Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ahmad Sandy Zulfandi

Membangun Literasi dan Peduli Lingkungan di Desa Kebaman

Eduaksi | 2025-07-07 03:08:29

Pada pagi hari Selasa, 1 Juli 2025, enam mahasiswa Universitas Airlangga dari kelompok Belajar Bersama Komunitas (BBK) Kelompok Kebaman 1 melakukan survey di Desa Kebaman Kecamatan Srono, Kabupaten Banyuwangi. Tidak sendirian, kelompok Kebaman 1 juga ditemani dengan Kelompok kebaman 2 untuk melalukan survey. Kegiatan diawali dengan kunjungan ke Kantor Kecamatan Srono untuk melakukan koordinasi awal. Di sana, mereka disambut langsung oleh Bu Camat yang memberikan penjelasan menyeluruh mengenai wilayah, termasuk gambaran geografis dan sosial Desa Kebaman sebagai lokasi pelaksanaan program BBK.

Bu Camat menyampaikan bahwa Desa Kebaman memiliki karakter unik karena terbagi menjadi dua zona: wilayah perkotaan yang berkembang di sepanjang jalan raya Banyuwangi, dan wilayah pedesaan yang berada di luar jalur utama. Kawasan perkotaan cenderung lebih padat dan dinamis, namun justru menyimpan berbagai tantangan sosial dan lingkungan. Sementara kawasan pedesaan lebih tenang, tetapi membutuhkan penguatan akses literasi dan pemberdayaan masyarakat. Beliau menyambut baik program BBK yang membawa semangat kolaborasi kampus dan masyarakat, khususnya karena tahun ini fokus utama mahasiswa adalah di bidang literasi, yang menyentuh lintas sektor: pendidikan, lingkungan, kesehatan, dan ekonomi.

Kunjungan ke Kantor Kecamatan Srono

Setelah dari kantor kecamatan, para mahasiswa diarahkan menuju Kantor Desa Kebaman. Di sana, mereka disambut hangat oleh perangkat desa dan dipertemukan dengan Kak Citra, staf keuangan desa yang memberikan informasi lebih detail mengenai kondisi riil di lapangan. Kak Citra menjelaskan bahwa pengelolaan sampah masih menjadi masalah utama di desa, khususnya di wilayah padat penduduk. Belum ada sistem pemilahan sampah, dan kesadaran masyarakat terhadap kebersihan masih rendah. Desa pun belum memiliki program atau fasilitas pengolahan sampah yang berjalan aktif. Namun, ia melihat adanya potensi besar untuk kolaborasi, terutama melalui karang taruna yang cukup aktif dan terbuka terhadap gerakan lingkungan berbasis edukasi.

Dalam bidang pendidikan, Kak Citra menyoroti lemahnya budaya literasi, khususnya di kalangan anak-anak dan remaja. Desa sebenarnya memiliki perpustakaan desa yang terletak di balai desa, namun tidak memiliki pustakawan, koleksi bukunya tidak tertata, dan tidak ada program literasi yang berjalan secara rutin. Kegiatan seperti perpustakaan keliling yang pernah digagas karang taruna pun telah terhenti sejak pandemi. Anak-anak lebih banyak menghabiskan waktu dengan gawai, sementara akses terhadap bacaan yang menarik dan edukatif masih minim. Masalah ini memperkuat alasan mengapa BBK kali ini berfokus pada literasi sebagai pintu masuk untuk meningkatkan kualitas pendidikan nonformal di tingkat desa.

Selain itu, masalah di bidang kesehatan juga mendapat perhatian serius. Berdasarkan data desa, kasus stunting masih menjadi salah satu permasalahan yang nyata. Hal ini berkaitan erat dengan tingginya angka pernikahan dini serta kurangnya edukasi tentang gizi dan pola asuh anak. Desa memiliki 21 posyandu aktif, dan dua program unggulan dari puskesmas yaitu Sekolah Lansia Tangguh (Selantang) dan Sekolah Orang Tua Hebat (SOTH). Namun, belum ada pendekatan edukatif yang menyasar remaja secara khusus, terutama dalam pencegahan stunting dan peningkatan literasi kesehatan. Melalui program BBK, mahasiswa akan menggelar kegiatan edukatif seperti penyuluhan tablet tambah darah (TTD) yang interaktif dan menyenangkan untuk remaja perempuan.

Dalam bidang ekonomi, desa menunjukkan potensi yang menjanjikan. Sebagian besar warga bekerja di sektor informal, seperti bertani, berdagang, atau menjadi buruh harian. Namun, tingkat pengangguran masih cukup tinggi, dengan sekitar 16,7% penduduk belum bekerja. Menariknya, sebagian pelaku usaha mikro sudah mulai mengadopsi sistem pembayaran digital seperti QRIS, menandakan adanya kesadaran terhadap ekonomi digital. Selain itu, produk lokal seperti kerajinan tungku dan budidaya lele menjadi kekuatan ekonomi desa yang bisa lebih diberdayakan. Mahasiswa BBK akan turut serta dalam edukasi literasi keuangan bagi anak-anak melalui kegiatan menabung sederhana dan pengenalan manajemen ekonomi rumah tangga secara ringan.

Pertemuan dan survei hari itu menjadi pondasi penting bagi para mahasiswa dalam menyusun program kerja. Dengan pemahaman langsung dari aparatur desa dan pengamatan kondisi lapangan, mereka dapat merancang intervensi yang tepat, berbasis pada literasi sebagai pendekatan utama. Mulai dari revitalisasi perpustakaan desa, membaca nyaring, diskusi buku, hingga pelatihan pengelolaan sampah dan edukasi kesehatan masyarakat, semua disiapkan dengan pendekatan kreatif dan kolaboratif.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image