Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Amalia Wigiandyna Putri

Work-Life Balance di Tengah Gempuran Hustle Culture

Gaya Hidup | 2025-01-08 23:12:26

Istilah “Hustle Culture” atau budaya hustle, semakin populer di era modern yang serba cepat ini, terutama di kalangan generasi muda. Budaya ini mendorong seseorang untuk bekerja tanpa henti, mengejar produktivitas maksimal, dan mengorbankan kesehatan dan kualitas hidup mereka. Meskipun budaya ini sering kali dianggap sebagai suatu hal yang baik karena dapat meningkatkan produktivitas dan kemajuan karier, tetapi budaya hustle yang terlalu berlebihan tanpa memperhatikan keseimbangan hidup juga dapat membawa dampak negatif yang signifikan.

Penelitian menunjukkan bahwa orang-orang yang hidup dengan budaya hustle rentan mengalami berbagai masalah kesehatan mental, seperti stres, kecemasan (anxiety), dan burnout. Burnout sendiri merupakan kondisi kelelahan fisik, mental, dan emosional yang disebabkan oleh tekanan pekerjaan yang berlebihan. Jika tidak ditangani dengan tepat dan cepat, kondisi ini dapat berkembang menjadi depresi dan dalam kasus ekstrim, hal ini dapat meningkatkan kemungkinan perilaku bunuh diri. Terdapat sebuah survei yang dilakukan oleh Ipsos pada tahun 2023 yang menemukan bahwa tekanan untuk tetap produktif menyebabkan 43% dari Generasi Z mengalami gejala stres yang lebih parah. Selain itu, data dari Indonesia menunjukkan bahwa tingkat turnover yang tinggi di sektor keuangan dapat dikaitkan dengan kebiasaan kerja yang berlebihan.

Selain dampak psikologis, budaya hustle juga dapat berdampak negatif pada kesehatan fisik. Laporan dari Jobstreet menunjukkan bahwa 61% pekerja mengalami tekanan karena tuntutan pekerjaan yang berlebihan, dan 70% mengalami gejala kelelahan. Sebuah penelitian yang dipublikasikan oleh Current Cardiology Reports menemukan bahwa pekerja yang bekerja lebih dari 55 jam per minggu lebih rentan terhadap risiko penyakit kardiovaskular, seperti penyakit jantung koroner dan stroke. Kerja lembur juga sering dikaitkan dengan resistensi insulin, diabetes, dan aritmia. Hal-hal ini tentunya menunjukkan bahwa hustle culture dapat berdampak buruk pada kesehatan fisik, mental, dan pribadi.

Dalam menghadapi budaya hustle, banyak orang mulai menyadari bahwa kesuksesan tidak diukur dari seberapa banyak waktu yang dihabiskan untuk bekerja. Kesadaran ini tentunya mendorong pertimbangan ulang tentang apa yang menjadi sebuah prioritas. Banyak orang dan organisasi mulai mencari cara untuk menemukan keseimbangan kehidupan pribadi dan pekerjaan mereka. Beberapa cara yang mereka gunakan yaitu:

 

  • Menetapkan Batasan Waktu Kerja yang Jelas

Menetapkan batasan antara waktu kerja dan waktu pribadi sangatlah penting. Menetapkan jadwal kerja yang jelas pasti akan membantu menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan waktu pribadi. Hal ini dapat dicapai dengan mematuhi jadwal kerja yang telah ditentukan dan menghindari bekerja di luar jadwal tersebut. Ini mungkin dapat menjadi sebuah langkah awal dalam mengurangi stres

 

  • Menciptakan Rutinitas yang Sehat

Melibatkan diri dalam aktivitas fisik, meditasi, atau memiliki hobi dapat membantu mengurangi stress dan meningkatkan kesehatan mental. Aktivitas ini memberikan kesempatan untuk bersantai dan melepaskan tekanan dan ketegangan. Menerapkan kebiasaan mindfulness ke dalam rutinitas sehari-hari, juga dapat membantu seseorang untuk tetap fokus dan juga mengurangi kecemasan yang dialami.

 

  • Membangun Dukungan Sosial

Berinteraksi dengan teman dan keluarga dapat memberikan sebuah dukungan emosional yang mungkin dibutuhkan untuk seseorang yang sedang menghadapi tekanan dari tempat kerja. Dukungan sosial ini telah terbukti efektif dalam mengurangi gejala kecemasan dan stres. Selain itu, perusahaan juga sangat penting dalam membangun lingkungan kerja yang sehat. Perusahaan dapat membantu karyawan menemukan keseimbangan yang lebih baik dengan memberikan program kesejahteraan dan fleksibilitas dalam bekerja.

 

  • Menghargai Waktu Istirahat

Menganggap waktu istirahat sebagai bagian penting dalam produktivitas dapat membantu seseorang merasa lebih segar dan fokus saat kembali bekerja. Sebuah studi menunjukkan bahwa beristirahat sejenak dapat meningkatkan kreativitas dan efisiensi seseorang.

Budaya hustle sering dianggap sebagai simbol kerja keras dan dedikasi, tetapi budaya ini jelas memiliki dampak negatif terhadap kesehatan mental dan kualitas hidup. Dengan semakin banyaknya bukti tentang efek negatif dari kebiasaan ini, penting bagi seseorang untuk menyadari ancaman ini dan mengambil tindakan untuk dapat menyeimbangkan pekerjaan dengan kehidupan pribadinya. Kita dapat membuat lingkungan kehidupan yang lebih sehat dan produktif dengan menerapkan strategi yang tepat. Menciptakan sebuah lingkungan yang mendukung dan memprioritaskan kesejahteraan adalah kunci untuk mencapai kesuksesan yang berkelanjutan.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image