Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Bunga Humayra05

Kreativitas Gen Z: Melestarikan Budaya Lokal Melalui Media Sosial

Gaya | 2025-01-04 18:12:36
sumber: Aplikasi Tiktok

Generasi Z atau lebih akrab di panggil Gen z merupakan generasi yang tumbuh Bersama dengan kemajuan IPTEK, tak heran mereka sangat akrab dengan media sosial. Bahkan bisa dibilang tiada hari tanpa media sosial. Gen z merupakan sekumpulan orang yang lahir antara tahun 1997-2012. Tahun di mana perkembangan IPTEK berkembang dengan pesat. Mereka merupakan generasi yang akan meneruskan jejak dan warisan dari generasi sebelumnya, yaitu generasi X dan Y, dan menjadi aktor utama dalam pelestarian budaya dan kearifan lokal. dilansir dari Kompas.com, Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FE UI) Rhenald Kasali menilai Gen Z merupakan pribadi yang bebas, mandiri dan mampu menyalurkan kreativitas.

Media sosial sendiri merupakan platform yang berfungsi sebagai sarana komunikasi dan informasi tempat penyebaran informasi, berita, ide, serta pengetahuan dengan orang lain. Media sosial sendiri banyak jenisnya seperti Instagram, X, Tik-Tok dan lain sebagainya, mereka sangat aktif diberbagai platform tersebut. Di tahun 2024 sendiri hampir 79,5% pengguna aktif sosial media merupakan Gen Z. Gen Z cenderung mendokumentasikan setiap hal yang mereka lihat serta lakukan dan memiliki pemikiran yang kreatif terkait konten di media sosial. Sehingga hal tersebut dapat dimanfaatkan guna mempromosikan dan melestarikan budaya- budaya yang ada.

Berikut peran Gen Z dalam melestarikan budaya melalui media sosial:

1. Membuat konten yang menarik

Sesuai karakteristik Gen Z yang suka mendokumentasikan setiap hal yang dilakukan,mereka dapat membuat konten kreatif yang mengangkat budaya Indonesia, meliputi tari tradisional, pakaian adat, makanan khas daerah dan lain sebagainya. Mereka sering membuat konten edukasi yang menarik dan tentunya bermanfaat untuk di tonton. Contohnya saja di Tik-Tok ramai orang yang me-riview makanan khas suatu daerah, membuat tren “Indonesia is wonderful land” yang berisi video transisi baju adat Indonesia serta lagu daerah, serta banyak konten yang lain yang tentunya sangat bermanfaat dan terbungkus menarik.

2. Membuat tagar atau hashtag di sosial media

Dilansir dari dewaweb.com Tagar atau hashtag adalah sebuah penanda postingan untuk topik tertentu yang saling berkaitan. Hashtag biasanya diawali dengan tanda pagar (#) dan sering kali digunakan di platform media sosial, seperti TikTok, X, Facebook, Twitter, dan Instagram.

Membuat hashtag atau tagar mengenai budaya yang dipromosikan sehingga lebih mudah di temukan dan dilihat, seperti #trendflag dimana banyak konten kreator yang menggambar bendera Indonesia dan memakai pakaian khas daerah, tidak hanya itu masih banyak contoh yang lain seperti #WonderlandIndonesia #makanantradisional dan lain sebagainya.

3. Siaran langsung budaya melalui media sosial

Melakukan siaran langsung dapat mencakup jangkauan pemirsa yang lebih jauh, tanpa harus terhalang jarak dan kesibukan. Kita dapat melihat suatu pagelaran budaya yang berada jauh dari lokasi pagelaran seperti tari kecak melalui siaran langsung.

4. Membuat challenges

Membuat tantangan (challenges) di media sosial untuk mempromosikan budaya dapat menjadi cara yang efektif untuk meningkatkan kesadaran dan minat terhadap kekayaan budaya. Membuat challenges atau tantangan, biasanya challenges ini akan ramai di platform sosial media sehingga konten kreator berbondong-bondong untuk melakukannya dan pada akhirnya akan menyebar luas pada khalayak ramai.

5. Membuat podcast

Podcast merupakan rekaman suara yang dapat didengarkan melalui berbagai platform media sosial, seperti Membuat podcast yang memuat penjelasan budaya yang dibungkus dengan gaya bahasa kekinian. Saat mendengarkan podcast kita dapat mengimajinasikan apa yang kita dengar dan merasa kita juga ada di sana.

Gen Z dapat aktif berpartisipasi dalam upaya pelestarian budaya melalui sosial media dengan mengikuti perkembangan IPTEK dan zaman. Membuktikan bahwa perkembangan teknologi tidak hanya membawa dampak negatif bagi kelestarian budaya namun dapat membawa dampak positif tergantung bagaimana kita memanfaatkannya. Dengan cara mempromosikan budaya di sosial media kita dapat terus mempromosikan kebudayaan Indonesia yang sangat beragam di kancah nasional maupun internasional.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image