Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Agus Budiman

Ramadhan dan Solidaritas Sosial Menurut Mile Durkheim

Agama | 2025-03-15 17:28:27

Ramadhan bukan sekadar bulan ibadah, tetapi juga menjadi momentum penting dalam memperkuat solidaritas sosial di tengah masyarakat. Selama bulan suci ini, aksi kepedulian semakin marak, terlihat dari berbagai inisiatif berbagi seperti pembagian takjil gratis di jalanan, kegiatan Sahur On The Road bagi kaum dhuafa, serta donasi untuk fakir miskin dan anak yatim. Banyak masjid dan komunitas turut berperan aktif dalam menggalang dana guna menyediakan paket sembako serta mendukung pendidikan bagi mereka yang kurang mampu.

ilustrasi ibadah

Selain itu, semangat gotong royong juga semakin mengakar. Masyarakat bahu-membahu membersihkan lingkungan, memperbaiki fasilitas umum, serta menyiapkan masjid untuk kegiatan ibadah selama Ramadhan. Kepedulian ini tidak hanya terwujud dalam interaksi langsung, tetapi juga berkembang di ruang digital. Kampanye donasi daring melalui media sosial semakin diminati, memungkinkan lebih banyak orang untuk berkontribusi dalam kegiatan sosial dengan mudah dan cepat.

Di sisi ekonomi, berbagai program keringanan turut hadir, seperti Gerakan Lunas Utang, di mana masyarakat bersama-sama membantu melunasi utang kaum dhuafa agar mereka dapat menyambut Idul Fitri dengan penuh ketenangan. Fenomena ini menegaskan bahwa Ramadhan bukan hanya ajang refleksi spiritual secara individual, tetapi juga saat di mana kebersamaan dan kepedulian sosial semakin nyata. Semangat berbagi yang tumbuh selama bulan suci ini menjadi bukti bahwa nilai-nilai kemanusiaan tetap terjaga dan semakin kuat.

Fenomena Solidaritas Sosial di Bulan Ramadhan

Di banyak komunitas pedesaan, warga secara kolektif membersihkan masjid, menyiapkan hidangan buka puasa untuk masyarakat sekitar, serta membantu mereka yang membutuhkan dengan cara-cara sederhana namun penuh makna. Praktik-praktik ini memperkuat rasa persaudaraan dan memperdalam hubungan sosial dalam komunitas.

Donasi digital melalui platform crowdfunding semakin populer, memungkinkan individu dari berbagai latar belakang untuk berkontribusi dalam membantu sesama, meskipun mereka tidak memiliki hubungan langsung.

Gerakan amal berbasis teknologi, seperti penggalangan dana untuk kaum dhuafa, yatim piatu, dan korban bencana, mencerminkan bagaimana solidaritas masyarakat modern berkembang melalui mekanisme yang lebih kompleks namun tetap berorientasi pada kepedulian sosial.

Solidaritas Sosial Menurut Émile Durkheim

Fenomena meningkatnya solidaritas sosial selama Ramadhan dapat dianalisis melalui teori solidaritas sosial yang dikemukakan oleh Émile Durkheim. Durkheim membagi solidaritas menjadi dua bentuk utama, yaitu solidaritas mekanik dan solidaritas organik, yang keduanya tampak jelas dalam berbagai aktivitas sosial sepanjang bulan suci ini.

Solidaritas mekanik, yang lazim ditemukan dalam masyarakat tradisional, berakar pada kesamaan nilai, norma, dan keterikatan emosional yang kuat. Dalam konteks Ramadhan, bentuk solidaritas ini tercermin dalam kebiasaan gotong royong dan kebersamaan yang masih lestari, seperti tradisi berbagi makanan untuk berbuka puasa (takjil gratis), kegiatan Sahur On The Road, serta pengumpulan zakat fitrah dan sedekah untuk kaum dhuafa.

Sementara itu, solidaritas organik, yang berkembang dalam masyarakat modern, berlandaskan pada pembagian kerja serta ketergantungan antarindividu. Dalam konteks Ramadhan, solidaritas ini terlihat dalam pemanfaatan teknologi dan media sosial sebagai sarana untuk meningkatkan aksi sosial dan filantropi.

Dengan demikian, Ramadhan menjadi titik temu antara dua bentuk solidaritas sosial ini. Di satu sisi, nilai-nilai kebersamaan dan gotong royong tetap dijaga melalui interaksi langsung dalam komunitas. Di sisi lain, teknologi dan sistem sosial yang lebih maju memungkinkan terbentuknya solidaritas berbasis struktur modern yang tetap berfokus pada empati dan kepedulian terhadap sesama.

Hal ini membuktikan bahwa seiring dengan perubahan zaman, nilai-nilai sosial dan kemanusiaan tetap dapat dipertahankan dan bahkan diperkuat melalui berbagai bentuk interaksi sosial yang relevan dengan dinamika masyarakat kontemporer.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image