Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Aditya Idris

Ngopi, Ngoding, Nge-Green: Revolusi Investasi Hijau dari Ruang Kelas Mahasiswa

Lomba | 2025-06-10 17:22:36

Menggugah Kesadaran: Dari Ruang Kelas Menuju Ruang Investasi Berkelanjutan

Di tengah riuhnya digitalisasi dan meningkatnya ancaman perubahan iklim, dunia bergerak cepat. Isu penyelamatan lingkungan tak lagi sekadar soal menanam pohon atau mengurangi sampah plastik. Kini, perhatian tertuju pada instrumen paling strategis untuk menyelamatkan bumi: Uang.

Di era ketika suhu bumi melonjak dan algoritma digital mengatur irama kehidupan, mahasiswa Indonesia berdiri di persimpangan sejarah. Mereka tak hanya generasi penikmat teknologi, tetapi juga agen perubahan yang memiliki potensi menggerakkan investasi hijau berbasis literasi keuangan digital.

Kini, bukan hanya gawai dan secangkir kopi yang menemani mereka di ruang kuliah, tetapi juga kesadaran bahwa setiap rupiah yang diinvestasikan hari ini bisa menyelamatkan masa depan. Di tengah dinamika ini, Bank Indonesia hadir bukan hanya sebagai penjaga inflasi, tetapi sebagai penggerak literasi finansial yang berwawasan lingkungan. Lahir pula sebuah ekosistem baru: smart citizen—masyarakat yang tak hanya melek finansial, tetapi juga bijak terhadap masa depan planet.

Wacana ekonomi hijau (Green economy) mulai tumbuh subur di Indonesia. Pemerintah mencatat bahwa dalam lima tahun terakhir, 30,3 persen dari total nilai investasi nasional sudah mengarah pada sektor hijau. Target selanjutnya? Meningkatkan porsi tersebut sebesar 20 persen setiap tahun. Lantas, siapa yang akan menjadi lokomotif dari pertumbuhan investasi hijau ini? Jawabannya bisa jadi: mahasiswa.

Mahasiswa: Investor Hijau Masa Depan

Dalam transisi menuju energi bersih dan ekonomi digital, Bank Indonesia memainkan peran strategis. Tak sekadar menjaga stabilitas moneter, tetapi juga sebagai katalis literasi dan inklusi keuangan hijau. Bank Indonesia terus menekankan pentingnya pembentukan Smart citizen melalui integrasi literasi digital dan keuangan.

Mahasiswa sebagai generasi digital-native memiliki potensi luar biasa menjadi pionir inklusi keuangan hijau. Data OJK 2023 menunjukkan bahwa 59,43 persen investor Indonesia berasal dari Gen Z dan milenial—angka yang menunjukkan antusiasme, sekaligus peluang. Melalui berbagai inisiatif seperti BI Mengajar, BI Corner, dan kolaborasi riset kampus, Bank Indonesia mendorong penguatan kurikulum ekonomi digital dan inklusif di lingkungan pendidikan tinggi.

Namun demikian, banyak mahasiswa masih bertanya-tanya: Investasi seperti apa yang berdampak? Bagaimana memilih produk keuangan yang selaras dengan nilai keberlanjutan? Di mana mereka bisa belajar dengan pendekatan yang relevan dengan gaya hidup mereka?

Dari sinilah lahir gagasan visioner dari ruang kelas: platform digital yang menjembatani semangat investasi hijau dengan kemajuan teknologi finansial. Bayangkan mahasiswa tak hanya menjadi konsumen teori, tetapi juga perancang sistem pembelajaran interaktif tentang investasi berkelanjutan. Platform tersebut menggabungkan E-learning, simulasi investasi hijau, dan komunitas kolaboratif dalam satu pengalaman digital.

“Ngoding untuk investasi, bukan cuma untuk tugas kuliah,” Ujar seorang penggagas muda dalam diskusi kampus. Ini bukan sekadar candaan, tapi representasi arah baru: mahasiswa menjadi kreator literasi ekonomi hijau. Lebih jauh, ide ini membuka ruang sinergi strategis dengan program inklusi keuangan Bank Indonesia—mulai dari integrasi modul literasi moneter, pemanfaatan QRIS, hingga pemahaman produk keuangan berbasis prinsip Green financing.

Ketika mahasiswa mendesain gagasan semacam ini, Bank Indonesia tak lagi sekadar berperan sebagai regulator, tetapi juga sebagai katalisator perubahan. Kolaborasi antara Smart citizen dan bank sentral menjadi kunci mewujudkan masa depan investasi hijau yang inklusif, adaptif, dan berbasis pengetahuan.

Literasi Dulu, Inklusi Kemudian

Bank Indonesia dan sektor keuangan memikul tanggung jawab besar untuk memastikan bahwa literasi keuangan tidak berhenti di ruang kelas. Gagasan mahasiswa ini mencoba menjawab tantangan tersebut dengan menawarkan model pembelajaran digital yang interaktif, kontekstual, dan berakar pada realitas generasi muda serta urgensi krisis iklim.

