Pengalaman Terpapar Covid - 19 Sri Asfiyah,S.Pd.
Guru Menulis | 2022-03-03 16:52:48Dr Faheem Younus dari University of Maryland di Amerika, kepala Klinik Penyakit Menular. tweet fakta tentang Covid-19, Dia Tweet Kita akan hidup dengan Covid-19 selama berbulan-bulan. Jangan menyangkal atau panik. Mari kita tidak membuat hidup terlalu sulit. Mari kita belajar untuk bahagia dan hidup dengan kenyataan itu.
Virus tidak akan mengurangi efeknya di musim panas. Ini musim panas di Brasil dan Argentina, tetapi virusnya menyebar dengan cepat. Anda tidak dapat menghancurkan virus Covid-19 yang telah menembus sel dengan terlalu banyak minum air, Anda hanya akan sering ke toilet.
Mencuci tangan dan menjaga jarak 1,8 meter adalah cara terbaik untuk melindungi diri dari virus. Jika Anda tidak memiliki pasien Covid-19 di rumah, tidak perlu mendisinfeksi permukaan di dalam rumah.
Tanggal 21 Mei Tahun 2021 lalu teman sekantor saya terpapar Covid-19 sekeluarga. Tiga hari menjelang tugas negara pelaksanaan Assesmen Standarisasi Pendidikan Dasar (ASPD ) bagi siswa kami kelas VI di seluruh jajaran Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Daerah Istimewa Yogyakarta. Pemberitaan mengenai pandemi Covid-19 pada media sampai hari ini menjadi tolok ukur kondisi di negara ini, bahwa kita sedang berperang sengit melawan Covid-19 dan beberapa warga telah menjadi korban meninggal. Jumlah pasien Covid-19 mengalami peningkatan yang ekstrim, hal ini bisa dilihat bahwa sampai tanggal 11 Juli 2021 Jumlah pasien Covid-19 terkonfirmasi berdasarkan data kawalcovid19.id yaitu 2.527.203 pasien, 2.084.724 pasien sembuh, 376.015 pasien dalam perawatan dan 66.464 jiwa meninggal. Menjadi alasan yang kuat bagi pemerintah untuk memberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat atau PPKM Darurat di wilayah Jawa dan Bali sejak tanggal 3 hingga 20 Juli tahun 2021 , diperpanjang tanggal 22 – 31 Juli 2021, dipanjang lagi tanggal 31- 2 Agustus 2021, dan hingga saat ini tanggal 2 – 9 Agustus 2021 mengingat jumlah pasien yang meningkat dan mulai kedodorannya fasilitas kesehatan yang ada untuk menjamin perawatan bagi pasien Covid-19.
Sebagai salah satu orang yang pernah merasakan dampak terpaparnya wabah Covid-19 tepatnya di tanggal 30 Juni – 14 Juli 2021 lalu, saya sekeluarga merasa sangat bersyukur bisa kembali sembuh dan normal beraktifitas kembali meskipun proses penyembuhannya membutuhkan proses yang tidak sebentar. Berjuang untuk memulihkan penciuman saja ekstrim sekali, berapa menit sekali kita cium uap air minyak kayu putih , kulit jeruk, dan wangi–wangian yang lain. Saya dulu membayangkan terkena Covid-19 sama seperti sakit flu biasa saja, habis sembuh dari sakit aktifitas normal kembali seperti semula, ternyata faktanya tidak seperti yang dibayangkan juga karena pasca sakit kita harus memulihkan kondisi fisik kita agar bugar kembali. Terpapar Covid-19 bukanlah suatu aib yang harus ditutupi dan dirahasiakan, justru perlu keterbukaan kita agar siapa saja yang berinteraksi dengan kita dalam kurun waktu tertentu dapat mengantisipasi potensi resiko yang ada dari interaksi yang berlangsung.
