Industri Perkotaan Mengerang: Dampak Tarif Ekspor AS terhadap Indonesia
Lainnnya | 2025-04-16 15:17:02
Akhir-akhir ini, ekonomi Indonesia menjadi perbincangan hangat di lingkup regional. Kondisi ekonomi Indonesia per hari ini berubah sejak adanya berbagai fenomena yang melanda di negeri ini. Berita bermula dari industri keuangan bahwasanya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang turun dari awal bulan ini. Per tanggal 08 April 2025 melemah 0,28% ke posisi 6.236,5. Lemahnya IHSG menyebabkan pembekuan sementara perdagangan (trading halt) pada sistem perdagangan di PT Bursa Efek Indonesia selama 30 menit karena melihat penurunan yang mencapai 8%. Hal ini terjadi karena pasar global kembali bergejolak, selain itu adanya perang dagang antara dua negara adidaya yakni Amerika Serikat dan China turut menjadi pemicu lemahnya IHSG.
Kedua, melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat menjadi sekitar 16.804 dan 17.000 pada akhir pekan terakhir. Penyebabnya adalah perang dagang global karena Trump mengubah kebijakan pajak barang yang masuk ke AS dan efek libur lebaran semakin memperburuk nilai tukar rupiah. Hal ini tentu memberikan dampak yang signifikan terhadap proses perekonomian di Indonesia. Jika kondisi ekonomi terus berjalan seperti ini dikhawatirkan membawa Indonesia ke dalam krisis ekonomi.
Menurut Harberler krisis ekonomi merupakan penyimpangan kegiatan ekonomi yang mencolok dan merupakan titik awal gerak kegiatan ekonomi yang menurun. Begitu pula dengan Mitchell mengartikan krisis adalah suatu kondisi ekonomi yang sudah mengalami resesi. Sebetulnya, fenomena ini ternyata tidak hanya terjadi sekali dalam waktu terdekat ini. Namun jika kembali ke masa Indonesia abad ke-20, terjadi krisis ekonomi (krisis malaise) besar-besaran yang melanda indonesia kala itu. Krisis ekonomi global yang dikenal dengan nama malaise dimulai dari New York karena adanya goncangan bursa saham Wall Street pada tanggal 24 Oktober 1929. Kondisi tersebut menyebabkan ekonomi Amerika Serikat memburuk dan diikuti dengan kondisi yang sama di Eropa.
Ekonomi dunia lesu, yang mengakibatkan daya beli masyarakat turun drastis. Hal tersebut mempengaruhi kondisi ekspor Indonesia yang sebagian besar bertumpu pada hasil perkebunan dan pertanian lainnya. Pendapatan masyarakat pun turun drastis, setiap usaha yang dilakukan tidak berhasil. Orang menyebutkan zaman meleset karena setiap kegiatan ekonomi gagal dilakukan, digambarkan bahwasanya hasil panen melimpah tetapi tidak laku dijual akibat daya beli menurun drastis.
Hal serupa pun terjadi pada pertengahan abad ke-20. Sejarah mencatat bahwa serangkaian krisis terutama dalam hal keuangan dialami oleh berbagai negara. Krisis pertama kali terjadi di Mexico pada tahun 1973-1982. Krisis ini disebabkan dengan adanya permasalahan fiskal dan moneter. Sementara negara-negara di kawasan Asia termasuk Indonesia mengalami krisis yang cukup parah pada tahun 1997 dan 1998. Ini bersamaan dengan bangkrutnya beberapa perusahaan lembaga keuangan internasional seperti perusahaan Lehman Brothers, AIG, Fannie Mae and Freddie Mac. Penggambaran di atas merujuk pada beberapa problem yang terjadi pada masa sekarang dan tentu berdampak terhadap aktivitas ekonomi nasional. Salah satunya Industri di Perkotaan.
Menurut Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang perindustrian, yang dimaksud dengan industri adalah seluruh bentuk kegiatan ekonomi yang mengolah bahan baku dan atau memanfaatkan sumber daya industri sehingga menghasilkan barang yang memiliki nilai tambah atau manfaat lebih tinggi, termasuk jasa industri. Mengacu pada pengertian di atas, aktivitas ekonomi memiliki keragaman mulai dari aktivitas kecil sampai pada aktivitas besar yang sangat kompleks. Di Indonesia, Industri perkotaan berkembang sejak pra-kolonial hingga sekarang. Perkembangan Industri perkotaan di Indonesia tersebar di berbagai kota besar diantaranya Jakarta, Bandung Semarang dan Surabaya. Di kota-kota tersebut berdiri pabrik berskala besar dengan mesin-mesin canggih serta menyedot tenaga kerja dalam skala besar.
