Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image cybil's

Gen Z dan Tantangan Doom Spending: Faktor, Dampak, dan Solusi

Gaya Hidup | 2025-01-06 03:41:17
Sumber: Freepik
Sumber: Freepik


Salah satu faktor utama yang menyebabkan doom spending pada Gen Z adalah tekanan sosial. Kehidupan di era media sosial membuat mereka terus-menerus terpapar gaya hidup orang lain yang tampak sempurna. Foto-foto liburan mewah, barang-barang bermerek, atau pengalaman unik sering kali membuat Gen Z merasa perlu untuk mengikuti tren tersebut. Fear of Missing Out (FOMO), atau ketakutan ketinggalan tren, mendorong mereka untuk membeli barang atau layanan yang mungkin sebenarnya tidak dibutuhkan.

Faktor lain adalah kemudahan akses teknologi. Dengan adanya aplikasi belanja online, e-wallet, dan pembayaran digital, Gen Z bisa melakukan transaksi kapan saja dan di mana saja. Teknologi ini memang memberikan kenyamanan, tetapi juga membuka peluang besar untuk perilaku belanja impulsif. Notifikasi diskon, flash sale, atau rekomendasi produk yang personal sering kali menjadi pemicu bagi mereka untuk melakukan pembelian secara spontan.

Kesehatan mental juga memainkan peran penting dalam kebiasaan doom spending. Stres, kecemasan, atau rasa bosan sering kali menjadi alasan seseorang melakukan belanja sebagai bentuk pelarian. Dalam jangka pendek, belanja bisa memberikan perasaan senang atau puas, tetapi efek ini tidak bertahan lama. Sebaliknya, mereka justru merasa menyesal setelahnya, terutama jika pengeluaran tersebut melebihi kemampuan finansial mereka.

Selain itu, kurangnya edukasi finansial juga menjadi salah satu faktor yang berkontribusi. Banyak Gen Z yang belum memiliki pemahaman mendalam tentang pentingnya mengelola keuangan. Mereka cenderung mengabaikan perencanaan keuangan atau tabungan, sehingga lebih mudah tergoda untuk menghabiskan uang tanpa mempertimbangkan konsekuensinya.

Kebiasaan doom spending dapat membawa dampak yang signifikan, terutama bagi kondisi finansial seseorang. Salah satu dampak utamanya adalah meningkatnya utang. Banyak Gen Z yang menggunakan kartu kredit atau layanan pay later untuk memenuhi kebutuhan belanja mereka. Meski tampak praktis, penggunaan kredit tanpa perencanaan yang matang dapat menyebabkan beban utang yang menumpuk. Dalam jangka panjang, hal ini bisa mengganggu stabilitas finansial mereka.

Selain itu, doom spending juga dapat menghambat pencapaian tujuan finansial. Uang yang seharusnya dialokasikan untuk tabungan, investasi, atau kebutuhan jangka panjang lainnya malah habis untuk pembelian impulsif. Akibatnya, mereka kesulitan untuk mencapai target keuangan, seperti membeli rumah, membayar pendidikan, atau mempersiapkan dana pensiun.

Dari sisi psikologis, doom spending dapat memengaruhi kesehatan mental seseorang. Perasaan bersalah atau menyesal setelah melakukan pembelian yang tidak perlu bisa memicu stres tambahan. Siklus ini, di mana seseorang belanja untuk meredakan stres tetapi malah merasa lebih stres setelahnya, dapat menjadi lingkaran setan yang sulit dihindari.

Doom spending juga bisa memengaruhi hubungan sosial. Misalnya, seseorang mungkin merasa malu atau tidak percaya diri karena kondisi finansial mereka yang buruk akibat kebiasaan ini. Hal ini bisa berdampak pada hubungan dengan keluarga, teman, atau pasangan. Selain itu, kebiasaan ini juga dapat menciptakan ketergantungan pada orang lain untuk memenuhi kebutuhan finansial, yang pada akhirnya bisa menimbulkan konflik.

