Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Kuntoro Boga

Investasi Perkebunan untuk Ketahanan Energi

Bisnis | 2025-02-13 10:40:44

Indonesia telah mencatatkan kemajuan signifikan dalam pengembangan biofuel, terutama biodiesel berbasis kelapa sawit. Pada tahun 2022, Indonesia berhasil menjadi produsen biofuel terbesar ketiga di dunia dengan produksi mencapai 174 ribu barel setara minyak per hari. Implementasi program biodiesel, seperti mandatori B30 yang dimulai pada tahun 2020, memberikan dampak ekonomi yang nyata. Pada tahun 2021, program ini menghasilkan nilai ekonomi lebih dari USD 4 Milliar (Rp 60 triliun), sekaligus menurunkan emisi gas rumah kaca hingga 25 juta ton CO e. Capaian ini menunjukkan bahwa kebijakan biofuel tidak hanya mendukung ketahanan energi, tetapi juga memberikan kontribusi besar dalam mitigasi perubahan iklim.

Sawit menjadi sumber utama pemasok bioenergi di Indonesia

Pengembangan biofuel juga membawa dampak positif pada penciptaan lapangan kerja di Indonesia. Pada tahun 2023, sekitar 798.600 pekerjaan tercipta dalam sektor ini, menjadikan Indonesia negara kedua dengan jumlah tenaga kerja terbanyak di sektor biofuel secara global. Selain biodiesel, perhatian terhadap bioetanol juga mulai meningkat. Pada Juli 2023, pemerintah meluncurkan bensin E5, yang mengandung 5% bioetanol berbasis tebu, menandai kembalinya konsumsi bioetanol setelah beberapa tahun tidak aktif. Langkah ini menjadi tonggak penting dalam diversifikasi sumber biofuel, sekaligus membuka peluang baru bagi petani tebu dan industri terkait.

Namun, pengembangan biofuel menghadapi tantangan signifikan, terutama dalam hal pendanaan. Rencana peningkatan mandatori biodiesel menjadi B40 pada tahun 2025 diproyeksikan memerlukan subsidi yang jauh lebih besar. Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) memperkirakan peningkatan kebutuhan ini di tengah potensi penurunan pendapatan dari pungutan ekspor. Untuk memastikan keberlanjutan program, sinergi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat sangat diperlukan. Investasi dalam teknologi, pengelolaan lahan berkelanjutan, dan kebijakan insentif yang tepat akan menjadi kunci bagi Indonesia untuk memaksimalkan manfaat sektor biofuel, mendukung ketahanan energi nasional, dan menjaga kelestarian lingkungan. Investasi pada infrastruktur, seperti pabrik pengolahan yang dekat dengan sentra produksi, akan menekan biaya logistik dan meningkatkan efisiensi rantai pasok. Selain itu, insentif fiskal seperti pengurangan pajak dan pembiayaan lunak dapat mendorong minat investor domestik maupun internasional. Dengan dukungan yang tepat, Indonesia tidak hanya dapat memperkuat ketahanan energinya tetapi juga menjadi pemain utama dalam pasar biofuel global, sekaligus mendukung keberlanjutan ekonomi, sosial, dan lingkungan.

Potensi Biofuel dari Sektor Perkebunan

Kelapa sawit tetap menjadi bahan baku utama biodiesel di Indonesia, dengan kebijakan mandatori B35 yang terbukti efektif mengurangi ketergantungan pada impor solar. Pada tahun 2023, kebijakan ini berhasil menurunkan impor solar hingga 54,42 juta kiloliter dan menghasilkan penghematan devisa sebesar Rp 404,32 triliun. Selain itu, kelapa sawit memiliki hasil sampingan berupa limbah padat dan cair yang dapat dimanfaatkan lebih lanjut sebagai energi biomassa, memperkuat kontribusinya terhadap energi terbarukan.

Tebu menawarkan potensi besar dalam pengembangan bioetanol, yang lebih bersih dan ramah lingkungan dibandingkan bensin. Produk sampingan seperti molase, yang sebelumnya dianggap limbah, kini menjadi bahan utama dalam produksi bioetanol. Diversifikasi penggunaan tebu tidak hanya meningkatkan pendapatan petani tetapi juga mendukung keberlanjutan lingkungan. Dengan potensi penggunaan bioetanol dalam program bensin E5 dan E10, industri tebu Indonesia dapat memainkan peran strategis dalam transisi energi terbarukan.

