Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Upik Kamalia

Air Terjun Manyarai, Mutiara Terpendam dari Surian Kabupaten Solok

Wisata | Sunday, 27 Feb 2022, 20:07 WIB

Apakah Anda termasuk mereka yang suka berpetualang? Menyusuri jalan setapak diantara sawah,lading dan hutan belantara, menguji kekuatan kaki untuk berjalan jauh dan akhirnya menemukan sesuatu yang tidak terbayangkan sebelumnya? Sepertinya Air Terjun Manyarai Timbulun yang ada di Nagari Surian adalah pilihan yang tepat.

Dijamin tidak akan menyesal atau merasa rugi. Percayalah. Terlebih tempat ini masih jarang dikunjungi orang. Ia tersembunyi jauh dari perumahan penduduk. Tertarik? Nah Nagari Surian berjarak kira-kira 100 KM dari Padang dan sekitar 90 KM dari Solok dengan waktu tempun 2-3 jam menggunakan transportasi darat. Cukup dengan membayar ongkos sebesar Rp. 30.000 s/d 40.000 dari dua kota tersebut kita akan sampai di Surian.

Jalan Padang-Surian sudah lama menjadi jalan penting. Menjadi jalur transportasi utama yang digunakan pemerintah colonial Belanda menuju ke Muara Labuh sampai ke Kerinci. Tidak hanya itu Belanda juga menjadikan Surian sebagai salah satu pusat pennanaman kopi di Sumatera Barat. Jadi tidak heran nama Surian sudah dikenal sejak zaman Belanda.

Nagari Surian tidak hanya menyuguhkan wisata alam, wisata kulinernyapun tidak kalah menantang. Disini kita dapat memanjakan lidah menikmati Sate Ambrizal atau Sate Lolo yang telah dikenal kelezatannya. Atau bagi mereka penikmat kopi jangan lewatkan kopi Surian yang baru-baru ini bahkan sudah go internasional. Dan kalau ingin membawa oleh-oleh untuk keluarga belilah kacang Surian Buatan Haji Arifin.

Air Terjun Manyarai terletak Timbulun Jorong Jalan Balantai Surian Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Solok. Jika ingin kesana maka bekal yang cukup harus disediakan termasuk menu makan siang. Kesehatan juga harus baik karena perjalanan yang akan ditempuh memakan waktu 3 sampai 4 jam mendakin dan menurun.

Untuk mencapai air terjun terdapat dua jalan yang bisa ditempuh. Jalan pertema melewati Simpang Tampuniak dekat SD 012 Surian tepat didepan jalan balantai.mengapa disebut Jalan Balantai ternyata punya cerita tersendiri. Tepat di depan jalan belantai sekarang dulu tanahnya sedikit lunak dan berlumpur terus tidak pernah kering, bahakan ceritanya seperti lumpur hidup. Pemerintah Belanda kemudian melantai jalan tersebut dengan kayu yang kokoh. Sejak itu tersebutlah daerah itu Jorong Jalan Balantai.

Dari Simpang Tampuniak kita berjalan masuk kedalam melewati persawahan penduduk dikiri kanan jalan. Jalannya menurun dan mendaki, besar jalan hanya cukup dilalui oleh kedaraan roda dua. Dari sini kita akan melewati sebuah kubangan kerbau yang cukup besar hingga sampai disebuah jembatan kayu. Dijembatan ini bertemulah kita dengan satu jalan yang besar yang dapat dilalui kendaraan roda empat. Jalan tersebut sesungguhnya adalah jalan kedua yang dapat ditempuh untuk mencapai air terjun. Bermula dari Ulu Suliti sekitar setengah kilo dari perbatasan antara Kabupaten Solok dan Solok Selatan. Jika kita tidak ingin berjalan seperti tadi maka jalan ini bisa ditempuh sampai ke jembatan kayu.

Setelah melewati jembatan kayu, kita akan bertemu dengan sebuah Timbulun. Kira-kira 10 menit dari Timbulun terdapat sebuah bendungan cukup besar berjenjang yang kalau tidak berhenti dan berfoto-foto disana akan rugi rasanya. Selain menghadirkan suasana yang nyaman dan sejuk Bendungan tersebut ternyata mempunyai kisah yang menarik. Konon kabarnya bendungan itu dijaga oleh 8 ekor ikan siluman yang hanya muncul pada saat bulan purnama. Ikan-ikan tersebut tidak mudah ditangkap karena dapat menghilang. Kalaupun tertangkap ikan tersebut akan mebawa kesialan bagi orang yang menangkapnya.