Menghindari doom spending membutuhkan kesadaran dan komitmen untuk mengubah kebiasaan. Berikut beberapa tips yang dapat membantu Gen Z mengatasi kebiasaan ini:

1. Membuat Anggaran Keuangan

Langkah pertama untuk menghindari doom spending adalah dengan membuat anggaran keuangan yang jelas. Catat semua penghasilan dan pengeluaran Anda, lalu tentukan berapa persen dari penghasilan yang akan dialokasikan untuk kebutuhan, tabungan, dan hiburan. Dengan adanya anggaran, Anda bisa lebih terkontrol dalam mengelola uang.

2. Menghindari Pemicu Belanja

Identifikasi apa saja yang menjadi pemicu belanja impulsif Anda. Apakah itu notifikasi diskon, iklan di media sosial, atau rasa bosan? Setelah mengetahui pemicunya, coba untuk menghindarinya. Misalnya, Anda bisa mematikan notifikasi dari aplikasi belanja atau mengurangi waktu yang dihabiskan di media sosial.

3. Berlatih Mindful Spending

Sebelum membeli sesuatu, tanyakan pada diri sendiri apakah barang tersebut benar-benar dibutuhkan atau hanya sekadar keinginan sesaat. Berlatihlah untuk menunda pembelian selama 24 jam. Jika setelah waktu tersebut Anda masih merasa membutuhkannya, barulah lakukan pembelian.

4. Meningkatkan Edukasi Finansial

Pelajari dasar-dasar pengelolaan keuangan, seperti cara membuat anggaran, pentingnya tabungan, dan dasar-dasar investasi. Banyak sumber edukasi finansial yang tersedia secara gratis, baik dalam bentuk artikel, video, atau podcast.

5. Menetapkan Tujuan Finansial

Tetapkan tujuan keuangan yang spesifik, seperti menabung untuk liburan, membeli kendaraan, atau mempersiapkan dana darurat. Dengan adanya tujuan, Anda akan lebih termotivasi untuk menahan diri dari pengeluaran yang tidak perlu.

6. Mencari Alternatif untuk Mengatasi Stres

Jika belanja sering menjadi pelarian dari stres atau kecemasan, cari alternatif lain yang lebih sehat. Misalnya, Anda bisa mencoba meditasi, olahraga, atau berbicara dengan teman dekat. Aktivitas-aktivitas ini tidak hanya membantu meredakan stres, tetapi juga tidak membebani kondisi finansial Anda.

7. Membatasi Penggunaan Qris, Kartu Kredit, atau Pay Later

Jika Anda merasa sulit mengontrol penggunaan e-wallet, kartu kredit, atau layanan pay later, pertimbangkan untuk membatasi penggunaannya. Gunakan uang tunai untuk transaksi sehari-hari agar Anda lebih sadar terhadap jumlah uang yang dikeluarkan. Selain itu, Anda juga bisa memberi batasan jumlah transaksi e-wallet tiap minggunya.

8. Menciptakan Kebiasaan Menabung

Biasakan untuk menyisihkan sebagian penghasilan Anda setiap bulan untuk ditabung. Anda bisa menggunakan metode otomatis, di mana uang akan langsung ditransfer ke rekening tabungan setiap kali menerima gaji. Dengan cara ini, Anda tidak akan tergoda untuk menghabiskan uang tersebut.

9. Menghargai Kebutuhan di Atas Keinginan

Prioritaskan kebutuhan dasar seperti makanan, tempat tinggal, dan pendidikan dibandingkan keinginan yang sifatnya konsumtif. Belajar membedakan antara kebutuhan dan keinginan adalah kunci untuk mengelola keuangan dengan bijak.

10. Mencari Inspirasi Positif

Alih-alih merasa tertekan oleh gaya hidup orang lain di media sosial, cari inspirasi positif yang memotivasi Anda untuk hidup lebih hemat dan produktif. Ikuti akun-akun yang membahas tips keuangan atau pengalaman orang yang berhasil mengatasi kebiasaan boros.

Dengan menerapkan tips-tips di atas, Gen Z dapat mengatasi kebiasaan doom spending dan membangun kebiasaan finansial yang lebih sehat. Ingatlah bahwa kebebasan finansial tidak hanya tentang memiliki banyak uang, tetapi juga tentang bagaimana Anda mengelola uang tersebut dengan bijak. Kebiasaan yang baik dimulai dari langkah kecil, dan perubahan yang konsisten akan membawa dampak besar di masa depan. Semangat untuk terus belajar!

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image