Apabila melihat permasalahan akhir-akhir ini, bisa kita lihat bersama bahwa kegiatan ekonomi yang banyak terdampak adalah Industri Perkotaan. Pada awal tahun 2025 terjadi deflasi yang menyebabkan daya beli masyarakat turun. Konsumsi masyarakat dinilai lemah karena banyak masyarakat yang mengalihkan keuangannya untuk tabungan, bukan kepada daya beli. Ditambah dengan adanya kebijakan trump terkait perang pasar global, dimana barang indonesia yang diekspor ke Amerika Serikat terkena pajak sebesar 32%. Perubahan ini membawa efek besar khususnya industri di perkotaan yang kebanyakan memproduksi barang-barang ekspor. Selaras dengan hal tersebut, kita bisa mengaitkan ke masa Perang Dunia I, dimana peristiwa ini memiliki kesamaan dalam mempengaruhi perkembangan Industri di Indonesia.
Perang Dunia I yang berlangsung pada 1914-1919 telah menyulitkan hampir semua pengiriman barang dari luar negeri ke Indonesia padahal saat itu sebagian besar parang kebutuhan sehari-hari masyarakat perkotaan Indonesia masih dibuat di negara-negara Eropa. Perang Dunia I selain menghambat pengiriman barang juga menghambat proses produksi. Perang yang berkecamuk hebat di Eropa hampir memacetkan sektor industri disana dan mengancam perusahaan yang menjalankan industri tersebut.
Dilansir dari tempo bahwa Guru Besar Ilmu Manajemen UMS menyoroti dampak melemahnya daya beli terhadap sektor ekonomi industri manufaktur. Ia menyebut bahwa tekanan di sektor ini berkontribusi besar terhadap meningkatnya angka pengangguran. Angka pengangguran akan naik jika pekerja di Industri Perkotaan banyak yang di PHK secara massal. Pada Oktober 2024, Kementerian Ketenagakerjaan mencatat jumlah pekerja yang terdampak Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di sejumlah daerah di Indonesia mencapai 59.796 orang. Angka tersebut meningkat sekitar 25.000 pekerja dalam tiga bulan terakhir. Sementara itu, Kebijakan ekonomi Trump terhadap Indonesia mulai memperlihatkan dampak yang signifikan. Kekhawatiran pekerja di sektor Industri Perkotaan yang bergerak dalam sektor ekspor seharusnya menjadi fokus perhatian bagi pemerintah.
Jika kegiatan ekonomi terus berjalan tanpa adanya solusi dari pemerintah, dikhawatirkan jumlah PHK di Industri Perkotaan kian meningkat dan kegiatan ekonomi di Indonesia terus mengalami dampak negatif yang signifikan. Oleh karena itu perlu adanya peninjauan kembali dari pemerintah terhadap masalah ekonomi yang terjadi hingga saat ini dan dapat dilakukan diplomasi dan perhitungan keuangan sebaik mungkin demi pemulihan ekonomi Indonesia kearah yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Buku & Jurnal
Basundoro, Purnawan. 2023. Pengantar Kajian Sejarah Ekonomi Perkotaan Indonesia, (Jakarta: Kencana).
Teguh, Sihono. 2009. “Dampak Krisis Finansial Amerika Serikat Terhadap Perekonomian Asia.” Jurnal Ekonomi & Pendidikan.
Nezky, mita. 2013. “Pengaruh Krisis Ekonomi Amerika Serikat Terhadap Bursa Saham Dan Perdagangan Indonesia.” Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan.
Ratna et.al. 2023. “Analisis Penyebab dan Upaya Krisis Moneter yang dilakukan Para Pemerintah saat Krisis Global Tahun 2008” JEeC: Journal of Economic Education Vol.2 No. 1.
Artikel
CNBC Indonesia, “ISHG Melemah, Saham ini Sudah Anjlok 8,43%” https://www.cnbcindonesia.com/market/20250411101853-17-625124/ihsg-melemah-saham-ini-sudah-anjlok-843 diakses pada 16 April 2025.
CNBC Indonesia, “Rupiah Melemah: Dolar Dekari RP. 17.00” https://www.cnbcindonesia.com/research/20250409111040-128-624519/rupiah-melemah-dolar-dekati-rp-17000-ini-penjelasan-dari-analis diakses pada 16 April 2025
Tempo, “Daya Beli Masyarakat Lesu di Awal 2025: Deflasi, PHK Massal dan Krisis Global Jadi Pemicu Utama” https://www.tempo.co/ekonomi/daya-beli-masyarakat-lesu-di-awal-2025-deflasi-phk-massal-dan-krisis-global-jadi-pemicu-utama-1224001 diakses pada 16 April 2025.
Tempo, “Kenapa Banyak PHK Massal di Perusahaan Besar? Ini Pendapat Para Ahli” https://www.tempo.co/ekonomi/kenapa-banyak-phk-massal-di-perusahaan-besar-ini-pendapat-para-ahli-1163895 diakses pada 16 April 2025.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
