
Investasi Harus Untung, Tapi Juga Beretika: Relevansi Keuangan Syariah bagi Generasi Profesional
Bisnis | 2025-04-12 07:39:39Dalam beberapa tahun terakhir, kesadaran akan pentingnya pengelolaan keuangan tumbuh signifikan, terutama di kalangan generasi muda Muslim. Investasi kini bukan hanya milik kalangan atas. Profesional muda mulai akrab dengan istilah seperti reksa dana, saham, hingga instrumen pasar uang. Namun, pertumbuhan ini juga dibarengi dengan kekhawatiran akan sistem yang digunakan: apakah keuntungan yang didapat selaras dengan nilai yang diyakini?

Keuangan syariah hadir sebagai jawaban atas kegelisahan tersebut. Bukan sekadar sistem bebas riba, keuangan syariah menawarkan pendekatan keuangan yang menjunjung keadilan, transparansi, dan keberkahan. Prinsip-prinsip seperti akad yang jelas, tidak adanya spekulasi berlebihan (gharar), serta keterlibatan dalam kegiatan ekonomi nyata membuat sistem ini lebih sehat secara spiritual dan sosial.
Bagi kalangan profesional muda Muslim yang aktif mencari cara mengembangkan dana dengan cara yang halal, keuangan syariah menjadi pilihan logis sekaligus ideologis. Kini, berbagai instrumen syariah dapat diakses dengan mudah. Reksa dana syariah, sukuk ritel, hingga platform fintech pembiayaan syariah seperti Ethis, atau Dana Syariah memungkinkan investasi yang bersih dari unsur-unsur yang dilarang dalam Islam, sekaligus mengalirkan manfaat nyata bagi sektor produktif seperti UMKM.
Tren global pun menunjukkan arah yang sejalan. Investasi berbasis nilai dan keberlanjutan, seperti Environmental, Social, and Governance (ESG), kini menjadi sorotan utama pelaku pasar dunia. Prinsip-prinsip ini sejatinya sejalan dengan maqashid syariah yakni melindungi harta, jiwa, dan keberlangsungan hidup manusia. Ini menjadi bukti bahwa nilai-nilai Islam dalam pengelolaan keuangan bukan hanya relevan, tapi juga selaras dengan tuntutan zaman.
Sayangnya, keuangan syariah masih menghadapi tantangan besar dalam hal literasi. Banyak kalangan muda yang belum memahami bahwa sistem ini bukan sekadar bentuk religiusitas, tetapi juga strategi keuangan yang rasional dan tangguh. Padahal, berdasarkan data OJK per Desember 2023, industri keuangan syariah Indonesia mencatat pertumbuhan aset sebesar Rp 2.452 triliun, namun baru berkontribusi sekitar 10% terhadap total industri keuangan nasional.
Ini menunjukkan bahwa potensi besar belum tergarap optimal, terutama dari kalangan muda. Padahal, profesional muda memiliki posisi strategis sebagai penggerak ekonomi masa depan sekaligus sebagai penjaga nilai.
Dalam konteks ini, kita tidak hanya membutuhkan produk keuangan syariah yang mudah diakses dan kompetitif, tetapi juga narasi yang kuat: bahwa memilih keuangan syariah adalah bagian dari komitmen untuk menjalani hidup yang selaras antara dunia dan akhirat.
Investasi memang harus memberi hasil. Tapi lebih dari itu, ia harus membawa keberkahan. Dan keuangan syariah memberi kita kesempatan untuk meraih keduanya secara seimbang, waras, dan bernilai.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
Komentar
Gunakan Google Gunakan Facebook