Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image SUMAYYAH SUMAYYAH

Misteri di Balik #KaburAjaDulu

Trend | 2025-06-04 17:18:47

Tagar #KaburAjaDulu tengah ramai digunakan oleh warganet di berbagai platform media sosial. Tren ini muncul sebagai bentuk ekspresi kekecewaan sebagian masyarakat, khususnya generasi muda, terhadap kondisi sosial, politik, ekonomi, dan penegakan keadilan di Indonesia. Ungkapan ini sekaligus mencerminkan keinginan kuat untuk mencari kehidupan yang dianggap lebih baik di luar negeri.

Foto diambil dari https://rumahkepemimpinan.org/

Tagar ini mulai populer seiring dengan meningkatnya kritik terhadap sejumlah kebijakan pemerintah yang dianggap tidak berpihak kepada rakyat. Di tengah situasi tersebut, muncul dorongan dari masyarakat, terutama anak muda, untuk melanjutkan pendidikan atau membangun karier di luar negeri.

Melalui #KaburAjaDulu, berbagai informasi mengenai peluang kerja, beasiswa, pelatihan bahasa asing, hingga pengalaman hidup di luar negeri dibagikan secara luas. Gerakan ini menjadi ruang diskusi terbuka mengenai pilihan-pilihan masa depan, serta bentuk perlawanan terhadap stagnasi kondisi dalam negeri.

Migrasi sebagai Pilar Ekonomi

Fenomena ini berkaitan erat dengan meningkatnya minat masyarakat Indonesia terhadap migrasi kerja ke luar negeri. Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) mencatat, pemerintah menargetkan penempatan 425.000 WNI sebagai pekerja migran pada 2025, meningkat dari 297.000 orang pada tahun sebelumnya.

Tingginya permintaan global, terutama dari Jepang, Arab Saudi, dan Taiwan, menjadi faktor pendorong utama. Namun, dari estimasi kebutuhan 1,3 juta tenaga kerja, Indonesia baru mampu memenuhi sekitar 20 persen. Hal ini mengindikasikan masih adanya tantangan dalam hal kualifikasi dan keterampilan tenaga kerja.

Kontribusi pekerja migran terhadap ekonomi nasional sangat signifikan. Remitansi atau kiriman uang dari luar negeri diperkirakan menyumbang hingga Rp250 triliun pada 2025. Ini menjadikan sektor ini sebagai salah satu penyumbang devisa terbesar bagi Indonesia.

Dalam perspektif akademik, fenomena ini sejalan dengan Teori Sistem Dunia (Massey) dan Teori Modal Sosial (Castles & Miller), yang menyatakan bahwa migrasi didorong oleh ketimpangan ekonomi dan jaringan sosial yang menghubungkan negara asal dan tujuan.

Peluang dan Tantangan Globalisasi

Di tengah tantangan dalam negeri, globalisasi menawarkan peluang yang tak kecil. Mobilitas dan informasi yang semakin terbuka memungkinkan individu untuk menjangkau pasar kerja internasional dengan lebih mudah. Migrasi bukan hanya menjadi solusi ekonomi personal, melainkan juga peluang kontribusi pada pertumbuhan negara tujuan dan negara asal melalui remitansi.

Jaringan sosial yang kuat berkat media sosial turut mempercepat proses adaptasi migran di negara tujuan. Melalui berbagai platform digital, para migran dapat saling berbagi informasi, pengalaman, dan bantuan praktis, yang mendorong keberhasilan migrasi.

Namun, di sisi lain, tantangan tetap membayangi. BP2MI mencatat bahwa sebagian besar pekerja migran Indonesia masih ditempatkan sebagai pembantu rumah tangga. Ini menunjukkan bahwa mayoritas pekerja migran masih tergolong dalam kategori unskilled atau low skilled.

Minimnya keterampilan menyebabkan daya saing pekerja Indonesia masih kalah dibandingkan tenaga kerja dari negara lain. Sementara itu, penempatan ilegal dan percaloan juga masih marak terjadi. Akses internet yang luas bahkan dimanfaatkan oleh oknum agen untuk menyebarkan lowongan kerja palsu.

Sepanjang Februari 2025, laporan pengaduan pekerja migran meningkat 124,69 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Lima kategori aduan tertinggi mencakup keinginan untuk dipulangkan, gagal berangkat, pekerjaan tidak sesuai perjanjian, deportasi, serta gaji yang tidak dibayar.

Peran Negara dan Harapan ke Depan

Menyikapi fenomena ini, pemerintah memiliki peran penting dalam memberikan perlindungan dan pemberdayaan bagi pekerja migran. Langkah strategis yang tengah diambil antara lain adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui pelatihan, pendidikan vokasi, serta sertifikasi keterampilan.

Salah satu contohnya adalah kerja sama antara Indonesia dan Jepang dalam skema Specified Skilled Worker (SSW), yang membuka akses bagi tenaga kerja Indonesia ke sektor formal di Jepang, selama memenuhi standar keterampilan dan bahasa.

Globalisasi bukan hanya tantangan, tetapi juga peluang untuk meraih kesejahteraan. Dengan penyiapan SDM yang berkualitas dan perlindungan yang memadai, migrasi dapat menjadi solusi bagi mereka yang ingin mencari masa depan lebih baik, tanpa harus “kabur” karena putus asa.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image