Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ika Bunda i i

Tren Anomali: Ketika AI 'Terjahiliyaisasi'

Agama | 2025-05-03 22:51:55

Oleh. Ika misfat isdiana
Kita hidup di zaman yang membingungkan. Bermunculan makhluk imaji bernama tralalero tralala sihiu bersepatu, tung tung sahur si kentongan hidup, br brr patipum kaki bertubuh semakin berkepala nekantan atau balerina cappuchino cewek balet berkepala cangkir kopi.

AI seharusnya membuat kita lebih pintar, lebih luas wawasannya, dan lebih dekat dengan kebenaran. Tapi, yang malah ramai sekarang adalah tren-tren yang aneh. Kata "anomali" yang artinya sesuatu yang menyimpang atau tidak normal, sekarang malah jadi sesuatu yang heboh, ganjil, bahkan tidak masuk akal. Parahnya semakin tidak masuk akal suatu hal, semakin cepat pula jadi viral. Ini seperti menciptakan dunia khayalan yang bodoh, yang bukannya dipikirkan baik-baik, malah langsung diterima dan dibesar-besarkan.

Lucunya, kalau ada kesalahan fakta atau logika yang aneh dalam tren ini, bukannya ditolak, malah banyak yang suka. Akibatnya, otak kita jadi terbiasa dengan cerita-cerita bohong dan tidak berdasar. Kita jadi kurang bisa berpikir kritis dan analitis, maunya langsung percaya saja sama hal-hal yang kelihatannya unik. Fenomena ini tidak hanya membuat kita salah paham tentang kebenaran, tapi juga mengaburkan pemahaman kita tentang sunnatullah – aturan-aturan alam yang berjalan logis dan teratur. Kita melihat bagaimana hal-hal yang seharusnya jadi pelajaran, malah diartikan secara mistis dan tidak masuk akal, menjauhkan kita dari pemahaman yang sebenarnya.

Bahaya AI di Tengah Ramainya 'Kejahiliyahan' Modern
Di tengah ramainya tren aneh ini, muncul teknologi kecerdasan buatan (AI). AI ini sangat canggih dan bisa membawa banyak manfaat. Tapi, kalau AI dikembangkan dan dikuasai oleh orang-orang yang sedang "terjangkiti" kebodohan modern ini, dampaknya bisa sangat berbahaya. Bayangkan saja, teknologi yang bisa memproses dan menyebarkan informasi dengan sangat cepat, malah dipakai untuk memperkuat cerita-cerita aneh yang menyesatkan. AI bisa dengan mudah membuat konten palsu yang terlihat sangat nyata, memanipulasi pikiran banyak orang, dan mempercepat penyebaran berita bohong yang sumbernya dari pemikiran yang tidak rasional. Bukannya jadi solusi, AI malah berpotensi membawa kita ke zaman kegelapan ilmu pengetahuan dan spiritual.

Ini sangat berbeda dengan masa kejayaan Islam zaman dulu. Saat itu, Islam tidak hanya menjadi pedoman agama, tapi juga dasar untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Para ilmuwan Muslim seperti Ibnu Sina, Al-Khawarizmi, dan Al-Biruni tidak hanya mendalami agama, tapi juga aktif meneliti dan menemukan banyak hal di bidang kedokteran, matematika, astronomi, dan filsafat. Semangat mencari ilmu, berpikir kritis, dan menghargai akal sehat menjadi pendorong kemajuan peradaban. Penemuan mereka berdasarkan pengamatan, percobaan, dan analisis yang jelas, bukan dari halusinasi atau kepercayaan mistis. Kejayaan Islam justru mendorong orang untuk berpikir mendalam dan menciptakan teknologi yang berguna bagi semua orang.

Jaga Akal Sehat di Tengah Gelombang Keanehan
Tren aneh yang merusak akal dan membuat kita salah paham adalah masalah besar bagi kita semua. Kalau teknologi AI yang sangat pintar ini jatuh ke tangan orang-orang yang suka dengan kebohongan modern, dampaknya bisa sangat buruk. Bukannya membawa pencerahan dan kemajuan, AI malah bisa mempercepat kemunduran cara berpikir kita dan menjerumuskan kita ke dalam dunia informasi yang menyesatkan.

Belajar dari sejarah kejayaan Islam, kita mengerti bahwa kemajuan yang sebenarnya hanya bisa dicapai dengan memperkuat akal, semangat mencari ilmu yang benar, dan menolak segala bentuk kebohongan dan hal-hal yang tidak masuk akal.Umat Islam punya tanggung jawab besar untuk menjaga akal sehat, menyaring informasi dengan bijak, dan menggunakan teknologi, termasuk AI, untuk tujuan yang benar dan bermanfaat. Kita harus bisa membedakan mana keunikan yang menginspirasi dan mana keanehan yang menyesatkan.

Hanya dengan begitu, kita bisa mencegah AI menjadi alat perusak akal dan mengarahkannya menjadi alat kemajuan peradaban yang berdasarkan kebenaran dan kebijaksanaan.Tren aneh yang tidak masuk akal ini bisa merusak pikiran kita. Kalau AI sampai dikuasai orang-orang yang suka menyebarkan kebohongan, kita bisa kembali ke zaman kegelapan ilmu pengetahuan. Kita harus belajar dari sejarah Islam yang gemilang, di mana ilmu dan akal sangat dihargai.

Bagaimana Islam Mencegah Budaya jahil Anomali?
Ini beberapa cara Islam mencegah budaya bohong dan aneh di zaman sekarang.

Untuk Setiap Muslim:
* Wajib Belajar Islam: Setiap muslim harus benar-benar belajar agama Islam yang benar. Dengan ilmu agama, kita bisa tahu mana yang benar dan mana yang salah.
* Jangan Ikut Tren Kalau Tidak Paham: Jangan mudah ikut-ikutan tren yang kita sendiri tidak mengerti ilmunya. Cari tahu dulu kebenarannya sebelum ikut menyebarkan.
* Haram Menyebarkan Kebohongan: Dalam Islam, menyebarkan cerita bohong (khurafat) itu dilarang. Kita harus hati-hati dengan apa yang kita bicarakan dan sebarkan.
* Bertanya pada Orang yang Berilmu: Kalau ada hal yang kita tidak tahu atau bingung, sebaiknya kita bertanya kepada orang yang benar-benar punya ilmunya.

Untuk Negara:
* Pendidikan Islam untuk Semua: Negara harus menyediakan pendidikan yang baik untuk semua warga, dengan memasukkan nilai-nilai keimanan dalam semua pelajaran. Ini akan membantu generasi muda berpikir dengan benar.
* Hukum yang Tegas untuk Penyebar Kebohongan: Negara harus memberikan hukuman yang tegas kepada siapa saja yang terbukti menyebarkan berita bohong yang meresahkan masyarakat.
* Dukung Riset Ilmu Pengetahuan dan Teknologi: Negara harus mendukung penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk semua warganya. Ini akan mendorong kemajuan yang berdasarkan akal dan fakta, bukan kebohongan.
Semoga solusi untuk setiap individu dan yang terstruktur dari negara ini bisa segera terwujud. Agar tren kebodohan modern tidak mudah menyebar.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image