
Prespektif Islam tentang Hari Kasih Sayang
Agama | 2025-02-14 07:56:11
Penulis : Sharpina Hanipa Usman (Pelajar SMP)
Tanggal 14 Februari sering kali menjadi momen yang dinanti-nanti oleh banyak orang sebagai perayaan hari kasih sayang. Baik di kalangan remaja maupun dewasa. Mereka saling mengekspresikan rasa sayang yang mereka miliki.
Namun, dalam perspektif Islam, hari hasih sayang tidak dianggap sebagai suatu momen khusus yang wajib dirayakan. Islam lebih mengajarkan untuk memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya dan fokus pada peningkatan diri, tanpa terjebak dalam perayaan yang bersifat duniawi. Terlebih bila kasih sayang yang dimaksud adalah pada lawan jenis yang bukan mahrom, maka hal itu terlarang karena termasuk aktifitas mendekati zina.
“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.”QS. Al Isra : 32)
Dalam Islam, ada prinsip yang mengajarkan umatnya untuk tidak meniru atau mengikuti kebiasaan orang-orang yang tidak sejalan dengan ajaran agama. Hal ini disebut dalam hadis Nabi Muhammad SAW,
"Barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk golongan mereka" (HR. Abu Dawud).
Hadis ini mengingatkan umat Islam untuk menjaga identitas mereka dan tidak terjerat dalam praktik yang tidak memiliki dasar dalam syariat Islam.
Selain itu, perayaan hari kasih sayang dapat mengalihkan perhatian dari tujuan utama hidup seorang Muslim, yaitu beribadah dan meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT. Islam mengajarkan bahwa setiap detik waktu yang diberikan adalah amanah yang harus dimanfaatkan untuk kebaikan, bukan untuk perayaan yang hanya bersifat sementara.
Dengan demikian, meskipun hari kasih sayang adalah momen yang dianggap penting oleh banyak orang, dalam Islam lebih ditekankan untuk menggunakan waktu secara bijaksana dan tidak terjebak dalam perayaan yang bersifat duniawi, melainkan mengutamakan ibadah dan refleksi diri.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.