Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image saman saefudin

Sakit Kecil Saja Bisa Mengacaukan Duniamu Loh

Gaya Hidup | Monday, 21 Feb 2022, 16:55 WIB
Sumber gambar: https://static.republika.co.id/uploads/images/inpicture_slide/menderita-sakit_210529000427-355.jpg

Halo manusia-manusia kuat, sudahkan Anda sakit dalam sepekan ini, atau sebulan ini? Atau, kapan terakhir Anda sakit? Tidak mesti sakit berat ya, karena sakit kecil saja bisa cukup mengganggu banyak aktivitasmu kan. Kalau seharian ini Anda harus bertemu banyak klien penting, tetapi hidung Anda meler tak tertanahkan, bisa dibayangkan betapa tak nyamannya bukan.

Dalam cuaca seperti sekarang ini, kita mungkin menjadi lebih berisiko terpapar virus batuk pilek. Kalau Anda seorang pembicara nasional yang terbiasa mengisi sesi 4 jam misalnya, beranikah memenuhi tugas speaking itu dalam kondisi batuk yang tengah ngiklik? Tentu terlalu berisiko bukan. Meski batuk pilek sering dianggap sakit ringan, ia tetap saja menimbulkan gejala klinis seperti linu dan nafas yang sediit berat, sehingga tubuh lebih lemas. Untung cuma batuk pilek, belum diare kan? Hehe, itu teman nyelethuk.

Belum lagi kalau jenisnya itu sakit kepala atau terlebih sakit gigi. Wah, itu teman kantor ngomong kenceng dikit aja bawaannya kaya ngajak berantem kan.

Ya begitulah manusia, sehebat dan sekuat apapun, tubuhnya punya ambang batas toleransi. Ketika bekerja atau beraktivitas terlalu keras, melebihi batas normalnya Anda, maka tubuh juga akan menuntut hak, misal dengan sakit yang mengharuskan Anda bedest di rumah atau bahkan opname di rumah sakit. Tak perduli apakah pekerjaan Anda mengandalkan fisik atau lebih banyak pikiran, sakit adalah kode alam, sebuah perangkat alarm yang telah Tuhan sisipkan dalam makhluk ciptaannya agar tak lupa beristirahat. Betapa seimbangnya sistem organ manusia, sehingga saat mereka dituntut kerja ekstra, risikonya adalah sakit.

Jangan juga menganggap kerja otak berisiko sakit lebih rendah. Karena saat pikiranmu overload dan lelah, justru ia mempercepat tubuh sakit. You are what you think. Kalau pikiranmu mengatakan sudah tak kuat bekerja, maka ia akan mengirim gelombang itu ke seluruh saraf tubuh.

Kembali kepada bahasan awal, maka sakit bisa dipahami sebagai mekanisme pertahanan internal bahwa ada batas lelah yang telah sebisa mungkin tak dilanggar. Atau kalau mau ditambahkan faktor pemicu dan pemacunya, bisa juga pola makan. Bisa sering telat makan, atau malah gila makan. Maka benarlah ungkapan, You are what you eat. Makanya, yoks hidup sehat, karena sakit seringan apapun tetap nggak enak kan?

Jangan hanya melihat sakitnya yang ringan, tetapi pertimbangkan juga risiko-risiko lain yang harus kita bayar dari sakit kita. Bisa saja project yang sudah kita tunggu-tunggu menjadi terganggu, atau beberapa agenda penting tak bisa berjalan normal. Bahkan kalaupun Anda masih berstatus jobless, sakit juga bisa mengganggu aktivitasmu mencari kerja kan?

Apalagi kalau profesi Anda adalah seorang jurnalis, sepertinya sakit tak boleh mendekatimu,bro. Sebuah pameo kejam mengatakan; Wartawan dilarang sakit!. Nah, sadis bukan. Ya meski praktiknya tak sejahat itu, tapi bahwa beban kerja wartawan sering melampaui ambang batas, itu juga banyak benarnya. Lebih memprihatinkan lagi karena kesejahteraan mereka jauh panggang dari api.

Tahun 2007, saya belum lama menjadi wartawan, dan mendapat tugas liputan ke sebuah pondok pesantren. Cukup jauh lokasinya. Tetapi di tengah jalan, tiba-tiba perut saya sakit, melilit bukan main. Wah, magh-ku kambuh, penyakit rutin saat masih kuliah. Karena merasa tak kuat melanjutkan perjalanan, akhirnya saya SMS saja ke pimpinan pondok : “Ngapunten Pak Yai, sepertinya saya tidak bisa hadir meliput acara pondok. Ini di tengah jalan magh saya kambuh”. Pak Kiai sepertinya agak kecewa, karena tetep memintaku hadir. Tapi tanpa mengurangi rasa hormatku kepada beliau, saya benar-benar tak kuat melanjutkan perjalanan. Saya memilih beristirahat sejenak sebelum akhirnya balik kanan, pulang ke rumah.

Sakitnya makin menjadi, bahkan sampai sore. Akhirnya tetangga bantu mengantarkan ke dokter. Dan hasil diagnosa dokter lebih bikin sakit lagi: “Ini bukan magh, tapi gejala ginjal Mas. Tolong perbanyak minum air putih ya”. Gara-gara sakit itu pula aku terpaksa ijin sakit dua hari. Bagi seorang jurnalis, ijin dua hari sudah mewah banget itu.

Nah, begitulah kisah seputar sakit dan dampaknya bagi aktivitas kita. Terus, apa dong pesan moral dari tulisan ini? Nggak ada, cari sendiri yak. Orang tulisan ini juga untuk self reminder. Karena aku menuliskan ini pun dengan sedikit ngilu, karena gejala tipes mendadak kambuh. Yang jelas, seperti tertulis di judul tulisan ini: Sakit kecil saja bisa mengacaukan duniamu loh. []

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image