Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Supadilah

Suasana Pengajian Komplek Saat Pandemi

Guru Menulis | 2022-02-19 07:09:05
Ustadz Penceramah (dok. Pribadi supadilah)

Bagaimana kondisi kompleks Anda? Bagaimana pula kegiatannya? Dalam lingkungan Kompleks, tentu banyak kegiatan yang tidak beda jauh dengan lingkungan kampung.

Kompleks identik dengan perumahan di perkotaan. Warga banyak yang dari perantauan. Bukan warga asli.

Saya tinggal di perumahan. Perumahan ini tidak banyak warganya. Sekitar 60 KK saja. Meskipun tidak banyak, malah kondusif. Tidak terlalu ramai. Kegiatannya salah satu pengajian. Durasinya tidak rapat. Biasanya sebulan sekali. Malah kadang 2 bulan sekali.

Di saat pandemi ini masih berjalan. Karena dianggap kasus Covid-19 sudah melandai. Perumahan saya memang tidak di perkotaan besar. Jadi merasa masih agak aman. Ya agak aman karena entah kenapa di wilayah kami ada di level 2.

Malam ini ada pengajian lagi. Dijadwalkan pukul 20.00 WIB. Penceramah sudah datang, tapi warga baru 2. Padahal jumlah warga ada sekitar 50-an yang bapak-bapaknya. Saya kebetulan datang pertama. Karena nggak enak dengan penceramah, saya umumkan lewat speaker, mengingatkan warga agar datang dengan segera. Lima menit berlalu, datang satu dua orang saja. Hm, kok agak lama ya. Ok, sabar aja lah.

Yang lebih mendebarkan, eh membuat berdebar-debar, konsumsi belum ada. Duh, padahal ustadz sudah ada. Untungnya sound system sudah aman. Saya kirim pesan ke pengurus komplek. Eh katanya konsumsi baru beli. Ok, deh. Saya menunggu.

Setengah jam kemudian pengajian dimulai. Warga lumayan banyak yang datang. Saat ini konsumsi belum ada juga. Setelah beberapa menit berlalu, akhirnya konsumsi datang.

Pengajian di komplek memang ada plus minusnya. Kalau diadakan, sepi yang datang. Kalau tidak diadakan, kok sepi amat komplek. Tidak ada kegiatan. Apalagi kegiatan ini untuk hal positif. Niatnya juga kan untuk silaturahmi.

Memang harus sabar menghadapinya. Kalau yang datang hanya satu dua, tetap lanjutkan aja. Ibaratnya budaya bangsa kita telatan. Bukan teladan. Jadi harus telat pula memulainya. Udah datang pun tidak langsung masuk musola. Bapak-bapak biasanya duduk diluar dulu. Nunggu baru dikasih tau dulu.

Kadang agak aneh. Sewaktu ditanya kenapa nggak mulai? Nggak mulai karena pada belum masuk. Saat ditanya kenapa nggak masuk, jawabnya "Lha belum dimulai. Masuknya kalau sudah dimulai aja." Hm, ada-ada aja jawabannya.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image