Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image salsabila fathifalah

Perjalanan Hidup Dadang Maulana

Profil | 2025-04-22 14:29:00

Dadang Maulana lahir pada tanggal 9 April 2002 di Jawa Tengah, tepatnya di Temanggung. Sejak kecil, ia sudah menunjukkan sifat gigih dan rasa ingin tahu yang tinggi. Lahir sebagai anak pertama dari dua bersaudara, Dadang tumbuh dalam keluarga yang menjunjung nilai-nilai agama, sejalan dengan latar belakang orang tuanya yang aktif dalam organisasi Muhammadiyah. Pendidikan agama menjadi bagian penting dalam hidupnya, termasuk pengalaman belajar di madrasah yang ia jalani sejak dini.

Dadang menghabiskan masa kecilnya dengan berpindah-pindah tempat tinggal. Meski lahir di Temanggung, orang tuanya merantau ke Jawa Barat demi pekerjaan. Ia pun mengikuti jejak mereka dan menetap di Sukabumi. Pendidikan formalnya dimulai dengan perjalanan yang cukup unik. Ia masuk SD Negeri Warung Gombong 1. Pada usia lima tahun karena guru TK-nya menilai bahwa kemampuannya sudah melampaui teman-teman sebayanya. Setelah menyelesaikan kelas satu, ia pindah ke SD yang lebih dekat dengan rumah, SD Negeri 1 Parungkuda. Di sinilah bakat akademiknya semakin menonjol. Ia selalu berada di peringkat atas, bahkan menjadi juara kelas.

Di luar akademik, Dadang juga memiliki ketertarikan pada sepak bola. Ia bergabung dengan sekolah sepak bola (SSB) dan bermimpi menjadi pemain profesional. Namun, impian itu harus kandas ketika ia mengalami cedera saat mengikuti seleksi Danone Cup, sebuah turnamen sepak bola usia muda bergengsi. Akibat tackle yang keras, kakinya mengalami cedera serius, dan ia pun terpaksa meninggalkan dunia sepak bola. Memasuki SMP Negeri 1 Parungkuda, prestasi akademiknya sempat mengalami penurunan.

Ia yang terbiasa berada di peringkat teratas, tiba-tiba hanya mampu menempati posisi ke-14. Meskipun begitu, satu bidang yang tetap ia kuasai adalah Bahasa Inggris. Kemampuannya begitu menonjol hingga ia ditempatkan langsung di kelas menengah saat mengikuti kursus bahasa Inggris. Salah satu pengalaman yang paling berkesan bagi Dadang selama SMP adalah ketika ia diwajibkan untuk ikut ekstrakurikuler seni tari. Sekolahnya memang memiliki reputasi sebagai salah satu SMP yang unggul dalam seni tari.

Meski awalnya enggan, ia akhirnya mulai menikmati prosesnya. Bahkan, ia sempat terpilih untuk mewakili sekolah dalam kompetisi tari di Pekanbaru. Meskipun timnya tidak meraih juara, pengalaman tersebut memberikan pelajaran berharga tentang kerja keras dan disiplin. SMA menjadi masa di mana Dadang semakin menemukan jati dirinya. Ia diterima di SMA Negeri 1 Cicurug, sebuah keputusan yang ia buat hanya karena mengikuti sahabatnya.

Di SMA, ia bergabung dengan komunitas Rohani Islam dan menjadi Wakil Ketua. Namun, perannya di organisasi ini tidak hanya sebatas menjalankan program kajian keagamaan. Ia mencoba membawa perubahan dengan menggagas tema-tema kajian yang lebih luas seperti isu-isu sosial dan pendidikan. Salah satu program yang ia inisiasi adalah sistem kultum (kuliah tujuh menit) yang memungkinkan semua siswa mendapat kesempatan berbicara di depan umum.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image