Dinyatakan positif Covid-19 berdasarkan rapid antigen merupakan kejutan yang tidak saya bayangkan mengingat selama ini protokol kesehatan maupun pembatasan fisik sudah coba dilaksanakan secara benar dan saya juga sudah vaksin sampai dua kali, namun kita tidak tahu sumber itu darimana dan tidak menyalahkan dan mencari lebih detil juga siapa yang menularkannya. Saya mencoba menerima kondisi tersebut dengan tegar meskipun kondisi psikologis tetap susah untuk kompromi sehingga menyebabkan kondisi tubuh malah semakin menurun dalam proses Isolasi Mandiri (Isoman) yang saya jalani. Gejela-gejala penyakit yang selama ini hanya melintas dalam pemberitaan di ruang publik terbukti dengan tenggorokan yang mulai kering dan batuk-batuk, panas yang tinggi dan penciuman yang hilang selama hampir 4 hari. Ketika penciuman mulai normal harapan sembuh itu sudah terbayang, Alhamdulillah saat kami harus melakukan swab di akhir isoman ternyata kami sekeluarga telah dinyatakan sehat dari Puskesmas di tempat tinggal saya di Yogyakarta.
Memang dalam fase pengobatan dukungan moral orang sekitar dan kestabilan pikiran menjadi obat plus dalam proses penyembuhan. Arus informasi yang terlalu liar kita konsumsi dan pemberitaan negatif seputar Covid-19 kadang malah menjadikan diri kita menjadi semakin tidak percaya diri atau minder, itulah mengapa pentingnya kita menyaring arus informasi melalui pemberitaan yang berseliweran di media massa maupun media sosial pada gawai kita. Pernah satu hari pasca secara intensif meng update berita meninggalnya beberapa publik figur karena terpapar Covid-19, badan ini terasa agak demam kembali sehingga diberikanlah tindakan dengan menyuntik beberapa obat yang berakibat badan lemas dan keringat dingin keluar walhasil lampu ruangan pun dimatikan supaya bisa tertidur. Terhenyak ketika mata terbuka sosok berpakaian putih sudah ada di dalam ruangan, seketika itu langsung kaget dan dalam hati berujar, Innalillahi wa Inna Ilaihi Rojiun, selesai sudah ini.
Dalam muhasabah saya di saat terinveksi Covid-19 lalu, terbukti sudah bahwa Allah SWT telah memberikan nikmat yang luar bisa kepada kita dan kesempatan sehat untuk kembali beraktifitas normal kembali. Tidak terbayang semua fasilitas dan usaha untuk menuju sehat itu berapa nilainya, bandingkan dengan kondisi sehat yang kita dapatkan dan seringkali kita lalai dalam mensyukurinya. Hidup dan mati adalah menjadi Kuasa-Nya. Mengutip Firman Allah SWT dalam surat Al Anam Ayat 60 yang artinya Dan Dialah yang menidurkan kamu di malam hari dan Dia mengetahui apa yang kamu kerjakan di siang hari, kemudian Dia membangunkan kamu pada siang hari untuk disempurnakan umur(mu) yang telah ditentukan, kemudian kepada Allah-lah kamu kembali, lalu Dia memberitahukan kepadamu apa yang dahulu kamu kerjakan.
Bertitik tolak pada ayat diatas saya meyakini bahwa jatah usia telah ditentukan kuotanya oleh Yang Maha Kuasa Allah SWT, tinggal kita mengisi kuota yang diberikan itu dengan amalan-amalan terbaik dan menjauhi larangan sesuai perintah-Nya. Menyikapi kondisi pandemi dan bahaya Covid-19 di sekitar kita tentunya perlu kita sikapi dengan bijak melalui ikhtiar menjalankan protokol kesehatan dan mengikuti program-program guna mendukung ketahanan kesehatan diri kita dalam aktifitas sosial, ibadah maupun pekerjaan. Dan ketika diantara kita tertimpa sakit maka bersabarlah dan janganlah berputus asa, tetaplah berpikir positif serta yakin untuk meminta pertolongan Allah dengan memperbanyak dzikir Hasbunallah Wanikmal Wakil, Nikmal Maula Wanikman Nasir yang artinya : "Cukuplah ALLAH sebagai penolong kami, dan ALLAH adalah sebaik-baik pelindung"
***07.08.2021***
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.