
Rendang di Benteng Kuto Besak: Antara Kebaikan dan Kerugian
Agama | 2025-04-07 15:13:10Kejadian hilangnya 200 kilogram rendang belum matang dalam acara berbuka puasa yang diselenggarakan YouTuber Willie Salim di Benteng Kuto Besak (BKB), Palembang, menyisakan pertanyaan besar tentang manajemen konten digital dan tanggung jawab sosial kreator. Di satu sisi, niat mulia Willie untuk berbagi makanan kepada masyarakat patut diapresiasi. Namun, kurangnya perencanaan dan antisipasi terhadap antusiasme warga berujung pada kerugian materiil dan polemik sosial yang cukup pelik.
Reaksi beragam bermunculan. Wali Kota Palembang, Ratu Dewa, menyampaikan permohonan maaf kepada Willie, menunjukkan kesigapan pemerintah dalam merespon insiden tersebut. Namun, di sisi lain, laporan polisi terhadap Willie atas tuduhan merusak citra Palembang dan memicu ujaran kebencian menunjukkan betapa sensitifnya isu ini bagi sebagian masyarakat. Persepsi negatif terhadap konten Willie, yang dianggap telah mencoreng nama baik kota, menjadi pemantik konflik.
Willie sendiri telah meminta maaf secara terbuka, mengakui kesalahan dalam perencanaan dan antisipasi. Ia menekankan bahwa kejadian ini bukan rekayasa, melainkan murni akibat kurangnya persiapan dalam menghadapi antusiasme warga yang luar biasa. Pernyataan ini, meskipun tulus, tidak serta merta meredam gejolak yang telah terjadi.
Insiden rendang di BKB menjadi cermin bagi kreator konten digital lainnya. Kebebasan berekspresi memang dijamin, namun hal itu tidak boleh mengabaikan tanggung jawab sosial. Membuat konten yang melibatkan publik, terutama yang berpotensi menimbulkan kerumunan massa, memerlukan perencanaan yang matang dan koordinasi yang baik dengan pihak berwenang. Aspek keamanan dan budaya lokal harus menjadi pertimbangan utama.
Kejadian ini juga menyoroti perlunya transparansi dan kejujuran dalam penyajian konten. Kreator konten harus menyadari dampak sosial dari materi yang mereka buat dan bertanggung jawab atas konsekuensinya. Kejujuran dalam menyampaikan informasi, termasuk keterbatasan dan potensi risiko, akan membantu membangun kepercayaan audiens dan menghindari potensi konflik hukum.



Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
Komentar
Gunakan Google Gunakan Facebook