
Lebih dari Sekadar Perbedaan: Menumbuhkan Toleransi Beragama di Lingkungan Akademik
Agama | 2025-06-29 19:41:52
Kata "toleransi" sering digunakan dalam seminar, slogan kampus, atau bahkan di media sosial mahasiswa. Toleransi adalah sikap aktif yang menghargai perbedaan, menghindari prasangka terhadap pendapat orang lain, dan bukan sekadar kata-kata manis.
Kampus bukan hanya tempat menimba ilmu, tapi juga miniatur masyarakat. Di sana, kita bertemu dengan orang-orang dari berbagai latar belakang dan agama. Jika dikelola dengan baik, perbedaan ini bisa menjadi kekayaan yang tak ternilai. Namun, ketidaksepakatan mungkin muncul dan mengganggu suasana akademik. Bagaimana kita bisa meningkatkan toleransi agama di kampus? Tidak hanya menerima perbedaan, tetapi juga merangkulnya.
Institusi pendidikan tinggi memainkan peran penting dalam meningkatkan kemampuan untuk bertoleransi. Bukan hanya melalui mata kuliah Pancasila atau Agama, tetapi juga melalui kebijakan, organisasi, dan ruang diskusi terbuka. Forum lintas agama, pelatihan anti-diskriminasi, dan pengelolaan tempat ibadah yang setara adalah beberapa contoh tindakan yang dapat menunjukkan komitmen kampus terhadap toleransi.
Penting untuk meningkatkan toleransi beragama di perguruan tinggi dengan langkah-langkah seperti menghormati agama lain, memberi ucapan selamat pada hari besar keagamaan, dan menghindari mengganggu orang yang sedang beribadah. Selain itu, kebijakan yang mendorong sikap toleransi dalam masyarakat kampus dapat memperkuat persatuan meskipun memiliki risiko jika tidak dapat diimplementasikan dengan baik. Dalam mengatasi masalah intoleransi beragama di Indonesia, perlu diperbarui kebijakan dan terus menanamkan sikap toleransi dalam masyarakat kampus. Konflik sosial yang terjadi karena perbedaan agama dan budaya masih menjadi masalah yang perlu diperhatikan di dunia pendidikan dan masyarakat.
Kesadaran individu pun menjadi faktor penting dalam menangani masalah intoleransi, meskipun kebijakan kampus terkait intoleransi sudah ada. Terdapat perbedaan pendapat mengenai efektivitas kebijakan tersebut, tetapi dapat diperbaharui untuk meningkatkan efektivitasnya dalam menangani masalah intoleransi. Dalam upaya untuk memahami masalah intoleransi, media sosial dapat digunakan sebagai sumber informasi.
Tujuannya adalah untuk meningkatkan kesadaran dan penghargaan terhadap keragaman sosial dalam setiap keputusan yang diambil di lingkungan perguruan tinggi, dengan kebijakan yang demokratis, berkeadilan, tidak diskriminatif, dan sesuai dengan hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan. Kebijakan ini harus disesuaikan dengan kondisi sosial dan demografi yang ada, dan terus diperbarui agar efektif dalam mempromosikan toleransi di lingkungan kampus.
Citra Ayu Rahmawati, Farihatu Sa’adah, Muhammad Faishal Nawwaf, Nandita Rizkina Azzahra, Sahrul Mubarok, Dadi Mulyadi Nugraha, Yadi Ruyadi. (2023). Toleransi Beragama di Perguruan Tinggi. Vol. 15, No. 1, Januari – Juni 2023, 29-38.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.