Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image NAYLAH ANDINI AZ ZAHRA

Halal sebagai Prinsip Kehidupan: Analisis Kesehatan, Etika, dan Keberlanjutan dalam Konsumsi

Ekonomi Syariah | 2025-03-18 05:11:02
sumber gambar: https://www.detik.com/hikmah/khazanah/d-7383163/konsumsi-makanan-dan-minuman-halal-apa-hikmahnya-bagi-muslim

Era globalisasi yang ditandai dengan perkembangan teknologi dan industri pangan, kebutuhan akan kejelasan dan kepastian mengenai kehalalan dan kebaikan (thayyib) dari makanan yang dikonsumsi menjadi semakin penting bagi umat Muslim. Prinsip halal dan thayyib, yang diambil dari ajaran Islam, tidak hanya berfungsi sebagai pedoman religius tetapi juga sebagai standar kualitas yang berperan dalam melindungi kesehatan dan kesejahteraan konsumen.

Menurut Bahasa, kata "halal" (حالل (berasal dari kata kerja "halla" yang secara harfiah berarti "diperbolehkan", "diizinkan", atau "sah". Kata ini digunakan dalam berbagai konteks untuk merujuk pada sesuatu yang diperbolehkan atau diizinkan oleh hukum. Menurut Istilah (Syariat Islam), "halal" mengacu pada segala sesuatu yang diperbolehkan atau diizinkan untuk dilakukan, dikonsumsi, atau digunakan menurut hukum Islam. Penggunaan istilah halal mencakup berbagai aspek kehidupan, termasuk makanan, minuman, pakaian, perilaku, dan kegiatan bisnis.

Islam sebagai agama yang komprehensif tidak hanya mengatur aspek ibadah, tetapi juga memberikan pedoman dalam segala sendi kehidupan, termasuk dalam hal ekonomi (Ibrahim, 2021; Mahri, 2021). Salah satu konsep fundamental dalam ekonomi Islam adalah prinsip halal dan thayyib, terutama dalam konteks produksi dan konsumsi (Alamsyah et al., 2022). Konsep ini tidak hanya menjadi landasan etis, tetapi juga memiliki implikasi luas terhadap kesehatan, keberlanjutan lingkungan, dan kesejahteraan sosial. Konsep halal tidak hanya berkaitan dengan aspek keagamaan, tetapi juga mencerminkan prinsip hidup yang melibatkan kesehatan, etika, dan keberlanjutan. Dalam dunia yang semakin sadar akan pola konsumsi, halal menjadi standar yang menjamin keamanan, kebersihan, dan etika dalam berbagai sektor, terutama pangan, kosmetik, dan farmasi.

Dalam konteks produksi, halal mengacu pada proses yang sesuai dengan syariah, mulai dari pengadaan bahan baku hingga distribusi. Sementara thayyib menekankan pada kualitas, kebersihan, dan dampak positif produk terhadap kesehatan dan lingkungan. Studi literatur mengungkapkan bahwa implementasi konsep ini dalam industri modern memerlukan pendekatan holistik yang melibatkan seluruh rantai pasokan. Pemahaman konsumen Muslim tentang halal dan thayyib telah berkembang. Tidak hanya memperhatikan status kehalalan, konsumen juga semakin peduli terhadap aspek keberlanjutan, etika produksi, dan dampak sosial dari produk yang mereka konsumsi. Hal ini mendorong produsen untuk tidak hanya fokus pada sertifikasi halal, tetapi juga meningkatkan standar kualitas dan etika bisnis mereka (Basomi et al., 2024; Mundir, 2023; Rheza et al., 2022; Santri & Miftah, 2023).

