Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image nessa febrilia

Krisis Informasi : Maraknya Hoaks dan Fake News dalam Komunikasi Virtual

Edukasi | 2025-04-15 14:00:44

Dalam dunia internet, telah muncul istilah the Virtual Community yang menekankan adanya kualitas dari komunitas virtual. Hal tersebut juga menjadi persoalan di media cetak dimana kualitas konten dan audiens informasi yang mulai dipertanyakan. Misalnya yaitu munculnya fenomena Hoax dan Fake News di dunia informasi terhadap media online. Hal ini disebabkan oleh banyaknya kesempatan masyarakat untuk memproduksi informasi dan berita yang dibuat tanpa batas. Dimana, kapan saja dan kemana saja informasi dapat disampaikan melalui internet yang memberikan makna untuk membuat publik aktif dan tergugah untuk mengikuti era kemajuan. Persoalan mendasar di era saat ini adalah mengapa Hoax dan Fake News yang disajikan media online menjadi fenomena di masyarakat dan memengaruhi terbentuknya opini publik?

Penyebaran berita palsu, ujaran kebencian di media online memicu keresahan masyarakat dan ketidaksatabilan pembaca dalam menyerap informasi dan berita yang menyebabkan terjadinya krisis di media massa yaitu media sosial. Krisis informasi semakin parah, Hoax dan Fake News menembus batas-batas tempat dan emosi pembaca virtual. Fake News dan Hoax menyebar jauh lebih cepat daripada berita yang akurat.

Komunikasi virtual merupakan komunikasi yang terjadi di dalam dunia maya (Cyberspace) atau dunia virtual yang bersifat interaktif. Teknik virtual dapat menciptakan suatu ilusi kehadiran melalui alat peraga, simulasi, kehadiran parsial (seperti suara yang disampaikan melalui telepon atau pikiran orang yang dituliskan dalam buku). Sebagai perantaranya, pengguna juga perlu memiliki aplikasi atau platform yang dapat terhubung untuk berkomunikasi secara virtual. Salah satu aplikasi yang populer saat ini adalah WhatsApp, Instagram, dan menu telephone yang ada di setiap smartphone.

Hoax sering terjadi di media sosial dan Fake News banyak terjadi di media massa. Hoax diartikan sebagai berita yang tidak jelas asal usul atau sumbernya yang masih simpang siur, sehingga belum jelas kebenarannya. Krisis Hoax di media sosial terjadi ketika pengguna internet mobile dalam handphone android atau IOS nya mengunduh sesuatu untuk sekedarnya saja, bukan informasi atau berita penting yang mereka akses. Kebanyakan pengguna internet mobile hanya menerima pesan yang kemudian tanpa berpikir panjang melakukan forward pesan tersebut pada kontak lain dan menjadi viral atau trending topic. Penyebaran hoax dapat mengganggu stabilitas sosial dan politik serta kesehatan masyarakat. Hoax sering digunakan untuk memecah belah masyarakat, menimbulkan ketegangan antarkelompok, dan merusak kredibilitas pemerintah.

Sedangkan Fake News adalah berita palsu atau sudah terbukti tidak benar yang dikabarkan oleh media massa resmi. Berita palsu dapat berupa informasi yang sepenuhnya salah, sebagian benar namun diputarbalikkan, atau bahkan informasi yang benar namun disajikan dalam konteks yang salah. Tujuannya pun beragam, mulai dari sekadar iseng, mencari sensasi, hingga tujuan yang lebih serius seperti provokasi, propaganda politik, atau penipuan. Media sosial seperti Instagram, Facebook, Twitter, dan WhatsApp telah menjadi arena utama bagi penyebaran berita palsu. Para pelaku kejahatan cyber memanfaatkan platform ini untuk menyebarkan informasi palsu secara luas dan cepat. Salah satu teknik yang sering digunakan adalah penyebaran berita palsu melalui akun fiktif atau bot.

Hoax dan Fake News harus kita hadapi dan kita musnahkan karena membawa efek negatif terhadap kestabilan masyarakat, keterbukaan informasi disalahgunakan dengan tidak baik. Krisis informasi harus kita kikis perlahan-lahan, informasi di media sosial dan berita di media online harus menjadi ruang publik yang benar sesuai dengan regulasinya, terutama media online harus menjadi rujukan referensi pembaca untuk berita yang akurat. Untuk menghadapi tantangan ini, masyarakat perlu lebih bijak dalam menggunakan media sosial dan memverifikasi informasi yang diterima. Selain itu, pemerintah dan lembaga terkait perlu bekerja sama untuk mengembangkan kebijakan dan regulasi yang dapat mengurangi dampak buruk dari penyebaran berita palsu, demi menjaga keutuhan dan stabilitas demokrasi.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image