Strategi Kopi Janji Jiwa Menarik Pelanggan Selama Bulan Ramadhan
Eduaksi | 2025-04-08 17:20:20
Ramadhan bukan cuma soal puasa dan ibadah, tapi juga soal perubahan ritme hidup. Bangun lebih pagi, makan saat sahur dan berbuka, dan belanja makanan serta minuman jadi lebih sering dari biasanya. Bagi brand seperti Janji Jiwa, ini bukan sekadar momen religius, tapi juga peluang emas untuk memahami dan menyatu dengan konsumen lewat strategi yang tepat sasaran.
Bulan Ramadhan selalu membawa perubahan dalam pola konsumsi masyarakat Indonesia. Tak hanya dari sisi waktu makan yang bergeser, tapi juga dari preferensi menu dan kebutuhan emosional konsumen yang ingin merayakan momen kebersamaan dan tradisi dengan cara yang lebih bermakna. Perubahan inilah yang coba dimanfaatkan brand kopi lokal, Janji Jiwa, dengan strategi pemasaran yang relevan dan adaptif.
Kalau kita perhatikan, pola konsumsi selama Ramadhan itu unik. Orang-orang jadi lebih “intentional” saat membeli sesuatu. Mereka tidak lagi beli karena lapar semata, tapi karena butuh sesuatu yang bisa membangkitkan suasana. Kadang karena ingin nostalgia, kadang karena pengin berbagi.
Survei dari Jakpat tahun 2023 mencatat bahwa lebih dari 70% konsumen membeli makanan dan minuman dari luar saat Ramadhan, terutama menjelang berbuka. Ini menunjukkan bahwa konsumen menginginkan sesuatu yang cepat, enak, dan praktis tanpa ribet.
Dan di sinilah Janji Jiwa tahu cara bermain.
Fenomena Ramadhan dan Peluang Usaha
Selama Ramadhan, antusiasme masyarakat terhadap menu berbuka puasa meningkat tajam. Produk makanan dan minuman yang ringan, segar, serta mudah dibeli menjadi incaran utama. Di momen inilah, merek seperti Janji Jiwa mulai bermain dengan inovasi menu dan strategi promosi.
Mulai akhir Februari 2025, Janji Jiwa meluncurkan promo takjil "Buy 1 Get 1" untuk menu favorit seperti Tahu Walik dan Cireng Renyah dengan harga Rp25.000. Promo ini berlangsung dalam rangka menyambut awal Ramadhan, sekaligus mendorong konsumen untuk menjadikan Janji Jiwa sebagai pilihan takjil yang praktis dan terjangkau (momsmoney.kontan.co.id).
Bukan cuma makanan ringan, mereka juga meluncurkan menu minuman musiman seperti Iced Shaken Jasmine Berry, minuman dengan sentuhan floral dan buah-buahan yang pas disantap saat berbuka. Pada tahun-tahun sebelumnya, Janji Jiwa bahkan pernah menghadirkan menu spesial seperti Pisang Ijo Latte dan Nastar Crumble Latte kombinasi yang menarik antara rasa lokal dan inovasi kopi modern (scanharga.com).
Menggali Teori Perilaku Konsumen
Jika ditarik ke teori, apa yang dilakukan Janji Jiwa bisa dikaitkan dengan konsep situational influence dalam perilaku konsumen. Ini adalah kondisi di mana keputusan pembelian sangat dipengaruhi oleh konteks situasional, seperti waktu, tempat, atau bahkan suasana hati.
Ramadhan adalah momen situasional yang kuat ada perubahan waktu konsumsi, suasana yang lebih spiritual dan emosional, serta kecenderungan berbagi dengan sesama. Dalam konteks ini, konsumen menjadi lebih sensitif terhadap penawaran yang dikemas sesuai momen, baik dari sisi harga, kemasan, hingga cita rasa.
Strategi yang Dekat dengan Konsumen
Strategi Janji Jiwa bisa dibilang cukup tepat sasaran. Mereka tidak hanya sekadar memberikan potongan harga, tapi juga memahami konteks emosional dan budaya konsumen. Inovasi menu yang “bercerita” seperti Nastar Latte yang mengingatkan pada suasana Lebaran menjadi pendekatan yang efektif untuk membangun koneksi emosional dengan pelanggan.
Namun, pendekatan ini tentu tidak lepas dari tantangan. Pasar F&B saat Ramadhan sangat kompetitif. Banyak brand, dari kelas kaki lima sampai ritel besar, berlomba-lomba menghadirkan menu dan promo khusus. Di sinilah pentingnya diferensiasi yang kuat dan kemampuan membaca tren mikro.
Janji Jiwa cukup konsisten menjaga identitasnya sebagai brand lokal yang inovatif namun tetap relevan dengan selera masyarakat Indonesia. Ke depannya, strategi seperti bundling produk sahur-buka, kolaborasi dengan brand makanan lokal, atau aktivitas sosial Ramadhan juga bisa menjadi alternatif strategi yang memperkuat ikatan dengan konsumen.
Apa yang dilakukan Janji Jiwa selama Ramadhan menunjukkan bahwa strategi pemasaran yang baik tidak melulu soal diskon besar. Yang lebih penting adalah bagaimana sebuah brand mampu memahami perubahan perilaku konsumen dan menjawabnya dengan produk, komunikasi, dan pengalaman yang selaras dengan suasana hati mereka. Dengan cara ini, Janji Jiwa bukan hanya menjual kopi tapi juga menjadi bagian dari cerita Ramadhan konsumennya.
Dicky Lazuardi 23010400010
Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP UMJ 2023
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
