Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ismail Suardi Wekke

Living Quran di Bulan Ramadan: Menjaga Hati dari Fitnah

Agama | 2025-03-28 20:40:53
Living Quran (Foto Republika)

Di tengah gemerlap kota Madinah, di bawah naungan wahyu yang senantiasa turun, hidup seorang wanita mulia, Aisyah binti Abu Bakar. Istri Rasulullah SAW yang cerdas dan penuh kasih sayang.

Namun, kebahagiaan itu terusik oleh fitnah keji yang menimpa dirinya. Sebuah tuduhan palsu yang dilontarkan oleh orang-orang munafik, mengoyak hati dan mencoreng nama baiknya.

Fitnah itu bagai badai pasir yang menerjang, membutakan mata dan menyesakkan dada. Aisyah, yang tak bersalah, harus menanggung beban berat, dijauhi, dan dicibir.

Hari-harinya dilalui dengan air mata dan doa, memohon keadilan dari Sang Maha Tahu. Rasulullah SAW pun, meski yakin akan kesucian istrinya, turut merasakan kesedihan yang mendalam.

Dalam situasi yang penuh ujian itu, wahyu Allah SWT turun, membersihkan nama Aisyah dari fitnah yang keji. Surah An-Nur ayat 11-20 menjadi bukti nyata bahwa kebenaran akan selalu menang.

Adapun fitnah akan hancur berkeping-keping. Ayat-ayat itu bukan sekadar kisah masa lalu, tetapi juga cermin bagi kita di masa kini.

Kisah Aisyah mengajarkan kita tentang kekuatan Al-Quran sebagai panduan hidup. Di tengah badai fitnah, Al-Quran hadir sebagai penyejuk hati, penguat iman, dan pemberi petunjuk.

Ayat-ayatnya menjadi saksi bisu bahwa fitnah adalah ujian, dan Allah SWT selalu bersama orang-orang yang sabar dan bertakwa.

Ramadan, bulan suci yang penuh berkah, menjadi momentum tepat untuk merenungkan kisah Aisyah. Di bulan ini, kita diajak untuk membersihkan hati dari segala bentuk fitnah, baik yang ditujukan kepada diri sendiri maupun orang lain.

Kita belajar untuk tidak mudah percaya pada gosip dan berita bohong, serta senantiasa bertabayyun (memeriksa kebenaran informasi).

Al-Quran, sebagai living Quran, bukan hanya dibaca, tetapi juga diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Ayat-ayatnya menjadi pedoman dalam bersikap dan bertindak, terutama dalam menghadapi fitnah.

Kita belajar untuk menjaga lisan, tidak menyebarkan fitnah, dan senantiasa berprasangka baik kepada sesama.

Kisah Aisyah dan Al-Quran mengajarkan kita bahwa fitnah adalah ujian yang akan selalu ada di setiap zaman. Pelakunya mungkin berbeda, tetapi motifnya tetap sama: merusak nama baik dan menebar kebencian.

Oleh karena itu, kita harus senantiasa waspada dan menjadikan Al-Quran sebagai benteng diri dari fitnah.

Di bulan Ramadan ini, mari kita jadikan Al-Quran sebagai sahabat setia, penuntun jalan, dan pelindung dari fitnah. Semoga kita semua mampu menjaga hati dari fitnah, dan senantiasa hidup dalam naungan kasih sayang Allah SWT.

Jerat Fitnah dan Hoaks: Kekejaman Digital yang Merusak Kehidupan

Di era digital yang serba cepat ini, informasi beredar tanpa batas. Sayangnya, kemudahan akses ini juga dimanfaatkan oleh oknum tak bertanggung jawab untuk menyebarkan fitnah dan hoaks.

Dampaknya tak main-main, merusak reputasi, memecah belah masyarakat, bahkan memicu konflik.

Fitnah dan hoaks di dunia maya bagaikan virus mematikan. Ia menyebar dengan cepat, menginfeksi pikiran dan hati, serta meninggalkan luka yang sulit disembuhkan.

Anonimitas di dunia digital membuat pelaku merasa aman, seolah tak ada konsekuensi dari perbuatan mereka. Mereka dengan bebas melontarkan tuduhan palsu, memanipulasi fakta, dan menyebarkan kebencian.

Kekejaman digital tak hanya berhenti pada fitnah dan hoaks. Cyberbullying, perundungan di dunia maya, juga menjadi momok menakutkan.

Korban tak hanya mengalami tekanan mental, tetapi juga terisolasi dari lingkungan sosial. Dampaknya bisa sangat fatal, bahkan berujung pada tindakan nekat.

Kita tak bisa tinggal diam. Perlu ada upaya kolektif untuk melawan kekejaman digital ini. Pendidikan literasi digital menjadi kunci utama. Masyarakat harus dibekali kemampuan untuk memilah informasi, mengenali hoaks, dan bersikap bijak di media sosial.

Penegakan hukum yang tegas juga diperlukan untuk memberikan efek jera kepada pelaku.

Mari kita jadikan dunia digital sebagai ruang yang aman dan produktif. Gunakan media sosial untuk menyebarkan kebaikan, bukan kebencian. Jadilah agen perubahan, bukan bagian dari masalah.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Komentar

Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image