Kemiri sunan adalah tanaman multifungsi dengan kontribusi besar terhadap pengembangan biodiesel dan konservasi lingkungan. Sistem perakaran yang kuat pada kemiri sunan mampu mencegah erosi dan memperbaiki kualitas tanah di lahan terdegradasi, menjadikannya solusi ideal untuk rehabilitasi lahan kritis. Di sisi lain, jatropa atau jarak pagar menawarkan keunggulan sebagai bahan baku biodiesel dengan kemampuannya beradaptasi di lahan marjinal. Dengan investasi teknologi dan manajemen yang baik, jarak pagar dapat menjadi alternatif bahan baku biodiesel yang efektif tanpa mengorbankan lahan pertanian utama.

Kelapa dan aren juga memiliki potensi besar dalam mendukung pengembangan biofuel. Kelapa menghasilkan minyak nabati yang dapat diolah menjadi biodiesel, sementara limbah kelapa seperti tempurung dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi biomassa. Aren, dengan nira yang kaya akan gula, memiliki potensi besar sebagai bahan baku bioetanol. Selain itu, pengembangan biofuel berbasis kelapa dan aren dapat mendukung perekonomian lokal, terutama di daerah pedesaan, melalui peningkatan pendapatan petani dan pengembangan usaha kecil berbasis hasil perkebunan. Dengan pemanfaatan komoditas ini secara optimal, Indonesia dapat memperluas diversifikasi biofuel sekaligus mendukung ketahanan energi dan kelestarian lingkungan.

Investasi bioenergi akan membuka lapangan kerja bagi jutaan rakyat Indonesia

Strategi dan Investasi Pengembangan Biofuel

Pengembangan biofuel dari sektor perkebunan terus memainkan peran kunci dalam upaya Indonesia meningkatkan ketahanan energi nasional. Dengan memanfaatkan sumber daya lokal, Indonesia dapat mengurangi ketergantungan pada impor bahan bakar fosil. Bioetanol berbasis tebu menjadi solusi strategis untuk mengurangi emisi karbon sektor transportasi, mengingat potensi penggantiannya terhadap bensin. Selain itu, biodiesel berbasis kelapa sawit dan kemiri sunan berkontribusi signifikan dalam menyediakan energi berkelanjutan bagi wilayah pedesaan yang minim akses energi fosil. Hal ini sejalan dengan komitmen Indonesia dalam Konferensi Perubahan Iklim (COP) untuk menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 31,89% secara mandiri atau hingga 43,20% dengan dukungan internasional pada tahun 2030.

Meski potensinya besar, pengembangan biofuel di Indonesia menghadapi sejumlah tantangan yang membutuhkan perhatian serius. Teknologi pengolahan yang belum efisien menjadi salah satu hambatan utama, dengan kapasitas produksi yang terbatas dan biaya pengolahan yang tinggi. Pengelolaan lahan yang tidak bertanggung jawab juga berisiko menyebabkan deforestasi, penurunan kualitas tanah, dan kehilangan keanekaragaman hayati. Meskipun sertifikasi ISPO (Indonesian Sustainable Palm Oil) dan RSPO (Roundtable on Sustainable Palm Oil) telah diperkenalkan untuk memastikan keberlanjutan, penerapannya masih belum merata di seluruh perkebunan. Selain itu, kurangnya edukasi dan pelatihan bagi petani tentang teknik budidaya dan pengolahan bahan baku biofuel menghambat peningkatan produktivitas.

Untuk mengatasi tantangan ini, pemerintah dan sektor swasta perlu meningkatkan kolaborasi dalam penelitian dan pengembangan teknologi biofuel. Salah satu langkah strategis adalah menciptakan varietas unggul tanaman biofuel, seperti tebu dengan kadar gula tinggi atau kemiri sunan dengan produktivitas biji yang lebih tinggi. Selain itu, investasi pada infrastruktur, seperti pabrik pengolahan yang berlokasi dekat dengan sentra produksi, dapat menekan biaya logistik dan meningkatkan efisiensi rantai pasok. Kebijakan insentif seperti subsidi, pengurangan pajak, atau pembiayaan lunak perlu diperkuat untuk menarik minat investor. Tidak kalah penting, program edukasi dan pelatihan bagi petani harus diperluas untuk meningkatkan pengetahuan tentang praktik budidaya berkelanjutan dan teknik pengolahan yang lebih efisien, sehingga mendukung keberlanjutan ekonomi, sosial, dan lingkungan dalam pengembangan biofuel di Indonesia.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Komentar

Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image