Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Yudhi Mada

100 Hari Trump: Kebijakan Radikal Picu Gejolak Ekonomi dan Kritik Global

Info Terkini | 2025-05-02 03:59:29
Tarif Trump sumber yudhimada

100 Hari Pemerintahan Trump: Kebijakan Radikal Picu Kerugian dan KontroversiDi tengah sorak sorai pendukungnya di Michigan, Trump (78 tahun) memuji "100 hari pertama paling sukses dari pemerintahan mana pun dalam sejarah negara kita." Namun, jajak pendapat justru menunjukkan sentimen yang berlawanan, dengan semakin banyak warga Amerika yang merasa kecewa dengan gejolak yang ditimbulkan oleh kepemimpinannya.Trump telah mengguncang tatanan politik dan ekonomi AS dengan cara yang jarang dilakukan oleh pendahulunya. Dukungan dari miliarder Elon Musk, yang memimpin pemangkasan drastis tenaga kerja federal, serta kebijakan tarif yang luas, retorika keras terhadap sekutu, dan pemotongan bantuan asing, telah membentuk ulang lanskap hubungan AS dengan dunia.Masa bulan madu yang biasanya dinikmati presiden baru di awal masa jabatan tampaknya telah menguap bagi Trump. Jajak pendapat menunjukkan penurunan kepercayaan publik, dan Wall Street pun mengalami penurunan lebih dari enam persen sejak ia menjabat. Selain itu, Trump baru-baru ini menarik kembali ancamannya untuk memecat Ketua Federal Reserve Jerome Powell, yang telah memperingatkan potensi inflasi akibat kebijakan tarifnya. Trump sendiri menilai kinerja Powell "tidak terlalu baik."Berbeda dengan masa jabatan pertamanya (2017-2021), di mana beberapa ajudan berusaha mengendalikan tindakannya, Trump kali ini dikelilingi oleh loyalis yang sepenuhnya mendukung kebijakannya. Ia bahkan menyatakan kepada wartawan bahwa ia berada di jalur yang tepat untuk mencapai semua tujuan masa jabatan keduanya. "Saya pikir kita telah melakukan segalanya, atau itu sedang dalam proses penyelesaian," ujarnya.Trump tampaknya lebih fokus untuk memobilisasi basis pendukungnya daripada memperluas daya tariknya. Meskipun demikian, banyak pendukungnya tetap setia. "Dia luar biasa. Semua orang khawatir tentang tarif. Kami tidak peduli -- lihat saja semua hal lain yang akan terjadi," kata Donna Fitzsimons, seorang penjual barang dagangan berusia 65 tahun di lokasi rapat umum Michigan. "Orang-orang tidak menyadari bahwa butuh waktu untuk sampai ke tempat yang Anda tuju."Partai Demokrat, sebagai oposisi, memanfaatkan kecemasan ekonomi yang berkembang, meskipun mereka sendiri mengalami kesulitan untuk mengungguli Trump dan Partai Republik dalam jajak pendapat. "Trump harus disalahkan atas fakta bahwa hidup menjadi lebih mahal, lebih sulit untuk pensiun, dan 'resesi Trump' sudah di depan mata kita," kata Komite Nasional Demokrat, menyebut 100 hari itu sebagai "kegagalan besar."Dengan Kongres yang dikuasai Partai Republik, Trump tampaknya tak ragu untuk menguji batas kekuasaan presiden. Ia telah menandatangani lebih dari 140 perintah eksekutif, banyak di antaranya menghadapi tantangan hukum. Upaya untuk mengakhiri kewarganegaraan berdasarkan kelahiran, yang dijamin oleh Konstitusi AS, serta pemangkasan anggaran secara sepihak oleh Musk, semakin memicu kontroversi.Trump juga menunjukkan tanda-tanda ketidaksabaran. Ia berjanji selama kampanye untuk mengakhiri perang Ukraina dalam waktu 24 jam, sebuah janji yang belum terpenuhi. Selain itu, kebijakannya yang agresif terhadap China, termasuk tarif tinggi dan retorika keras, telah memicu kekhawatiran akan perang dagang yang merugikan kedua negara.Kebijakan-kebijakan Trump telah memicu perdebatan sengit di AS. Para pendukungnya memuji keberanian dan ketegasannya, sementara para kritikus khawatir akan dampak jangka panjang dari kebijakan-kebijakan tersebut terhadap ekonomi, hubungan internasional, dan tatanan demokrasi AS. 100 hari pertama masa jabatan Trump telah memberikan gambaran jelas tentang gaya kepemimpinannya yang kontroversial, dan dampaknya akan terus dirasakan dalam beberapa tahun mendatang.

