Bagilah Informasi Kepada Orang yang Tepat

Hikmah  
Ceramah di sebuah masjid (ilustrasi)

Dulu, praktik komunikasi dengan perantaraan media tak begitu mengkhawatirkan. Sebab, teknologi informasi belum secanggih sekarang. Jumlah dan ragam media sangat terbatas. Pesan tersampaikan kepada orang yang tepat.

Sekarang, kemajuan teknologi informasi justru membuat praktik jurnalistik menjadi berbahaya. Pesan tidak lagi tersampaikan kepada orang yang tepat.

Sebagai contoh, ketika virus corona mulai merebak. Media-media berlomba-lomba menyajikan informasi tentang korban yang barjatuhan secara tragis. Padahal, apakah masyarakat membutuhkan informasi tersebut? Tidak! Kalau pun mereka butuh, seharusnya dalam dosis yang tepat.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

BACA JUGA: Tiga Tahapan Dakwah Kepada Kaum Terpelajar

Cerita yang jauh lebih dibutuhkan masyarakat ketika itu adalah tentang kesembuhan, upaya yang pantang menyerah, dan keyakinan bahwa mereka bisa menghadapi semua ini.

Belum lagi bila kita berbicara tentang jurnalisme warga, banyak sekali informasi yang tidak tepat sasaran, tidak tepat situasi, dan tidak tepat waktu, karena syahwat ingin segera berbagi cerita.

Ceramah di sebuah masjid, misalnya, barangkali hanya cocok didengar oleh jamaah di masjid tersebut yang memang telah terdidik untuk menerimanya. Bila ceramah itu diam-diam direkam, lalu dibagi kepada publik, maka boleh jadi yang muncul adalah praduga, tudingan, bahkan fitnah.

Padahal, Islam menganjurkan agar kita memperhatikan kondisi masyarakat yang kita dakwahi, termasuk materi dakwahnya, bila hendak berdakwah kepada sebuah masyarakat. Materi dakwah yang bermanfaat untuk kaum awam, belum tentu bermanfaat untuk kaum terdidik. Begitu pula sebaliknya. Jika dipukul rata, boleh jadi akan memicu timbulnya konflik.

BACA JUGA: Mana yang Lebih Dulu, Ilmu atau Iman

Sebegitu pentingnya hal ini sampai Imam Bukhari membuat bab dalam Shahih-nya tentang mengkhususkan sebuah ilmu kepada suatu kaum yang tidak boleh disampaikan kepada kaum yang lain karena khawatir akan salah persepsi. Beliau menukil perkataan Ali bin Aabi Thalib, "Berbicaralah kepada orang banyak dengan apa yang dapat mereka pahami. Sukakah kalian bila mereka nanti mendustai Allah Azza wa Jalla dan Rasul-Nya?”

Ibnu Masud juga berkata hal senada. "Tidakkah kamu menyampaikan sesuatu yang tidak dapat dicerna oleh akal suatu kaum, melainkan akan menimbulkan fitnah bagi sebagian mereka."

Bahkan Islam juga menganjurkan kepada kita agar memperhatikan waktu dan kondisi dalam berdakwah, serta memperhatikan skala prioritas masyarakat yang didakwahi. Kisah mashur tentang Muadz yang diutus oleh Rasulullah SAW ke Yaman untuk berdakwah adalah contoh bagaimana dakwah harus dijalankan secara sistematis, bukan semau gue.

Kata Rasulullah SAW, sebagaimana diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, "Engkau bakal mendatangi suatu kaum dari kalangan ahli kitab, maka jadikanlah awal dakwahmu kepada mereka adalah peribadatan kepada Allah semata. Jika mereka telah mengenali Allah, sampaikan kepada mereka bahwa Allah mewajibkan atas mereka shalat lima waktu sehari semalam. Jika mereka melakukannya maka sampaikan kepada mereka bahwa Allah mewajibkan atas mereka zakat yang diambil dari orang-orang kaya dan diberikan kepada fakir miskin. Jika mereka menaatinya maka ambillah harta-harta itu dan hindarilah harta-harta kesayangan mereka."

Jadi, kemajuan teknologi belum tentu melahirkan kemajuan peradaban bila tidak diikuti dengan etika yang benar.

Wallahu alam.

Penulis: Mahladi Murni

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Jaga Iman dengan Berbagi Renungan

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image