Pola Asuh Orang Tua Terhadap Perkembangan Anak di Era Digital
Edukasi | 2025-05-26 16:03:19
Berkembangnya teknologi digital telah membawa banyak perubahan besar dalam kehidupan, khususnya dalam pola asuh orang tua terhadap anak. Anak-anak tumbuh dengan mudahnya mengakses gadget dan internet, yang bisa menjadi jendela dunia sekaligus tantangan tersendiri bagi orang tua. Banyak orang tua yang masih merasa bingung bagaimana mengatur penggunaan teknologi agar anak berkembang dengan baik, mereka juga ingin memastikan anaknya tidak kehilangan kasih sayang dan interaksi yang sangat penting untuk tumbuh kembangnya.
Pentingnya Pendampingan Orang Tua
Pendampingan orangtua dalam menghadapi tantangan pengasuhan di era digital mencakup beberapa aspek penting, mulai dari pengawasan penggunaan perangkat digital, pembentukan kebiasaan positif dalam menggunakan media sosial, hingga pendidikan literasi digital. Literasi digital menjadi hal yang tidak bisa diabaikan, mengingat anak-anak yang tumbuh di era digital harus memiliki kemampuan untuk memfilter informasi, mengenali hoaks, serta memahami potensi bahaya yang ada di dunia maya. Dalam hal ini, orangtua perlu mendapatkan pengetahuan yang cukup tentang teknologi dan internet agar mereka dapat memberikan bimbingan yang tepat kepada anak-anaknya. Namun, banyak orangtua yang masih tidak memiliki cukup pengetahuan untuk mendampingi anak-anak mereka dalam menggunakan teknologi secara sehat. Padahal, pendampingan orangtua yang aktif dan terlibat dalam dunia digital anak-anak mereka justru dapat mencegah terjadinya dampak negatif seperti kecanduan digital, perundungan daring (cyberbullying), atau paparan konten yang tidak pantas (Nurul, 2025).
Tipe Pola Asuh Anak di Era Digital
Pola asuh terbagi menjadi beberapa bagian diantaranya: Pola asuh tipe pertama adalah orang tua authoritarian (otoriter), orang tua ini mengutamakan disiplin dan aturan dalam mendidik anak, setiap pelanggaran sebuah aturan memiliki konsekuensi. Pola asuh tipe kedua adalah orang tua permissive (permisif), orang tua tipe permisif sering memanjakan anak, tidak banyak menuntun anak, jarang mendisiplinkan anak dan kontrol yang rendah terhadap perilakuan anak. Pola asuh tipe ketiga adalah orang tua uninvolved, orang tua uninvolved kurang memiliki tuntutan terhadap anak (seperti orang tua permisif) dan kurang responsif terhadap kebutuhan anak. Pola asuh tipe keempat adalah pola asuh orang tua authoritative, orang tua tipe ini memberikan aturan main dan disiplin kepada anak, namun memiliki gaya komunikasi yang lebih baik ketimbang authoritarian.
Orang tua dapat menerapkan pola asuh yang efektif jika orang tua mengetahui apa yang harus dibuat untuk mendidik anak di era digital. Orang tua diharapkan mampu melindungi anak-anak dari ancaman era digital, tetapi tidak menghalangi potensi manfaat yang bisa ditawarkannya (Mega, 2024).
Dampak Penggunaan Smartphone Terhadap Anak
Dampak positif penggunaan smartphone pada anak adalah anak mudah diasuh dengan cara mengetahui kegiatan anak dari jarak jauh, anak tidak mengajak orangtua bermain saat bekerja, dan menenangkan anak dalam berbagai kegiatan. Selain itu juga membentuk karakter dan kemampuan positif karena anak menghafal doa-doa, sholawat, belajar mengenal angka, huruf, warna dan kebutuhan kognitif seusianya dari video youtube. Dampak negatifnya adalah kecanduan karena orangtua membebaskan durasi dan frekuensi penggunaan smartphone. Minat sosial anak rendah karena dalam kegiatan diluar rumah, anak sibuk menatap layar akibat orangtua yang selalu memberikan smartphone saat anak meminta (Lisa, 2023).
Kesimpulan
Berkembangnya teknologi digital memang membawa kemudahan dan manfaat dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam pola asuh anak. Namun, di balik manfaat tersebut, ada tantangan besar yang harus dihadapi oleh orang tua. Anak-anak kini tumbuh dalam dunia yang sangat terbuka dan cepat berubah, sehingga membutuhkan pendampingan yang lebih dari sekadar pengawasan. Orang tua dituntut untuk hadir secara aktif, memahami dunia digital, serta menerapkan pola asuh yang bijaksana dan penuh kasih sayang. Dengan begitu, mereka tidak hanya mampu melindungi anak dari dampak negatif seperti kecanduan atau perundungan daring, tetapi juga membantu anak memanfaatkan teknologi untuk tumbuh menjadi pribadi yang cerdas dan sehat secara emosional.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
