Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image R Sianturi

Dulu Dibayar 10 Ribu per Artikel, Kini Jadi Financial Writer yang Dicari-cari

Eduaksi | 2022-02-20 00:49:23
Helda Sihombing, Dari Operator Manager Become Content Manager @ Otoklix

Dulu di tahun 2015, saya terkagum-kagum saat bos bilang, “Si A dibayar Rp200 ribu per artikel, lho!”

Saya begitu excited mendengar pernyataan tersebut saat itu. Karena awal-awal meniti karier sebagai penulis artikel freelance, bayaran saya untuk menulis artikel “hanya” Rp7.000 hingga Rp10.000 saja.

Saya juga tidak pernah terpikir bisa terjun ke industri finance. Malah dulu saya benci dengan yang namanya hitung-hitungan. Eh, ndilalah saya malah nyemplung total di industri finance. Menjadi seorang financial writer.

Dari yang dulunya tidak suka dan bahkan kesulitan menulis topik-topik finansial, sekarang saya malah jadi geek. Plus, yang dulunya saya hanya dibayar Rp10 ribu untuk menulis, sekarang Hmmm

Yang saya lakukan cukup sederhana. Cuma enam step berikut:

1. Punya passion kuat untuk menulis

Sejak kecil saya memang senang menulis. Awalnya saya meniru cerita-cerita yang ada di buku pelajaran atau dongeng daerah. Saya tulis ulang dengan versi saya.

Saat pelajaran bahasa Indonesia, saya berupaya sebisa mungkin mengingat apa yang diajarkan di kelas tersebut.

Itu baru langkah awal. Faktanya, menulis ternyata lebih daripada itu.

Nah, passion atau gairahlah yang membawa kita melangkah lebih tinggi. Sebab, saat menulis, kita tidak sekadar menulis tetapi benar-benar mengerti apa yang sedang dituliskan. Semakin menjadi nilai tambah, saat orang lain bereaksi terhadap tulisan kita.

2. Mau mulai dari bawah

Awal saya berkarya sebagai penulis finansial bisa dibilang mulai dari bawah. Sebab, saat itu ternyata saya tidak masuk kualifikasi untuk menulis di blog startup tersebut. Tetapi untuk departemen SEO (search engine optimization).

Tidak ada kredit untuk tulisan-tulisan saya. Karena, saya menulis untuk penempatan artikel pada blogger, media, dan beberapa halaman produk.

Meski demikian, hal tersebut ternyata memberikan pengalaman luar biasa. Di tahun-tahun tersebut, title SEO Writer tidak setenar sekarang. Dan, saya sudah berkesempatan duluan mengasah ilmu menulis yang ramah SEO.

3. Belajar menjadiexpertdi topik tertentu

Menulis itu gampang tetapi membuat tulisan kita memiliki “faktor wow”, itu yang sulit. Apalagi bikin pembaca mencari-cari kita. Bahkan, saat tulisan itu tak sengaja ditemukan di mesin pencari.

Meski dulu saya fokus pada konten SEO, saya berupaya untuk memahami bidang yang tulis. Misal, saat menulis halaman produk KTA atau sekadar membuat content placement dengan keyword KTA. Sebenarnya saya tak perlu memahami betul apa itu KTA apalagi seluk-beluknya.

Namun, saya penasaran dengan topik tersebut. Jadi, saya berupaya untuk memahami topik yang digeluti sedetail mungkin. Bahkan, menjadi expert di topik tersebut.

Caranya? Yang paling simpel adalah bikin kategorisasi saat kita akan bergelut dalam penulisan topik tertentu. Contoh, kita menulis tentang keuangan pribadi. Maka, coba jabarkan definisinya, hal-hal apa saja yang tercakup di dalamnya, dan istilah apa saja yang akan sering muncul.

Dari situ, kita bakal bisa bikin alur untuk memahami topik tersebut. Tanpa ketinggalan satu hal pun untuk kita pelajari.

Nah, kalau sudah geek seperti itu, tulisan kita pun bisa stand-out di antara yang lainnya. Bahkan, orang lain bisa saja langsung ngeh bahwa itu tulisan kita.

4. Tambah skill selain menulis

Seiring perkembangan konten di internet yang makin ramai, seorang penulis dituntut tidak hanya bisa menulis dengan baik. Lebih jauh dari itu, mereka harus mampu menguasai keterampilan lain yang berkaitan.

Sebut saja SEO, kemampuan melihat tren, dan tentu saja kreativitas. Dengan begitu, kita bisa hasilkan tulisan yang memang relate dengan kebutuhan orang lain di saat itu.

5. Networking

Mau tak mau, kita memang harus punya networking kuat saat ingin menjadi penulis yang dicari-cari. Mulai dari LinkedIn atau media sosial yang kita miliki. Kemudian, berlanjut ke ranah offline.

Kemampuan untuk menulis dan menghasilkan tulisan yang wow sudah ada, kan? Jadi, kinilah saatnya untuk show-off!

Ssst, setelah saya khatam di topik kredit dan personal finance secara general, itu tidak serta-merta bikin saya jago menulis topik asuransi. Namun, saya berani menjawab tantangan tersebut dengan memberi kontribusi dari nol untuk konten blog Lifepal, pionir startup insurtech yang berfokus pada penyediaan asuransi kesehatan dan jiwa secara online.

Untuk kamu yang memiliki passion kuat di bidang penulisan, geek soal topik-topik tertentu apalagi keuangan, dan update dengan tren terkini. Jangan lupa Juga kalau bisa menguasai penulisan yang SEO friendly, saya butuh kamu!

Artikel ini disadur dari halaman linkedin Helda Sihombing.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Terpopuler di

 

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image