Indonesia dan TPP: Siapkah Kita Masuk?
Politik | 2025-04-17 20:00:44Dalam jurnal berjudul “Proyeksi Indonesia Bergabung dalam Trans-Pacific Partnership” karya Arthuur Jeverson Maya (Jurnal Asia Pacific Studies, Vol. 1 No. 2, 2017), dibahas secara mendalam bagaimana peluang dan tantangan yang dihadapi Indonesia jika memutuskan untuk menjadi bagian dari Trans-Pacific Partnership (TPP).
Dalam jurnal berjudul “Proyeksi Indonesia Bergabung dalam Trans-Pacific Partnership” karya Arthuur Jeverson Maya (Jurnal Asia Pacific Studies, Vol. 1 No. 2, 2017), dibahas secara mendalam bagaimana peluang dan tantangan yang dihadapi Indonesia jika memutuskan untuk menjadi bagian dari Trans-Pacific Partnership (TPP).
Latar Belakang
Globalisasi yang didorong oleh neoliberalisme dan kapitalisme telah mendorong terbentuknya banyak perjanjian perdagangan bebas, termasuk TPP. Indonesia, di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo, menunjukkan ketertarikan untuk bergabung dalam perjanjian ini sebagai bentuk keterlibatan aktif dalam pasar global.
Namun, terdapat berbagai tantangan domestik yang menghambat kesiapan Indonesia, seperti tingginya angka kemiskinan, rendahnya pendapatan nasional per kapita (GNI), dan indeks pembangunan manusia (HDI) yang masih belum memadai. Hal ini menjadi latar belakang penting bagi penulis jurnal untuk melakukan analisis mendalam sebelum keputusan bergabung diambil.
Tujuan dan Metodologi Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memproyeksikan dampak keikutsertaan Indonesia dalam TPP berdasarkan kondisi saat ini. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan desain studi kasus, penulis mengidentifikasi tiga variabel utama: minat Indonesia (melalui komunikasi politik), isi dan karakteristik TPP, serta posisi Indonesia dalam skema TPP (dominan atau non-dominan).
Analisis dilakukan melalui data sekunder yang diperoleh dari dokumen resmi, jurnal akademik, dan literatur relevan. Penulis juga menggunakan pendekatan teori komunikasi politik, neoliberalisme, dan neomarxisme untuk memahami dinamika yang terjadi.
Hasil dan Pembahasan
Jurnal ini menyatakan bahwa TPP merupakan perjanjian ambisius dengan standar tinggi yang bahkan melampaui ketetapan WTO. Indonesia, meskipun memiliki potensi sumber daya alam dan populasi besar, saat ini masih dikategorikan sebagai negara non-dominan dalam konteks TPP. Kondisi ini berisiko menyebabkan ketergantungan ekonomi dan eksploitasi pasar domestik oleh negara-negara anggota yang lebih maju.
Penulis menunjukkan bahwa jika Indonesia memaksakan diri untuk bergabung dalam waktu dekat, persaingan hanya mungkin terjadi secara ketat dengan negara seperti Vietnam, namun Indonesia akan kesulitan bersaing melawan negara-negara dominan seperti Jepang, Kanada, atau Singapura.
Kesimpulan
Meskipun Trans-Pacific Partnership (TPP) menawarkan peluang besar dalam integrasi ekonomi global, Indonesia dinilai belum siap bergabung. Ketimpangan daya saing, lemahnya indikator ekonomi, dan risiko dominasi asing membuat keikutsertaan saat ini justru berpotensi merugikan. Alih-alih terburu-buru, Indonesia perlu membangun fondasi domestik yang kuat sebelum melangkah lebih jauh dalam kerja sama multilateral sebesar TPP.
Rekomendasi
Berdasarkan temuan tersebut, jurnal ini menyarankan dua hal penting:
Indonesia sebaiknya menunda keikutsertaan dalam TPP sampai indikator-indikator daya saing nasional diperbaiki, termasuk efisiensi birokrasi, infrastruktur, dan kualitas sumber daya manusia.
Fokus pada kerja sama regional yang sudah ada seperti ASEAN Community dan berbagai FTA yang telah berjalan, sambil terus memperkuat kapasitas domestik sebagai langkah persiapan ke depan.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