Dalam aspek kesehatan, produk halal harus memenuhi standar kebersihan dan keamanan yang ketat. Proses penyembelihan hewan yang sesuai dengan prinsip halal memastikan darah, yang merupakan medium bagi bakteri dan racun, dikeluarkan sepenuhnya, sehingga daging lebih bersih dan aman untuk dikonsumsi. Selain itu, produk halal juga bebas dari bahan-bahan berbahaya seperti alkohol dan zat aditif tertentu yang dapat berdampak negatif pada kesehatan. Standar halal dalam industri farmasi juga mendorong produksi obat yang lebih aman tanpa bahan yang meragukan.

Dari segi etika, prinsip halal mencerminkan nilai kejujuran dalam bisnis dan perlindungan konsumen. Produk berlabel halal harus melalui proses verifikasi yang transparan dan sesuai dengan regulasi yang telah ditetapkan. Dengan adanya sertifikasi halal, konsumen mendapatkan jaminan bahwa produk yang mereka konsumsi berasal dari proses yang etis, tidak mengandung eksploitasi, serta memenuhi standar keadilan dan kesejahteraan hewan. Hal ini juga meningkatkan daya saing produk di pasar global karena konsumen tidak hanya membeli produk karena faktor agama, tetapi juga karena jaminan kualitas dan integritas yang melekat pada produk halal.

Dalam aspek keberlanjutan, konsep halal sejalan dengan prinsip ramah lingkungan. Industri halal menekankan penggunaan bahan yang bersih dan proses produksi yang tidak merusak lingkungan. Prinsip ini juga mencakup kesejahteraan hewan dan pemanfaatan sumber daya alam yang bertanggung jawab. Beberapa perusahaan telah mengadopsi standar halal dengan pendekatan ramah lingkungan, seperti penggunaan kemasan biodegradable dan pengurangan limbah dalam proses produksi.

Temuan bahwa implementasi optimal konsep halal dan thayyib memerlukan sinergi antara berbagai pihak menegaskan bahwa ekonomi Islam bukanlah sistem yang terisolasi, melainkan bagian integral dari ekosistem ekonomi global. Pendekatan yang terintegrasi ini berpotensi tidak hanya memperkuat ekonomi syariah, tetapi juga berkontribusi pada pembangunan ekonomi yang lebih etis dan berkelanjutan secara global. Akhirnya, penelitian ini menggarisbawahi bahwa konsep halal dan thayyib memiliki potensi besar untuk menjadi solusi alternatif dalam menghadapi berbagai krisis global, seperti krisis lingkungan, kesehatan, dan etika bisnis

Secara keseluruhan, halal bukan sekadar label atau aturan keagamaan, tetapi juga prinsip hidup yang mencerminkan kesehatan, etika, dan keberlanjutan. Dengan meningkatnya kesadaran konsumen terhadap pentingnya konsumsi yang bertanggung jawab, konsep halal semakin relevan dalam berbagai aspek kehidupan. Oleh karena itu, mendukung industri halal tidak hanya bermanfaat bagi umat Muslim, tetapi juga bagi masyarakat global yang menginginkan produk berkualitas tinggi, aman, dan beretika.

Implementasi yang komprehensif dari konsep ini tidak hanya memperkuat identitas ekonomi Islam, tetapi juga menawarkan solusi etis dan berkelanjutan yang dapat diterima secara universal. Namun, untuk mewujudkan potensi ini secara optimal, diperlukan upaya kolaboratif dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, industri, akademisi, dan masyarakat. Pengembangan standar yang lebih universal, pemanfaatan teknologi secara bijak, serta edukasi berkelanjutan kepada produsen dan konsumen menjadi kunci dalam memastikan bahwa prinsip halal dan thayyib dapat diterapkan secara efektif dalam ekonomi modern. Dengan demikian, konsep halal dan thayyib tidak hanya menjadi panduan bagi umat Muslim, tetapi juga dapat berkontribusi signifikan terhadap pembangunan ekonomi global yang lebih etis, adil, dan berkelanjutan bagi seluruh umat manusia dalam bingkai sistem ekonomi Islam.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image