Menurut cerita pernah seorang laki-laki berhasil menangkap itu dan membawanya pulang. Setiba dirumah ia meminta istrinya menggulai ikan tersebut, baru saja ia cicipi rasa panas tiba-tiba merasuki tubuhnya. Laki-laki tersebut terus meminta air, tidak cukup kemudian ia berlari ke bendungan dan merendam diri disana. Ikan yang di masak tdi akhirnya dimasukkan kembali ke bendungan. Pernah juga seorang ttua kampong yang berdekatan rumahnya dengan bendungan tersebut bermimpi agar tidak ada yang mengganggu ikan tersebut jika muncul jika diganggu maka musibah akan menimpa kampong.

Selepas dari bendungan kita akan melewati bentangan persawahan yang luas, menyuguhkan pemandangan yang menyejukkan dan memberi energy kepada kaki yang mulai terasa penat. Perjalanan ke Air Manyerai masih jauh. 1 km berjalan kita mulai memasuki perladangan penduduk yang nampaknya kurang terawat. Tanamannya rata-rata sudah di tumbuhi semak belukar.

Kira-kira 2 Km sebelum sampai ke Air Terjun Mayarai terdapat sebuah batu yang besarnya melebihi sebuah rumah. Diatas batu itu bisa duduk 30 orang lebih. Letaknya sedikit mencorok kedalam sehingga dari jalan setapak yang kita lalui tidak kelihatan. Kita harus melalui lading cabe rawit untuk sampai kesana. Mungkin suatu saat mereka yang ingin kesna isi ladangnya sudah diganti.

Perjalanan dari batu besar ke Aia menyarai semakin sulit karena harus melewati hutan dengan pepohonan yang besar walau tidak begitu rapat. Perjalanan terasa berat karena harus menyusur beberapa anak sungai dengan pepohonan yang sudah tumbang disana sini. Jika tidak berhati-hati maka bisa-bisa kaki terperosok diantara kayu lapuk tersebut. Selain itu kadang kala harus pula melewati batu batu licin. Sungguh sebuah perjalanan yang menguji nyali. Oleh Sebab itu bagi yang ingin ke Air Terjun Manyarai sebaiknya membawa sepatu atau sandal yang sesuai.

Setelah menuruni sebuah batu licin terlihatlah sebuah air terjun yang menakjubkan. Tingginya diperkirakan mencapai 70 meter. Itulah Air Terjun Manyarai yang menjadi tujuan utama perjalanan. Untuk mendekati air terjun hanya ada satu jalan yakni harus melewati batu besar nan licin. Sungai tidak mungkin disusuri karena terdapat sebuah lubuk yang dalam diisana cocok buat mereka yang ingin mandi dan berenang.

Dengan bantuan tali dan tongkat pramuka batu besar itu dapat dilewati. Jika tidak berani, lihat saja Air Terjun yang indah itu dari sana. Mendekati air terjun terhampar beberapa batuan besar yang bagus sekali untuk berfoto-foto. Namun hati-hati karena bisa-bisa kamera yang digunakan basah oleh percikan air terjun. Disekitar batu batu itu air sungainya dangakal dan bersih, terlihat pasir yang putih didasarnya. Sayang kalau dilewatkan untuk tidak mandi. Jika ingin lebih mendekat lagi ke tempat jatuhnya air maka kita harus melewati dan mendaki batu yang sedikit curam.

Air Manyarai yang ini merupakan air terjun pertama dari 7 buah air terjun yang terdapat di daerah itu. Jarak antara satu air terjun dengan air terjun berikutnya kira-kira 2 km. Sebagian kecil yang baru mencapai baik yang kedua maupun yang ke 3 dan 4 untuk yang ketujuh bahkan belum ada. Benar atau tidak. Air terjun yang kedua menurut mereka yang sudah sampai kesana lebih menawan lagi karena jika di Air terjun pertama dikelilingi oleh batu yang berlumut maka di air terjun yang ke dua dikelilingi oleh bunga-bunga yang indah. Sepertinya harus disediakan waktu yang cukup untuk dapat mencapai semua air terjun itu. Kalau ingin mencapai sampai ke Air Terjun ke 5 maka disarankan untuk membawa tenda karena harus bermalam di hutan tersebut, Jadi apa lagi sungguh perjalanan yang menantang bukan?

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image