Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Mirandha Ajeng Astadewi

Jeritan Surga Bahari: Meninjau Ancaman Tambang Nikel di Raja Ampat dalam Perspektif Ekonomi Berkelanjutan

Politik | 2025-07-16 15:32:08

Salah satu wilayah bahari dengan keanekaragaman hayati laut tertinggi di dunia adalah Raja Ampat. Di tengah pesatnya pertumbuhan sektor pariwisata yang bergantung pada keindahan dan kekayaan alam, ancaman ekspansi tambang nikel menimbulkan kekhawatiran yang signifikan. Kekhawatiran ini terutama muncul dari sudut pandang ekonomi berkelanjutan dan prinsip ekonomi hijau.

Raja Ampat adalah aset pariwisata bahari yang terkenal di seluruh dunia selain aset nasional. Dengan 75% spesies karang dunia dan ratusan jenis biota laut lainnya, wilayah ini telah menjadi pusat ekonomi masyarakat lokal, terutama melalui pariwisata dan perikanan. Pariwisata Raja Ampat telah menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pendapatan, dan memperkuat fondasi sosial-ekonomi masyarakat setempat. Namun, peningkatan pariwisata membawa tantangan tersendiri, terutama terkait risiko kerusakan ekosistem jika tidak dikelola dengan prinsip berkelanjutan. Oleh karena itu, konsep kemandirian pariwisata dan ekonomi hijau menjadi sangat relevan untuk diterapkan di Raja Ampat. Wisata hijau menekankan bahwa pelestarian lingkungan, pemberdayaan masyarakat lokal, dan pengelolaan sumber daya yang bijaksana sangat penting agar keuntungan ekonomi dapat dirasakan lintas generasi.

Raja Ampat, yang terletak di timur Indonesia, terkenal dengan keanekaragaman hayati dan sumber daya alamnya yang luar biasa. Namun, banyak kepentingan tertarik pada kekayaan ini, terutama di sektor pertambangan, yang dapat mengganggu keseimbangan sosial dan lingkungan di daerah tersebut. Studi Nainggolan (2012) menekankan bahwa pertambangan nikel membahayakan masyarakat setempat dan ekosistem. Indonesia mengeluarkan sekitar 10.000 Izin Usaha Pertambangan (IUP), dengan batubara, emas, dan nikel sebagai komoditas utama. Tambang ada di Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua, termasuk Raja Ampat. Undang-undang Minerba No. 4 Tahun 2009 mengatur seluruh proses pertambangan, dari eksplorasi hingga pascatambang, yang dapat menimbulkan dampak lingkungan dan sosial yang signifikan jika tidak dikelola dengan baik.

Menurut Azizah (2024) dan Mulyani (2025), ekonomi berkelanjutan berarti pembangunan yang seimbang antara memanfaatkan sumber daya alam dan melindungi lingkungan untuk kesejahteraan generasi sekarang dan yang akan datang. Prinsip-prinsip ini sangat penting di Raja Ampat karena konservasi laut dan pembangunan masyarakat lokal sangat penting.

Menjaga kelestarian terumbu karang, mendorong pariwisata berbasis komunitas, mengurangi ketergantungan pada eksploitasi sumber daya alam, dan meningkatkan reputasi daerah sebagai destinasi wisata dunia adalah semua contoh keuntungan ekonomi berkelanjutan. Contohnya, kampung Yenbuba dan Saukabu mengelola homestay dan wisata secara mandiri, yang memungkinkan masyarakat memperoleh pendapatan langsung tanpa merusak lingkungan.

Kegiatan penambangan ilegal yang dilakukan tanpa izin dan tanpa studi AMDAL jelas bertentangan dengan prinsip ekonomi berkelanjutan. Dampak jangka panjang terhadap lingkungan dan hak masyarakat adat diabaikan oleh kegiatan ini, yang menyebabkan kerusakan ekosistem yang sulit diperbaiki. Pertambangan nikel ilegal di Raja Ampat mengakibatkan degradasi ekosistem laut dan konflik sosial antara bisnis dan penduduk lokal.

Sebaliknya, Raja Ampat adalah contoh ekonomi berkelanjutan melalui ekowisata, konservasi laut, pelestarian budaya, dan prinsip Sapta Pesona. Untuk menjaga keseimbangan ekosistem dan mencegah turisme berlebihan, kawasan konservasi seperti Selat Dampier membatasi kunjungan. Sistem "sasi laut" tradisional di kampung Fam dan Yensawai melestarikan budaya dan mencegah penangkapan ikan berlebihan.Untuk menciptakan tempat wisata yang aman, tertib, bersih, dan ramah, pemerintah dan masyarakat berkolaborasi untuk menerapkan prinsip Sapta Pesona.

Raja Ampat menunjukkan bahwa eksploitasi tambang besar tidak selalu merugikan lingkungan. Pengembangan pariwisata berbasis lingkungan dan budaya, pemberdayaan masyarakat, dan konservasi ekosistem adalah solusi untuk ekonomi berkelanjutan. Namun, pertambangan ilegal, terutama nikel, merupakan bahaya besar yang dapat merusak ekosistem dan mengganggu keberlanjutan ekonomi lokal. Oleh karena itu, kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan lembaga konservasi sangat penting untuk mengelola potensi alam Raja Ampat dengan bijak demi masa depan yang lestari.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image