Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Agung Han

Lembutkan Hatimu dengan Berbagi

Gaya Hidup | Friday, 25 Feb 2022, 21:29 WIB
Dokumentsi pribadi

Saya sangat sepakat, bahwa tetangga (lingkungan) yang baik adalah bagian dari surga di dunia. Dan saya bersyukur, bertetangga dengan orang baik. Saya merasakan dari kali pertama pindah rumah, setelah serah terima dengan pemilik lama. Perempuan paruh baya (kemudian kami tahu adalah khadimat), mengantar teh manis hangat saat kami beberes rumah.

Hari ini, setelah tiga belas tahun kami tinggal. Tetangga tak berubah sikap dan perilakunya. Kalau kami dari bepergian, kemudian mengantar oleh-oleh. Hal yang sama dilakukan kepada kami.

Saya merasa bersyukur dan beruntung, dianugerahi lingkungan (tetangga) yang menyenangkan.

----

Pernah kejadian, di rumah sedang banyak stock buah. Lazimnya buah (apalagi pisang) tidak tahan lama, istri membagikan ke beberapa tetangga. Diantara sekian rumah dibagi buah, ada satu tetangga kelihatan aslinya.

Baru siang istri mengantarkan makanan, selepas ashar pintu pagar diketok. Terdengar suara anak kecil, si bungsu mengahampiri dan masuk menenteng makanan. Tetangga depan rumah sebegitu sigap membalas hantaran.

Sejak saat itu, kami “tertular” kegemaran berbagi. Setiap ada makanan, nama tetangga muncul di benak. Kebaikan tetangga rupanya tidak hanya ke kami, tetapi juga ke rumah yang lain. Tak peduli bagaimana tanggapan, dibalas atau tidak hantaran tersebut.

Lembutkanmu Hati dengan Berbagi

Dokpri

Jangan sangka, makanan dibagikan selalu mahal. Semacam beef teriyaki, chicken teriyaki, ikan gurame atau kakap di sambal bumbu bali. Tidak, tidak harus mahal atau bergengsi.

Pernah yang diantar mie ayam atau dimsum, nasi goreng telor ceplok atau bakpao hangat. Saya pernah mengantarkan sambal kacang, buah pisang, es pisang ijo dan semisalnya.

Pernah ketika pulang kampung, kami membawakan rengginang, ketan uli, rangin atau sambal kacang buatan ibu saya. Pernah membawakan peralatan masak khas desa, sendok sayur dari batok kelapa, cobek dari tanah liat, pisau mungil dan sejenisnya.

------

Kalau dipikir- pikir, sebegitu sederhananya berbagi. Dimulai dari berbagi yang kita punya, tak perlu memaksakan diri membeli yang mahal. Pemberian disertai ketulusan, niscaya akan terasa di hati penerimanya. Bisa tertampakan melalui bahasa tubuh, melalui ucapan, melalui sikap keseharian, dan seterusnya.

Dan dari kebiasaan memberi, efeknya adalah kelembutan hati. Orang dengan hati lembut, tak mudah berprasangka buruk. Termotivasi melanggengkan kebiasaan baik, dan mengajak sekitarnya mengikuti.

So, berbagi itu melembutkan hati.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image