Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Adeummunasywah Adeummunasywah

Krisis Bertubi-tubi Akibat Ulah Segelintir Oligarki

Info Terkini | Thursday, 03 Mar 2022, 05:31 WIB

Krisis Bertubi-tubi Akibat Ulah Segelintir Oligarki

Oleh : Ismawati ( Ibu Peduli Generasi )

Satgas pangan Polri mengungkap salah satu penyebab kelangkaan minyak goreng di pasaran. Diketahui, hal tersebut di duga terjadi karena banyak nya pedagang di pasar tradisional yang enggan menjual minyak goreng lantaran takut merugikan. Fenomena ini banyak terjadi di pasar tradisional untuk minyak goreng curah. Karena di pasar tradisional di tahan oleh mereka yang beli dengan harga lama, jual harga baru rugi dan menahan, " Ucap ka satgas pangan Polisi Irjen Helmy Santika saat jumpa pers, kamis ( 24/2/2022 ) . Akhirnya, masyarakat harus berbelanja minyak goreng ke retail modern. Sebab pasokan minyak goreng di pasar tradisional di sebut di tahan oleh para pedagang " Akhirnya menyerbu ke retail. Artinya kalau semua di pasar tradisional di tahan dan beli ke retail modern yang di jatah, pasti akan habis, " Kata Helmy oleh karena itu, Helmy mengatakan pihaknya akan memberi edukasi kepada para pedagang minyak goreng tradisional agar tidak lagi menahan barang dagangan nya. Selain itu, pihaknya akan menggelar oprasi pasar. https//news.detik.com.

Fenomena kelangkaan minyak goreng di pasaran masih terus berlanjut sehingga masyarakat mengalami dampak dari kelangkaan tersebut. Bahkan sudah banyak pedagang- pedagang makanan yang terpaksa menutup tempat usahanya akibat peristiwa ini. Sementara kebijakan satu harga yang di terapkan pemerintah justru semakin menambah masalah, pasalnya tetap saja orang - orang yang bermodal besar memanfaatkan momen seperti ini untuk menimbun barang sebanyak-banyaknya yang nantinya akan di jual kembali dengan harga tinggi. Lagi - lagi masyarakat kecil yang merasakan akibatnya. Sebenarnya Indonesia adalah salah satu negeri produsen minyak sawit terbesar di dunia namun kenyataannya hari ini mengalami krisis kelangkaan minyak goreng sungguh ironis dan menyedihkan. Semua itu akibat kebijakan yang diambil penguasa hanya memihak segelintir oligarki tanpa mempedulikan nasib rakyatnya. Tidak salah jika banyak kalangan menyebut saat ini sebagai eranya oligarki berkuasa yang banyak menguntungkan pengusaha dengan dalih investasi mereka melegalkan praktek - praktek kerusakan lingkungan. Betapa tidak hutan mereka ubah menjadi perkebunan sawit yang selanjutnya mengolah dan memproduksi minyak kelapa sawit, kemudian mereka juga yang menguasai pasarnya. Maka tak bisa di sangkal lagi semua tindakan itu secara nyata telah menempatkan Indonesia kejurang kehancuran. Negeri ini semakin jauh tenggelam dalam korporatokrasi ( kedaulatan ditangan pemilik modal ), bukan demokrasi ( kedaulatan di tangan rakyat ) . Dengan kekuatan modalnya oligarki itu bisa membeli apa saja, dan menguasai semuanya. Rakyat hanya dijadikan legitimasi untuk nafsu serakah mereka wakil rakyat yang diharapkan menjadi penyalur aspirasi rakyat, justru menjadi kepanjangan tangan pengusaha. Tanpa memikirkan nasib rakyatnya yang kesulitan mencari salah satu bahan pokok demi keberlangsungan hidupnya. Sekali lagi penguasa gagap dalam menghadapi masalah seperti ini. Padahal yang diharapkan masyarakat adalah penguasa sigap dalam mencari solusi demi tuntas nya persoalan - persoalan yang sedang dihadapi.

Ketika melihat persoalan - persoalan yang mendera negeri ini tak kunjung usai teringat kembali sejarah orang - orang Yahudi di Madinah yang gemar melakukan kecurangan mereka pintar mencari sumber penghidupan dan pencaharian. Perputaran bisnis biji - bijian, korma, khamr dan kain ada di tangan mereka. Mereka mengimpor kain, biji - bijian dan khamr, serta mengekspor korma. Selain itu pun masih banyak pekerjaan yang mereka tekuni, mereka mengambil keuntungan sekian kali lipat dari orang - orang Arab secara keseluruhan dan juga menerapkan riba.

Mereka bisa memberi pinjaman uang kepada para pemimpin dan pemuka Arab, agar para pemimpin itu memberikan pujian kepada mereka lewat syair-syair hingga mereka menjadi tersohor di masyarakat karena mengucurkan dana sekian banyak. Setelah itu mereka mengambil tanah dan kebun para pemimpin itu sebagai jaminan, dan beberapa tahun kemudian tanah - tanah itu menjadi milik mereka jika hutang tidak terlunasi. Mereka juga dikenal sebagai orang - orang yang suka menyebarkan isu dan kerusakan, angkuh, bersekongkol, memicu peperangan dan permusuhan diantara berbagai kabilah - kabilah yang berdekatan dengan mereka. Mengadu domba dengan cara yang licik dan terselubung, tanpa disadari sedikit pun oleh kabilah - kabilah itu, sehingga kabilah yang satu dengan yang lainnya terus - menerus dilanda peperangan.

Dengan cara ini orang - orang Yahudi bisa meraup dua keuntungan sekaligus, dapat menjaga eksistensi mereka, menerapkan pasar riba untuk mengambil keuntungan sekian kali lipat, dengan begitu mereka bisa menumpuk kekayaan yang melimpah. Tentu saja tidak ada yang diharapkan Rasulullah SAW dari orang - orang Yahudi ini. Karena mereka memandang Islam dengan mata kebencian dan kedengkian. Sementara itu dakwah Islam senantiasa mampu menyatukan hati manusia, memadamkan api kebencian dan permusuhan, mengajak kepada penempatan janji dan memegang amanat dalam keadaan bagaimanapun, membatasi pada makan yang halal dan pencarian harta yang baik. Jika begitu keadaannya cakar Yahudi tentu akan tumpul dan aktivitas bisnis mereka siap mengalami kegagalan.

Mereka tidak bisa lagi mengeruk pemasukan dari pasar riba yang selama ini menjadi sumber kekayaan mereka. Bahkan boleh jadi kabilah - kabilah Arab itu akan bangkit, lalu memperhitungkan harta riba yang pernah di ambil orang - orang Yahudi, lalu mereka menuntut kembali tanah yang pernah lepas ketangan orang - orang Yahudi. Itulah gambaran kondisi di dalam negeri yang kalau itu merupakan pelajaran dan pengalaman pertama yang diterima Rasulullah SAW dalam menghadapi orang - orang Yahudi di Madinah. Selanjutnya mereka di Ikat dengan aturan Islam yang di bawa oleh Rasulullah SAW. Wallahu a' lama bishawwab.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image