
Parlemen: Benteng Demokrasi atau Arena Kepentingan Politik?
Politik | 2025-04-01 21:12:11
Parlemen adalah simbol utama demokrasi, tempat di mana suara rakyat seharusnya didengar dan diwakili. Namun, dalam praktiknya, apakah parlemen benar-benar menjalankan peran ini, atau justru menjadi ajang pertarungan kepentingan politik?
Krisis Kepercayaan: Rakyat vs. Parlemen
Kepercayaan publik terhadap parlemen semakin merosot. Survei Indikator Politik Indonesia tahun 2023 mencatat bahwa hanya 35% masyarakat yang percaya parlemen mewakili kepentingan mereka. Penyebabnya? Skandal korupsi, keputusan kontroversial, dan minimnya transparansi dalam legislasi.
Salah satu contoh nyata adalah pengesahan UU Cipta Kerja yang berlangsung kilat dan minim partisipasi publik. Proses yang terburu-buru ini memicu kekecewaan luas, mencerminkan betapa kebijakan sering kali lebih menguntungkan elite politik ketimbang rakyat
Parlemen: Teori vs. Kenyataan
Idealnya, parlemen menjalankan tiga fungsi utama: 1. Legislasi – Menyusun undang-undang yang benar-benar mencerminkan kebutuhan rakyat. 2. Pengawasan – Mengontrol kebijakan pemerintah agar tidak menyimpang dari kepentingan publik. 3. Anggaran – Mengelola keuangan negara dengan transparan dan bertanggung jawab. Namun, di dunia nyata, realitasnya berbeda. Banyak kebijakan disusun dengan agenda tersembunyi, minimnya keterlibatan masyarakat, serta politik transaksional yang masih mengakar kuat.
Solusi: Membentuk Parlemen yang Lebih Transparan & Berdaya
Bagaimana cara mengembalikan parlemen ke jalur demokrasi yang sebenarnya? Ini beberapa langkah konkret yang bisa dilakukan:
???? Transparansi Total – Semua rapat parlemen harus terbuka untuk publik, termasuk siaran langsung dan publikasi dokumen legislasi.
???? Partisipasi Publik Nyata – Sebelum UU disahkan, perlu ada diskusi terbuka dan mekanisme konsultasi yang benar-benar melibatkan masyarakat.
⚖️ Etika & Sanksi Tegas – Anggota parlemen yang terlibat korupsi atau penyalahgunaan wewenang harus diberi sanksi berat, termasuk pemecatan dan larangan berpolitik seumur hidup.
???? Reformasi Pemilu – Sistem pemilu harus memastikan hanya wakil rakyat yang benar-benar kompeten dan tidak tersandera kepentingan oligarki yang bisa duduk di parlemen.
Melawan Narasi “Tidak Semua Parlemen Buruk”
Memang, tidak semua anggota parlemen hanya mementingkan diri sendiri. Ada beberapa yang sungguh berjuang untuk rakyat. Namun, tantangan yang mereka hadapi sangat besar: tekanan partai politik, sistem yang korup, dan minimnya ruang untuk independensi dalam mengambil Keputusan
Misi Menyelamatkan Demokrasi
Parlemen bukan hanya sekadar tempat legislasi—ia adalah benteng terakhir demokrasi yang menentukan arah masa depan bangsa. Jika transparansi, akuntabilitas, dan partisipasi publik tidak diperkuat, maka parlemen akan terus menjadi alat kepentingan segelintir elite.
Saatnya rakyat mengambil peran lebih aktif dalam mengawasi, mengkritisi, dan menuntut parlemen agar benar-benar menjalankan fungsinya dengan baik. Demokrasi bukan hanya soal memilih wakil rakyat setiap lima tahun—tetapi tentang terus mengawasi mereka setiap saat!
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
Komentar
Gunakan Google Gunakan Facebook