Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image

Kasus Nia, Penjual Gorengan: Dilebih-lebihkan Hingga Melenceng dari Ajaran Agama Islam

Agama | 2024-12-31 11:32:42

Dilebih - Lebihkan atau Sebuah Penghormatan?

Kasus Nia awalnya hanya cerita biasa tentang perjuangan seorang pedagang kecil yang ditemukan meninggal secara tragis di dekat rumahnya. Ditemukan oleh seorang anak kecil yang menarik tali rafia dan melihat tangan Nia yang terikat oleh tali rafia itu dari dalam tanah. Namun, media sosial dan beberapa pihak masyarakat yang ingin mendapatkan keuntungan dari fenomena ini, telah mengangkatnya ke level yang jauh lebih besar. Tugu yang didirikan, museum yang dibuat, dan lagu yang diciptakan semuanya seakan memberikan penghormatan yang berlebihan kepada seorang gadis 18 tahun yang sebenarnya hanya berjualan gorengan keliling. Sehingga banyak muncul pertanyaan, apakah tindakan ini adalah bentuk penghormatan atau justru eksploitasi yang menjadikannya lebih dari sekadar cerita hidup biasa? Hal ini menimbulkan ketakutan bagi masyarakat yang memiliki pandangan kritis terhadap fenomena ini. Hal yang disebut “penghormatan” ini apabila tidak diimbangi dengan pemahaman yang baik dapat berisiko membuat kisah Nia melenceng dari tujuan awalnya, yaitu menginspirasi orang lain untuk berjuang di tengah kesulitan hidup. Sebaliknya, apa yang terjadi justru mengarah pada kebencian atau cacian masyarakat yang tidak semestinya terjadi, mengingat bahwa Islam mengajarkan untuk hanya mengagungkan Allah SWT dan rasul-Nya, bukan individu biasa.

Melenceng dari Ajaran Islam: Syirik dalam Mengagungkan Manusia

Dalam agama Islam, segala bentuk pengagungan terhadap makhluk ciptaan yang melebihi batas, atau yang disebut dengan syirik, merupakan dosa besar. Syirik adalah menyekutukan Allah dengan sesuatu selain-Nya, dan menganggap makhluk manusia atau benda sebagai objek yang lebih utama dari-Nya. Ketika sebuah tugu, museum, atau lagu dibuat untuk menghormati seseorang hingga mengangkatnya ke tingkat yang tidak wajar, ini bisa menimbulkan kesan seolah-olah ada sesuatu yang lebih penting daripada tujuan hidup itu sendiri, yaitu hanya untuk menyembah Allah.

Nia, yang seharusnya dijadikan contoh ketekunan dan perjuangan dalam berusaha, malah menjadi simbol yang ditinggikan tanpa batas. Mengagungkan seorang manusia di luar batas kewajaran, bisa membawa masyarakat pada pemahaman yang salah mengenai arti penghormatan yang sebenarnya dalam konteks ajaran Islam.

Perhatian yang Tidak Seimbang dengan Tujuan yang Seharusnya

Sebagai masyarakat yang beragama, kita harus mampu memilah antara apresiasi terhadap kerja keras dan perjuangan seseorang dengan bentuk penghormatan yang mengarah pada hal-hal yang berlebihan dan tidak sesuai dengan ajaran agama. Menghormati perjuangan Nia dalam berjualan gorengan adalah hal yang baik, namun membuat tugu, museum, atau bahkan lagu yang berlebihan adalah sesuatu yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip keislaman. Fenomena ini juga mengingatkan kita akan pentingnya bijak dalam menentukan apa yang patut untuk dihargai dan bagaimana cara menghargai seseorang tanpa melenceng ajaran agama. Tindakan ini seharusnya tidak menjadikan Nia sebagai tokoh yang lebih besar dari apa yang seharusnya, yaitu seorang pedagang yang bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Kesimpulan

Kasus Nia, gadis penjual gorengan, menunjukkan bagaimana sebuah fenomena bisa berkembang menjadi sesuatu yang berlebihan dan jauh dari apa yang terjadi sebenarnya. Tindakan membuat tugu, museum, atau bahkan lagu lagu untuk Nia, meskipun dimaksudkan sebagai bentuk penghormatan, bisa dianggap melenceng dari ajaran Islam yang mengajarkan untuk tidak mengagungkan manusia lebih dari yang semestinya. Sebagai umat Muslim, kita perlu menjaga keseimbangan antara memberikan penghargaan dan tetap mengikuti ajaran agama yang murni, yaitu tidak ada yang lebih layak disembah atau diagungkan selain Allah SWT. Kita harus belajar untuk mengapresiasi perjuangan tanpa harus melampaui batas, dan selalu menjaga hati serta pikiran agar tidak terjebak dalam sikap yang dapat mengarah pada syirik.

Kata Kunci: Kasus Nia, Penjual Gorengan, Syirik, Tugu, Lagu dan Museum

Referensi :

https://www.kompasiana.com/septiarahayu0379/67553809c925c44aab3dc102/usai-beritakematian-nia-penjual-gorengan-warga-sekitar-antusias-ke-makamnya-dan-menimbulkankomentar-negatif

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image