Gawat! 1 dari 5 Bayi di Indonesia Mengalami Stunting! Apa itu Stunting?
Info Sehat | 2025-01-10 19:03:04Stunting adalah kondisi kekurangan gizi kronis yang menyebabkan tumbuh kembang anak terhambat, baik secara fisik maupun kognitif. Anak yang mengalami stunting memiliki tinggi badan yang lebih rendah dibandingkan dengan anak seusianya. Stunting dapat memengaruhi kualitas hidup anak hingga dewasa, baik dari segi kesehatan, pendidikan, maupun produktivitas.
Penyebab utama stunting adalah kekurangan gizi pada seribu hari pertama kehidupan (mulai dari kehamilan hingga dua tahun pertama kehidupan). Beberapa faktor yang memengaruhi stunting antara lain:
Kurangnya Asupan Gizi: Kekurangan gizi pada ibu hamil dan anak dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan. Kekurangan asupan makanan bergizi, terutama protein dan mikronutrien seperti zat besi, vitamin A, dan yodium, sangat berpengaruh pada tumbuh kembang anak.
Infeksi Berulang: Infeksi yang sering terjadi pada anak, seperti diare dan infeksi saluran pernapasan, dapat menghambat penyerapan nutrisi dan memengaruhi pertumbuhannya.
Air Bersih dan Sanitasi: Kondisi sanitasi yang buruk, seperti kurangnya akses terhadap air bersih dan fasilitas sanitasi, berisiko menyebabkan infeksi yang mengarah pada stunting.
Praktik Pemberian Makan yang Tidak Tepat: Pemberian makanan yang tidak memadai atau tidak sesuai dengan kebutuhan gizi anak, seperti pemberian ASI eksklusif yang kurang optimal atau pemberian makanan pendamping ASI yang tidak bergizi, dapat meningkatkan risiko stunting.
Faktor Sosial Ekonomi: Keluarga dengan kondisi ekonomi rendah seringkali kesulitan untuk memenuhi kebutuhan gizi yang seimbang, yang menyebabkan anak rentan mengalami stunting.
Stunting bukan hanya soal tinggi badan yang kurang, tetapi memiliki dampak yang jauh lebih luas, seperti:
Gangguan Perkembangan Kognitif: Anak yang mengalami stunting cenderung memiliki perkembangan otak yang lebih lambat, yang berdampak pada kemampuan belajar dan prestasi akademik mereka di kemudian hari.
Penurunan Produktivitas: Individu yang mengalami stunting sejak kecil berisiko memiliki produktivitas yang lebih rendah saat dewasa, baik dalam pekerjaan maupun dalam kontribusinya kepada masyarakat.
Masalah Kesehatan: Stunting meningkatkan risiko penyakit kronis di masa depan, seperti diabetes, hipertensi, dan penyakit jantung. Selain itu, stunting dapat memperburuk keadaan pada anak yang terinfeksi penyakit tertentu.
Dalam menurunkan angka stunting dan risiko stunting, dapat dilakukan upaya diantaranya:
Peningkatan Akses terhadap Gizi Seimbang: Meningkatkan akses masyarakat terhadap makanan bergizi, terutama untuk ibu hamil, anak-anak, dan balita. Pemberian makanan tambahan yang kaya akan nutrisi sangat penting untuk mendukung tumbuh kembang anak.
Promosi ASI Eksklusif: Memberikan ASI eksklusif selama enam bulan pertama kehidupan anak sangat penting untuk mengurangi risiko stunting. ASI mengandung semua nutrisi yang dibutuhkan bayi pada periode awal kehidupannya.
Perbaikan Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan: Meningkatkan akses terhadap air bersih, sanitasi yang layak, serta penyuluhan mengenai kebersihan diri dapat mencegah infeksi yang dapat memperburuk kondisi gizi anak.
Pendidikan dan Penyuluhan: Masyarakat perlu diberikan informasi mengenai pentingnya gizi seimbang dan praktik pemberian makan yang tepat untuk mencegah stunting.
Stunting merupakan masalah kesehatan masyarakat yang harus segera ditangani dengan melibatkan berbagai sektor, termasuk kesehatan, pendidikan, dan ekonomi. Pencegahan stunting sejak dini melalui perbaikan pola makan, sanitasi, serta perhatian pada kesehatan ibu hamil sangatlah penting. Dengan upaya yang terkoordinasi dan komprehensif, kita dapat memutus siklus stunting dan memberikan kesempatan terbaik bagi generasi penerus bangsa.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.