Donald Trump telah menapaki 100 hari masa jabatan keduanya sebagai Presiden Amerika Serikat (AS), sebuah periode yang ditandai dengan kebijakan-kebijakan radikal dan keras terhadap negara lain, yang justru menuai kritik dan kekhawatiran di dalam negeri.

100 Hari Trump: Kebijakan Radikal Picu Gejolak Ekonomi dan Kritik Global

Donald Trump telah menyelesaikan 100 hari pertama masa jabatan keduanya sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) dengan serangkaian kebijakan kontroversial yang mengubah lanskap politik dan ekonomi dalam negeri maupun global. Meski ia mengklaim periode ini sebagai "100 hari paling sukses dalam sejarah AS," realitas di lapangan menunjukkan dampak yang jauh lebih kompleks—mulai dari gejolak pasar, ketegangan perdagangan, hingga penurunan kepercayaan publik.

Kebijakan Proteksionis yang Memukul Pasar dan Rakyat AS

Trump kembali ke Gedung Putih dengan agenda "America First" yang lebih keras. Langkah-langkah seperti tarif impor besar-besaran—termasuk bea 145% terhadap produk China—telah memicu perlambatan ekonomi, penurunan pasar saham (S&P 500 anjlok 6%), dan lonjakan harga barang impor.

Meski Trump membanggakan kebijakannya sebagai upaya melindungi industri domestik, analis mencatat bahwa langkah ini justru membebani konsumen AS. "Tarif Trump memicu inflasi dan mengancam lapangan kerja di sektor yang bergantung pada rantai pasok global," ungkap seorang ekonom Goldman Sachs.

Polarisasi Politik dan Loyalis Tanpa Kritik

Berbeda dengan masa jabatan pertamanya, Trump kini dikelilingi oleh lingkaran dalam yang sepenuhnya loyal. Figur seperti Elon Musk—yang mendukung pemotongan anggaran federal secara drastis—menjadi simbol pemerintahan ini. Namun, pendekatan *"yes-man"* ini menuai kritik.

Trump telah mengabaikan nasihat kebijakan yang seimbang. Bahkan ancaman pemecatan terhadap Jerome Powell, Ketua Fed, menunjukkan ketidaksabaran terhadap lembaga independen, kata analis politik The Washington Post.

Dukungan Kuat Basis, Tapi Kepercayaan Publik Menurun

Jajak pendapat menunjukkan polarisasi yang tajam: sementara basis pendukung Trump—seperti Donna Fitzsimons (65), seorang pedagang di Michigan—tetap antusias ("Dia luar biasa! Tarif bukan masalah besar!"), mayoritas publik AS semakin khawatir.

Indeks kepercayaan konsumen merosot ke level terendah sejak pandemi, dan proyeksi pertumbuhan ekonomi terus direvisi turun. Partai Demokrat bahkan menyebut 100 hari ini sebagai "kegagalan besar" yang memicu "resesi Trump."

Ujian Terberat: Perang Ukraina dan Batasan Konstitusi

Trump berjanji mengakhiri perang Ukraina "dalam 24 jam" selama kampanye, tetapi hingga 100 hari ini, konflik justru semakin rumit. Upayanya untuk memotong bantuan militer ke Kyiv—sambil mendorong negosiasi sepihak dengan Rusia—telah memicu kecaman dari sekutu NATO.

Di dalam negeri, Trump juga terus menguji batas konstitusi, seperti upaya membatasi kewarganegaraan berdasarkan kelahiran dan penggunaan perintah eksekutif untuk kebijakan imigrasi. Sejauh ini, banyak kebijakannya terhambat di pengadilan.

Apa yang Menanti ke Depan?

Dengan ekonomi yang melambat, inflasi yang belum terkendali, dan ketegangan global yang meningkat, tantangan Trump justru semakin besar. Pertanyaan kritis kini adalah:

- Akankah tarif dan kebijakan proteksionisnya benar-benar menguntungkan AS, atau justru memperdalam resesi?

- Bisikannya mempertahankan dukungan basis sambil kehilangan independen?

- Bagaimana dampak jangka panjang dari ketegangan dengan sekutu dan rival seperti China?

Satu hal yang pasti: 100 hari pertama Trump kali ini jauh lebih bergejolak dibanding periode sebelumnya—dan dunia menyaksikan dengan waspada.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image