Bayangkan seorang mahasiswa agribisnis dari daerah pesisir yang selama ini hanya memahami keberlanjutan dari perspektif pertanian organik. Melalui platform digital yang dirancang, ia kini dapat mempelajari investasi ekowisata, dinamika pasar karbon, dan pembiayaan untuk UMKM hijau—semuanya disajikan dalam bahasa yang mudah dipahami dan langsung bisa dipraktikkan, termasuk simulasi investasi mikro sebagai langkah awal keterlibatan.

Di sinilah peran Bank Sentral menjadi vital: mendukung pengembangan kurikulum keuangan hijau, mendorong konektivitas antar lembaga, serta memastikan regulasi memberi ruang bagi inklusi yang sehat dan berkelanjutan.

Inisiatif seperti BI-Fast, Open API, dan Sandbox inovasi keuangan digital bukan hanya alat percepatan, tetapi juga jembatan antara semangat mahasiswa dan ekosistem keuangan nasional. Dengan regulasi yang mendukung dan sinergi pemangku kepentingan, gagasan mahasiswa ini bukan hanya layak diuji—tetapi layak ditumbuhkan sebagai wajah baru smart citizen Indonesia.

Mahasiswa, Bank Sentral, dan Masyarakat Adaptif

Menghadapi perubahan global yang cepat dan kompleks, masyarakat tidak bisa lagi menjadi penonton pasif. Mereka harus menjadi pelaku aktif, dan perubahan itu dimulai dari mahasiswa. Generasi ini memiliki potensi besar untuk memimpin transformasi menuju masyarakat yang lebih adaptif, berkelanjutan, dan inklusif.

Melalui inovasi berbasis teknologi, mahasiswa tidak hanya belajar konsep ekonomi hijau, tetapi juga menciptakan solusi digital yang menjembatani teori dengan aksi nyata. Mereka membangun ekosistem warga cerdas—yang memahami bahwa setiap keputusan finansial, sekecil apa pun, adalah bagian dari perjuangan: melawan krisis iklim, memperkuat ekonomi lokal, dan menjaga kestabilan masa depan bangsa.

Peran Bank Indonesia pun ikut bertransformasi. Tak hanya menjadi penjaga angka-angka makroekonomi, tetapi juga fasilitator inovasi dan literasi. Kini, BI aktif hadir di ruang-ruang kampus, ekosistem digital, hingga dalam gagasan mahasiswa yang mengeksplorasi keberlanjutan dan inklusi.

Peran baru ini ditandai dengan keterbukaan terhadap kolaborasi—bukan hanya melalui program edukasi formal, tetapi juga dengan ruang eksperimen dan dukungan terhadap inisiatif digital dari generasi muda. Ketika Bank Indonesia menyambut platform-platform berbasis literasi dan keberlanjutan, ia sedang membangun fondasi ekonomi masa depan.

Melalui Strategi Nasional Keuangan Inklusif (SNKI), pemerintah dan BI menempatkan generasi muda sebagai pilar utama pengarusutamaan inklusi. Maka, bukan hal yang mustahil jika inovasi mahasiswa dalam pengembangan solusi keuangan berkelanjutan mendapat akses pada regulasi terbuka, kolaborasi riset, dan integrasi dalam kurikulum. Dengan dukungan yang tepat, mahasiswa dapat menjadi agen perubahan ekonomi hijau yang berdampak luas.

Penutup: Mimpi yang Bisa Diunduh

Di zaman ketika transformasi besar dimulai dari layar kecil di genggaman, mimpi tak lagi butuh ruang luas—cukup ide, niat, dan keberanian untuk memulai. Gagasan mahasiswa tentang platform keuangan hijau mungkin masih dalam tahap awal, tetapi ia merupakan jawaban atas panggilan zaman: Menjadikan generasi muda sebagai penggerak ekonomi dan lingkungan.

Sinergi antara bank sentral, perguruan tinggi, sektor teknologi, dan lembaga keuangan merupakan fondasi ekosistem inklusi yang berdaya. Ketika ide mahasiswa dipertemukan dengan dukungan regulasi dan inovasi, maka setiap klik bukan lagi sekadar interaksi digital, melainkan langkah konkret menuju ekonomi rendah karbon yang inklusif.

Investasi hijau bukan utopia. Ia telah menjadi bagian dari arsitektur kebijakan nasional—dari RPJMN, Sustainable Finance Roadmap OJK, hingga SNKI yang digerakkan Bank Indonesia dan Kementerian Koordinator Perekonomian. Maka, ketika mahasiswa membangun solusi berbasis literasi dan teknologi, mereka sesungguhnya sedang menulis masa depan bangsa dalam bahasa keberlanjutan.

Kini, di tengah dunia yang kian panas dan digital, mahasiswa tak hanya membawa gawai dan secangkir kopi ke ruang diskusi. Mereka membawa kesadaran, keberanian, dan imajinasi. Bahwa setiap rupiah yang diinvestasikan hari ini, adalah pijakan bagi dunia yang lebih hijau dan masa depan yang lebih berkelanjutan.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image