Kebaman juga menjadi gambaran dari tantangan yang muncul pasca-pandemi Covid-19. Perubahan gaya hidup dan pergeseran preferensi informasi ke platform digital turut memengaruhi eksistensinya. Pada masa transisi dari pandemi ke masa new normal, pengelolaan perpustakaan sempat dibantu oleh karang taruna melalui inisiatif perpustakaan keliling—membawa buku dari satu lokasi ke lokasi lainnya. Namun, minimnya regenerasi pengurus serta meningkatnya kesibukan individu yang terlibat menyebabkan inisiatif tersebut tidak berlanjut. Saat ini, perpustakaan desa hanya dibuka pada waktu-waktu tertentu.
Padahal, Desa Kebaman memiliki sekitar 16.000 penduduk yang tercatat secara administratif. Sayangnya, keterlibatan masyarakat dalam memanfaatkan fasilitas perpustakaan menurun, seiring bergesernya kebiasaan membaca ke konsumsi informasi cepat melalui media sosial atau ringkasan berbasis kecerdasan buatan.
Dalam kondisi tersebut, modernisasi pengelolaan menjadi langkah penting. Mulai dari pencatatan pengunjung secara digital, penataan ruang yang ramah anak, hingga peningkatan kesadaran membaca dari lingkup keluarga. Perpustakaan desa tidak lagi sekadar ruang menyimpan buku, tetapi harus menjadi pusat belajar yang relevan dengan kebutuhan zaman.
Dengan dukungan penuh dari mahasiswa, Perpusnas, dan Pemerintah Desa Kebaman, langkah awal ini diharapkan menjadi pemicu lahirnya sistem literasi yang lebih modern, inklusif, dan berkelanjutan di tingkat desa.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
