Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Hasan Albana

Ramadhan Usai, Jangan Berhenti Jadi Orang Baik

Agama | 2025-03-27 10:08:19
foto: Shutterstock

Jangan Berhenti Jadi Orang Baik

Hasan Albana, M.Pd

Guru SDIT Ahmad Yani Malang

Limpahan keutamaan di Bulan Ramadhan disambut gegap gempita oleh seluruh peserta puasa Ramadhan 1446 H/2025 . Seluruh peserta satu angkatan sepakat untuk menyambut dan mengisi momen yang hanya hadir satu tahun sekali tersebut dengan berfastabiqul khairat, berlomba-lomba dalam kebaikan.

Tuhan pun yang menyelenggarakan momen ini secara sengaja menyediakan banyak fasilitas serta reward spesial kaum beriman yang berlumur dosa untuk membersihkan dirinya dari debu-debu dosa tersebut. Baik itu sedekahnya, ia akan menjadi sedekah terbaik di momen ini. Ataukah shalat malamnya, ia akan menjadi penghapus dosa yang telah lampau, termasuk puasanya itu sendiri, ia akan berupaya semaksimal mungkin untuk tidak merusak pahala puasanya dengan berbuat maksiat atau berbuat hal yang tidak baik. Bahkan, episode Ramadhan tahun ini disajikan perlombaan kebaikan yang tak henti-hentinya. Momen berbuka puasa, semua berlomba untuk memberikan sajian buka puasa yang istimewa bagi siapapun yang hendak berbuka puasa di masjid, mushollah, atau pun di jalan-jalan, semua dengan ketulusan berbagi. Karena memang rewardnya adalah pahala yang sama dengan orang yang puasa tanpa menguranginya sedikitpun. Fenomena ini memang senantiasa tercatat secara khusus dalam Bulan Ramadhan, di luar bulan ini tentu akan sangat jarang terlihat orang bersemangat berbuat baik. Itulah nukilan gambaran kebaikan kaum beriman di Bulan Ramadhan, namun, tatkala bulan Ramadhan pergi, suasana mulai berubah, keberadaan Ramadhan memang dirindukan.

Berhenti sama sekali untuk menjadi orang baik bukan pilihan bagi lulusan Ramadhan 2025, sebuah kebiasaan yang telah terbentuk sangat disayangkan bila diurai kembali sebagaimana kebiasaan semula sebelum Ramadhan hadir. Papan peringatan bertuliskan QS.An-Nahl Ayat 92 sudah tidak akan dihiraukan lagi, bila lulusan tersebut berpredikat biasa-biasa saja. Sebagaimana disampaikan bahwa:

وَلَا تَكُونُوا۟ كَٱلَّتِى نَقَضَتْ غَزْلَهَا مِنۢ بَعْدِ قُوَّةٍ أَنكَٰثًا تَتَّخِذُونَ أَيْمَٰنَكُمْ دَخَلًۢا بَيْنَكُمْ أَن تَكُونَ أُمَّةٌ هِىَ أَرْبَىٰ مِنْ أُمَّةٍ ۚ إِنَّمَا يَبْلُوكُمُ ٱللَّهُ بِهِۦ ۚ وَلَيُبَيِّنَنَّ لَكُمْ يَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِ مَا كُنتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ

Artinya: Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali, kamu menjadikan sumpah (perjanjian)mu sebagai alat penipu di antaramu, disebabkan adanya satu golongan yang lebih banyak jumlahnya dari golongan yang lain. Sesungguhnya Allah hanya menguji kamu dengan hal itu. Dan sesungguhnya di hari kiamat akan dijelaskan-Nya kepadamu apa yang dahulu kamu perselisihkan itu.

Rajutan benang kehidupan yang telah tersusun rapi menjadi sebuah tubuh bergelar muttaqin perlahan terlepas dan kendor dari puing-puing puzle pribadi taqwa yang telah dibentuk, sifat baik yang telah mendarah daging kembali berlumur dosa dan lupa cara berbuat baik lagi, sangat disayangkan bila hal tersebut terjadi.

Menunggu peristiwa besar terjadi dalam hidup, dimana peristiwa tersebut akan mencengangkan diri sendiri bukanlah pilihan terbaik, karena apapun yang kita lakukan kebaikan atau keburukan akan kembali kepada dirinya sendiri, ia akan kembali memintal tubuh yang dirajut sifat taqwa, baik antar manusia dan harmoni hubungan dengan Tuhannya.

Suatu kali, seorang wanita muslim suka sekali mendawamkan/membiasakan membaca surat Al-Isra ayat 7

إِنْ أَحْسَنتُمْ أَحْسَنتُمْ لِأَنفُسِكُمْ ۖ وَإِنْ أَسَأْتُمْ فَلَهَا ۚ فَإِذَا جَآءَ وَعْدُ ٱلْءَاخِرَةِ لِيَسُۥٓـُٔوا۟ وُجُوهَكُمْ وَلِيَدْخُلُوا۟ ٱلْمَسْجِدَ كَمَا دَخَلُوهُ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَلِيُتَبِّرُوا۟ مَا عَلَوْا۟ تَتْبِيرًا

Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri, dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (Kami datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka kamu dan mereka masuk ke dalam mesjid, sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai.

Perempuan yahudi tetangga sebelahnya tidaklah suka dengan kebiasaan perempuan muslim tersebut. Maka, muncullah niat jahat untuk mencelakainya. Wanita Yahudi membuat manisan dan dicampur dengan racun, ia memberikan kepada wanita muslimah untuk dibuat bekal perjalanan jauhnya. Tatkala melakukan perjalanan, ditengah ia berjumpa dengan dua pemuda yang nampah letih, ia menawarkan manisan kepada dua pemuda tersebut, karena makanan tersebut adalah favorit pemuda tersebut serta dalam keadaan yang payah, maka mereka berdua memakan manisan tersebut. Selang beberapa waktu setelah memakan manisan, kedua pemuda tersebut meninggal dunia. Maka wanita muslimah yang memberikan manisan tersebut ditangkap, ia pun diadili. ‘benarkah Engkau yang memberikan manisan beracun ini kepada dua pemuda tersebut?’, benar..! jawabnya. Tapi, saya diberi manisan ini oleh wanita Yahudi tetangga saya.

Wanita Yahudi itu pun didatangkan untuk bertabayun di hadapan Rasulullah Saw, wanita Yahudi itupun tak kuasa menjawab pertanyaan terkait siapa yang memberi manisan tersebut, karena ia menangis terlebih dahulu mendapati ternyata yang meninggal dan memakan manisan tersebut adalah putranya sendiri. Wanita yahudi itupun membenarkan ayat yang senantiasa dibaca oleh wanita muslimah tersebut, kebaikan akan kembali kepada diri kita sendiri dan keburukan juga akan kembali kepada diri sendiri. Ia pun memutuskan masuk Islam.

Kebaikan yang dilakukan oleh setiap manusia, sejatinya akan kembali pada dirinya sendiri. Oleh karenanya, bila berbuat baik maka ia sedang menolong dirinya sendiri. Momen Bulan Ramadhan, orang-orang muslim berlomba menolong dirinya sendiri. Berbuat baik tanpa ada batasan suku, kedudukan, bahkan agama.

Jangan berhenti menolong diri sendiri meskipun Ramadhan telah pergi. Jangan berhenti menjadi orang baik karena itulah bekal terbaik untuk kembali masuk ke dalam Surga, tempat asal kita berada.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image