Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Maria laura Cristine

Kalau Bukan Kita, Siapa Lagi: Demokrasi tidak Bisa Berdiri Sendiri

Politik | 2025-07-06 04:09:23

Pernahkah Anda bertanya-tanya mengapa demokrasi sering kali terasa seperti konsep yang jauh dari keseharian kita? Mungkin karena kita selama ini mengaitkannya hanya dengan pemilu lima tahun sekali, pidato para pejabat, atau rapat-rapat besar yang hanya dihadiri oleh segelintir "orang penting". Padahal, sejatinya, demokrasi bukan milik segelintir elite—ia milik semua warga negara, termasuk Anda.

Demokrasi seharusnya hidup dan tumbuh dalam hal-hal sederhana: dalam obrolan di warung kopi, di ruang kelas saat diskusi kelompok, atau bahkan di kolom komentar media sosial. Namun, realitanya, banyak dari kita yang justru lebih memilih menjadi penonton pasif. Kita cepat protes saat ada kebijakan yang terasa tidak adil, tapi cenderung diam ketika diajak berdiskusi di forum RT. Kita marah melihat ketimpangan sosial di berita, tapi enggan datang ke musyawarah warga.

Inilah krisis terbesar dalam demokrasi: partisipasi yang melemah. Demokrasi tidak akan pernah berjalan dengan baik hanya dengan aturan dan institusi—ia butuh kehadiran nyata dari warganya. Dalam ilmu kewarganegaraan, ini disebut dengan civic engagement: keterlibatan aktif warga dalam kehidupan publik. Bukan hanya saat pemilu, tapi dalam berbagai bentuk aksi sehari-hari—ikut organisasi sekolah, menyampaikan aspirasi di forum diskusi, menjadi sukarelawan, atau sekadar hadir dalam kerja bakti.

Masalahnya, kita sering terjebak dalam pola pikir, "Ah, udah ada yang ngurus," atau "Buat apa sih, suara saya juga nggak ngaruh." Pola pikir ini perlahan tapi pasti menciptakan ruang kosong. Dan ruang kosong itu bisa dengan cepat diisi—bukan oleh mereka yang peduli, tapi oleh mereka yang sekadar haus kuasa.

Demokrasi yang sehat bukan soal siapa yang paling lantang berbicara, tapi siapa yang bersedia hadir, mendengar, dan bertindak. Ia dibangun dari partisipasi kolektif, bukan dari harapan satu arah. Setiap aksi kecil punya nilai. Setiap suara punya arti. Tapi hanya jika kita mau menggunakan hak sekaligus menjalankan kewajiban kita sebagai warga negara.

Jadi, jika kita menginginkan perubahan, keadilan, dan sistem yang lebih baik—jawabannya bukan menunggu. Tapi bergerak. Bertanya. Terlibat. Karena kalau bukan kita, siapa lagi? Mari mulai dari diri sendiri, dari lingkungan terdekat, dari hal-hal kecil, dan dari sekarang.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image